21. Kembali

721 40 35
                                    

"Itu bukan Rubi, itu Ana"

"Hah? Gue gak salah denger?" Juna mengernyitkan dahinya saat mendengar respon yang diberikan oleh Bagas.

"Iya, Briana bukan Rubiana." Juna masih menunjukan wajah bingung melihat ekspresi kedua temannya itu.

"Lo peka ga? Ini foto Briana kan? Berarti dia masih hidup dong." Juna berdecak lalu tersenyum.

"Bego, lo pikir kalua ngepost foto itu harus foto yang baru diambil yah? Bisa jadi itu foto lama"

"Lo yang lebih bego Jun, Ana kan gak tahu tentang Briana sebelumnya, mana mungkin dia punya foto beginian."

"Gak gak mungkin, apa banget sih omongan lo." Juna meninggalkan kedua temannya menuju taman.

Sebenarnya apa yang dikatakan Bagas masih terpikir oleh Arjuna. Semua hal bisa saja terjadi, tetapi ia tidak ingin memberi harapan pada dirinya sendiri bahwa Briana masih hidup.

Arjuna berpikir yang harus dia lakukan sekarang adalah mencari bukti dan membuktikannya sendiri.

"Gue tau lo kepikiran kan?" Bintang menepuk bahu Arjuna lalu ikut duduk di sampingnya.

"Jun, kalua emang iya Briana masih hidup, apa yang bakal lo lakuin hm? Lo pikir lucu kalau lo jatuh cinta sama adik mantan istri lo? Dan juga mereka kembar, ada emang perbedaan jatuh cinta sama mereka?"

Juna menoleh kepada Bintang sambil menunjukan wajah putus asa.

"Lo tanya sama diri lo sendiri, siapa yang lebih lo peduliin diantara mereka berdua."

Arjuna mengacak rambutnya sambil berteriak. Nafasnya tersenggal menahan amarah yang sangat meluap di dalam dirinya.

***

"Ana, aku minta maaf, aku janji ... kalau kamu udah sadar aku bakalan temuin kamu sama Kak Juna. Aku janji." Han Jun hanya bisa tersenyum melihat cobaan yang tengah di hadapi oleh keluarga Lucida ini.

"Rubi ayo pulang." Rubi menggeleng.

"Rubi mau disini aja dok, Rubi mau tungguin ana sampe sadar."

Saat Han Juna beranjak dari tempatnya, Rubi terlonjak dari duduknya. Han Jun segera menghampiri Rubi. Han Jun menapat kedua bola mata Rubi lekat.

Sorot wajahnya bertanya-tanya, tubuh Rubi kini bergetar didalam pelukannya. Han Jun merasakan Rubi terisak di dalam pelukannya dengan kepala yang terus menggeleng.

"Bi ada apa BI?" Juna menolehkan kepalanya mengikuti arah pandang Rubi.

Han Jun menengadahkan kepalanya menutup kedua matanya seerat mungkin. Juna memegang bahu Rubi lalu mengangguk untuk memberikan Rubi kekuatan.

Han Jun berlari keluar kamar untuk memanggil dokter sementara Rubi jatuh tersimpuh di samping seseorang yang kini sudah membuka matanya.

Rubi menggenggam erat tangan Briana. Briana meneteskan air matanya dalam diam. Keduanya menangis merasakan segala keajaiban yang sudah diberikan oleh sang Maha Pencipta.

"Briana"

"Kamu inget aku?" Briana mengedipkan kedua matanya dengan perlahan.

Han Jun kembali ke dalam kamar diiringi beberapa orang dokter. Segera digenggam erat Rubi dan dibawanya untuk menjauhi Briana.

"Aku tau yang kamu rasain sekarang" Rubi menggeleng perlahan.

Rubi emang sedang merasakan suatu yang mengganjal di hatinya. Rubi merasa takut setelah melihat saudara kembarnya terbangun.

Rubi takut akan kehilangan seseorang yang selama ini selalu ia pikirkan. Rubi takut semua akan terulang seperti dahulu.

Saat ini Rubi tidak dapat berpikir dengan jernih. Di dalam pikirannya Rubi ingin sesegera mungkin mempertemukan Briana dengan Juna, tetapi hatinya menolak.

Beberapa hari kenangan bersama Juna sangat berharga menurut Rubi. Meskipun tidak ada yang spesial, dengan hanya diucapkannya sebuah ikrar hati Rubi sudah jatuh teramat dalam kepada Juna.

***

"Jun liburan yu" sudah beribu ribu kali kalimat seperti itu dilontarkan oleh kedua sahabatnya yang kini berencana untuk menginap di rumahnya.

"Gue bilang engga ya engga" Bintang berdecak lalu membisikan sesutu kepada Bagas dan hanya dijawab dengan sebuah anggukan kepala.

"Kita mau ke Korea lo mau ikut ga?" Juna mengernyit lalu tersenyum miring kepada Bagas dan Bintang.

"Gak mempan, mau itu ke Korea kek terus ke Zimbabwe sekali pun gue ga tertarik liburan"

"Gue sama Bagas sih niatnya bukan cuman mau liburan, tapi sekalian reuni sama yang disana iya ga?" Bagas mengacungkan ibu jari kirinya sementara yang satunya tengah sibuk memegang sepotong pizza.

"Lo yakin Jun gamau ikut? Reuni kali kali sama mantan bini. Gue sama Bintang baik baik aja tuh kalau ke Korea, masa elu gak berani?"

"Lo pikir masalah gue kemarin sepele Gas?" Juna menatap Bagas dengan tajam sementara yang ditatap belum menyadari itu.

"Eh eh bukan gitu Jun, mungkin maksud Bagas gini, kita aja yang gak terlalu deket sama Rubi punya niat buat ketemu sama dia, kok elo engga. Mungkin gitu maksud dia"

Bintang memelototi Bagas sementara Bagas sementar Bagas masih asik dengan makanan yang memenuhi mulut dan tangannya.

"Kalau gue pergi, gue mesti apa?" Bagas dan Bintang serempak menoleh ke arah Juna dan tersenyum.

***

Dua hari setelah kesadaran Briana kembali, Briana sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit meski dirinya belum bisa bergerak dengan bebas dan masih menggunakan bantuan kursi roda.

"Rubi?"

"Hm?"

"Selama aku tidur Ajun jengukin aku gak?" Rudi menoleh ke arah kaca karena merasa khawatir kepada Rubi.

"Dia gak tau kamu sakit" Briana menghela napas lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Rubi mendengar suara isak tangis. Rubi menyeret Briana sehingga wajah mereka berdua kini saling berhadapan.

"Kamu udah ga ada di dunia ini" Briana menurunkan lengannya dengan perlahan lalu menatap Rubi meminta penjelasan.

"Setelah kecelakaan yang menimpa kamu, Papah bawa kamu ke sini. Semua orang menganggap kamu sudah meninggal. Juna, temen-temen kamu, keluarga kita, begitu juga aku. Kita semua menganggap kamu udah gak ada Briana."

Briana menggelengkan kepalanya perlahan dan menangis sejadi-jadinya. Rubi merasalah bersalah setelah mengatakan hal tersebut kepada Briana.

Rubi mendekap tubuh Briana yang kini bergetar hebat. Rubi paham bagaimana perasaan Briana sekarang.

Briana harus beradaptasi kembali dan dia harus kehilangan banyak teman dekatnya. Dan itu semua terjadi karenanya. Semakin kencang tangisan Briana semakin besar rasa bersalah Rubi terhadapnya.

"Kita mulai lagi dari awal. Papah buatkan kalian identitas baru dan ayah melarang kalian untuk kembali ke Indonesia."

Terdapat penolakan yang teramat besar di dalam hati keduanya. Semua kenangan indah maupun buruk milik mereka berdua sama sama terdapat di Indonesia, dalam tempat dan hati yang sama.

Rubi dan Briana kini berada di dalam sebuah kamar milik mereka berdua. Keluarganya menetap di salah satu apartemen yang berada di Seoul.

Rubi dan Briana tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing. Briana berdehem lalu menolehkan kepalanya kepada Rubi.

"Kenapa?"

"Ajun harus tau aku masih hidup"

.

.

.

.

.

.

Haluuuuuu apa kabar semuanya? sehatkan? aku mau banyak banyak berterima kasih buat kalian semua yang sudah mendukung cerita aku, vote, komen. Updateku kali ini spesial untuk dede dan temen temen sekolah. Aku sayang kalian.

Sekali lagi makasih banyak udah baca ceritaku. Lopyu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rubi's Diary  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang