Bugh.
Satu pukulan melayang dari Pandu saat masuk keruangan Zivan.
"Kurang ajar kamu Van. Seharusnya kamu itu dengarkan penjelasan yang sebenarnya dari Vera bukan kayak gini. Yaa.. Aku tau itu semua salahku. Itu hanya salah paham bodoh! Dan kamu tau Vera selalu nangis tiap hari, siksa dirinya sendiri dalam keadaan Hamil!!!"
Setelah itu Pandu langsung pergi dari ruangan Zivan dan mendapat telepon dari bunda, tentang masalah Vera. Dan Pandu langsung menuju kebandara untuk menuju kota Yogyakarta bersama Vera.
"Apa? Vera hamil?"
***
~Zivan POV~
"Apa? Vera hamil?" tubuhku langsung mematung.
Pernyataan yang dikatakan Pandu bahwa Vera saat ini sedang mengandung darah dagingnya itu selalu memenuhi pikiranku. Betapa bodohnya aku, yang saat itu meninggalkan perempuan yang sangat berharga dalam hidupku bahkan perempuan itu akan menjadi ibu dari anak-anakku sendirian.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!! Arghh..." teriakku sambil merutuki kebodohanku dengan menangis.
Setelah itu, aku langsumg bangkit untuk menemui Vera untuk meminta maaf atas kesalahanku. Apakah Vera akan memaafkanku setelah ucapanku saat itu yang ingin menceraikannya. Bagaimana kalau Vera benar-benar benci denganku dan memutuskan untuk berpisah denganku? Ujarku dalam hati.
Lalu aku langsung saja meminta sekretarisku untuk membatalkan semua jadwal meeting dengan klien. " Nina!! Tolong batalkan semua meeting untuk hari ini" dengan amarahnya yang sudah memuncak.
"Tapi pak. Klien sudah menunggu diruang meeting" ujar Nina.
"Oh shit!! Persetan dengan meeting. Saya mau semua meeting hari ini dibatalkan, atau kamu mau saya pecatt!! Mengerti". Ucapku murka.
"I-ya pak" gugup yang dirasakan oleh Nina saat ini. Mungkin saja bosnya itu sedang dalam masalah. Karena saat bicara dengan atasannya tadi, terdapat lebam diwajah tampannya, fikir Nina dalam hati.
Saat ini tujuan utamaku adalah bertemu dengan Vera istriku. Didalam mobil Zivan terus saja memukul-memukul stir mobil tersebut. Satu kata yang menjelaskan keadaan Zivan saat ini adalah.
Kacau.
Kini aku sudah sampai dirumah yang dulu aku tempati dengan Vera istriku. Namun apakah selanjutnya aku akan tetap tinggal bersamanya sekaligus anak-anakku.
Tingnong.. Tingnong...
"Sebentar", ucap bi Ani sambil berjalan. Dan betapa terkejut bi Ani saat melihatku.
"Ada apa nak Zivan kemari?"
"Vera dimana bi? Zivan ingin bicara sebentar dengan Vera, Tolong bi". Ujarku dengan memohon.
"Maaf nak Zivan. Bibi tidak bisa kasih tau soal itu"
"Kenapa bi? Aku suaminya dan aku berhak tau dimana istriku berada saat ini". Kali ini suara Zivan sudah meninggi. Sebenarnya bukan bermaksud marah pada bi Ani, tapi aku paling tidak suka ada yang nenghalangiku untuk bertemu dengan istriku.
"Untuk apa kamu baru menanyakan istrimu? setelah sebulan meninggalkannya sendirian dengan keputusan akan menceraikan putriku!!" , gertak Ayah dengan nada dingin dan tegas sekaligus kecewa dengan menantunya. Sebenarnya bukan bermaksud untuk marah, tetapi ia hanya kecewa dengan tindakan menantunya yang menurutnya terlalu gegabah dalam mengambil keputusan tanpa mendengarkan yang sebenarnya dari putrinya."Ayah"
"Dimana Vera yah? Zivan minta maaf atas tindakan yang dilakukan terhadap Vera. Zivan menyesal ayah." ucapku dengan bersimpuh dikaki ayah mertuaku.
"Bangun"
"Tidak. Sebelum ayah memberitahu Zivan dimana keberadaan istriku Vera sekarang".
Tetapi yang didapatkan hanyalah diamnya ayah.
"Zivan minta maaf yah. Zivan tau ayah pasti kecewa, karena Zivan sudah membuat putri ayah menangis"."Maaf Zivan. Untuk saat ini Ayah tidak bisa memberitahu dimana Vera".
***
3 Bulan Kemudian
Kini perutku sudah mulai membesar. Dan kini impianku sejak kecil yang ingin kuliah di Universitas Gajah Mada terwujud, dengan mengambil Fakultas Ekonomika dan Bisnis dengan prodi Manajemen. Kak Pandu selalu setia mendampingiku kemana-kemana. Ketika morning sickness melandaku, kak Pandu selalu memijatkan tengkukku dan membuatkan teh untukku. Dia selalu menuruti semua hal yang aneh-aneh ketika ngidam sesuatu.
"Kak.. Udah belum? Kok lama banget sih ganti bajunya".
"Iya bentar"
Setelah itu muncullah kak Pandu dengan menggunakan tuxedo biru ditubuhnya. Perfect, adalah satu kata yang pantas untuk penampilan kak Pandu sekarang.
"Mengagumiku Ver?" dengan nada menggodaku.
"Ge.er!! Udah ah ayo, bisa telat nanti kita kak."
"Tapi kamu yakin dek ingin ikut reunian?"
"Iyalah kak. Aku juga kan kangen sama temen- temen aku, pengen nostalgia tau. Barangkali aja nanti ada yang ngajak aku jadian?" tutur sambil tertawa.
Langsung saja kak Pandu menjitakku.
Pletak.
"Auwh. Iih kakak, awas ya".
"Lagian kamu masih mikirin pacaran sama cogan mulu, ngga sadar kalau lagi bawa anak diperut"
"Ngeselin!!" langsung saja aku berjalan meninggalkan kak Pandu.
" Gimana kalau disana ketemu sama Ziv--- "
Hush.
"Cepetan."
"Iya bawel. Dasar emak-emak"
"Bodo. Dari pada kakak sampe sekarang belum nikah juga. Wlek." ujarku sambil menjulurkan lidahku.
~ Zivan POV ~
Sudah tiga bulan aku mencari keberadaan Vera, tapi masih juga belum ditemukan. Kini hidupku kacau tanpanya. Uring-uringan tidak jelas, pekerjaan terbengkalai. Dan hari ini tepat ada acara reuni SMA. Teman- temanku semuanya membawa pasangan. Nah, aku? Bagaimana kalau mereka menanyakan Vera?
Arghh.
Hallo.. Maaf baru update nih. Masih pada penasaran sama lanjutannya ngga nih readers?
Jangan lupa vote dan comment yaa. Diusahakan secepatnya bakalan update part selanjutnya, karena bulan mei- oktober kayaknya gabisa update.
Semoga suka :vTap bintang yang banyak yaa :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Berada Disisimu 18+
Romance6 tahun yang lalu, saat SMA aku mengejarnya. Dia adalah cinta pertamaku. 2 tahun itu aku hanya bisa mencintainya dalam diam. Seseorang yang benar-benar mencintaiku, pasti tidak akan pernah menyuruhku untuk menjadi seperti orang lain. Kecewa... Sud...