Part 14 : Kangen dan permintaan

4.8K 67 0
                                    

Kini aku menjalani hidupku seorang diri, selama istriku di Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikannya. Mau melarang ya, bagaimana? Lagi pula aku sudah terlanjur berjanji dengannya dan akupun tak tega bila tidak mengizinkannya, karena itu adalah impian istriku dari kecil.

Dua minggu sekali istriku datang ke Bandung untuk bertemu diriku, suami tampannya. Sebenarnya kasian dengan istriku itu, karena harus bolak-balik Yogyakarta- Bandung- Cirebon.

Kini rasa kangen serta rinduku sudah tak terobati lagi. Akhirnya aku punya ide untuk menemuinya di Yogyakarta, tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

~Yogyakarta~

Vera pov

Tok. Tok. Tok

"Duh siapa sih itu? Pagi- pagi udah bertamu aja, gerutuku kesal. Saat sedang menuruni tangga, tiba-tiba terdengar lagi suara ketukan pintu. Ck. Siapa sih, gue jitak baru tau rasa tuh orang batinku.

Kini usia kandunganku sudah 7 bulan. Jalan pun harus berhati-hati, kalau tidak bisa kena omel Kajona. Kalian tau Kajona itu apa? Biarpun Badanku kini berisi. Yaiyalah kan ada bayinya. Bodoh. Kok aku bisa lupa ya haha.

Kajona itu = kakak jones menua.

Tok.tok.

"Iya bentar napa?"

Ceklek.

"Hai Mommy" sapanya. Aku terkejut dengan kedatangan suamiku.

"N-ngapain mas kesini?" tanyaku dan sepertinya itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah terlontarkan. Suami datang ya pasti kangen atau mungkin sekedar numpang tidur karena ada kerjaan disini, entah bagaimana.

"Ya mau kangen- kangenan lah sama Mommynya anak Daddy. Pasti anak Daddy juga kangen ya pengen ditengokin sama Daddy. ya sayang?" ucapnya dengan senyum devil. Sambil mengusap perut buncitku.

Mendengar ucapannya langsung membuat pipiku merah. Langsung saja ku cubit perutnya. "Aawwhh" rengeknya. "Sakit tau yang"

"Biarin, suruh sapa mesum pagi-pagi?" ujarku sambil menjulurkan lidahku.

"Wajar dong yang, mas mesumin kamu. Daripada mas mesumin istri tetangga. Emangnya kamu mau?"tanyanya.

"Apa!!!???" tuturku emosi.

"Tidak"

"Gapapa ya sayang, anak Mommykan cuma sayangnya sama Mommy aja, jangan sama Daddy ya sayang. Soalnya Daddy mau cari mommy baru buat dimesumin" gerutuku sambil mengusap perutku seakan-akan sedang berbicara dengan anaknya. Zivan yang mendengar ucapan istrinya itu langsung terkekeh sekaligus kesal, masa anaknya gaboleh sayang sama Daddynya. Sabar Zivan.. Sabar batinnya berkata.

***

Zivan pov~

Sinar matahari pagi mengusik seseorang yang sedang tertidur pulas melalui sela-sela korden. Sedikit terkejut ketika bangun, tidak ada seseorang yang selalu memeluknya ketika tidur. Aku pun langsung bangun untuk mencarinya. Ya siapa lagi kalau bukan istriku. Saat kakiku ingin melangkah, terdengar suara isakan perempuan.

"Astaga. Pasti itu istriku." langsung saja aku keluar dari kamar dan menuruni anak tangga dengan cepat.

Terlihat diruang keluarga terdapat kak Pandu dengan setianya menenangkan tangisan Vera dengan raut wajah kebingungan. "Ssstt. Sudah dong de, jangan nangis lagi ya?" bujuk kak Pandu padaku. Namun hanya sebuah gelengan untuk jawabannya.

"Kak Pandu minta maaf banget untuk ngidam kamu yang satu ini, kak Pandu gabisa nurutin."

"Ada apa kak?" tanyaku. Setelah itu Vera langsung berdiri dan menghambur ke pelukanku.

"Kok nangis? Ada apa sih hm?" ucapku sembari mengusap air matanya dengan ibu jari.

Saat kak Pandu ingin menjelaskan apa yang terjadi, tetapi Vera langsung memotonh ucapannya. "Jadi Ve--r"

"Kak Pandu jahat mas" adunya.
"Kak Pandu gamau beliin sesuatu yang Vera ngidamin." adunya lagi dengan mengerucutkan bibirnya.

Cup

"Ihhh." gerutunya kesal.

"Makanya jangan dimaju-majuin bibirnya. Kan mas pengen cium jadinya."

"Emang Vera ngidam minta dibeliin apaan kak?" tanyaku penasaran.

"Istri kamu ngidam minta beliin gaun harga 200 juta. Bayangin aja, bukannya kaka pelit. Cuma kaka uangnya pengen buat untuk usaha atau modal untuk kawinin si Vania". Ujar kak Pandu. Namun sedetik kemudian dia sadar akan kalimat terakhirnya itu. Ketika melihat kearah Vera, dia sedang memelototinku dengan tatapan curiga.

Aku tertawa mendengar penjelasan kak Pandu. Pantas saja dia tidal mengabulkannya.
"Bener sayang?" tanyaku lembut. Karna tau sendiri gimana sensitivnya ibu hamil. Bisa-bisa ga dapet jatah nanti malam.

Vera mengangguk. "Coba mas mau lihat, gaun yang mana yang kamu pingin?" setelah itu aku melihat wajah istriku langsung berbinar senang mendengar ucapanku dan langsung menunjukkannya.

 "Coba mas mau lihat, gaun yang mana yang kamu pingin?" setelah itu aku melihat wajah istriku langsung berbinar senang mendengar ucapanku dan langsung menunjukkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Anggap aja itu gaun harga 200 jt hehe)

Pantas saja kak pandu tidak mengabulkannya. Haduh ada-ada aja istriku ini. "Yasudah nanti mas beliin buat kamu."

"Serius mas?" ku jawab dengan anggukan.

"Makasih mas sayang" ujarnya sekaligus menciun pipi kanan dam kiriku.

"Tapi ada syaratnya?"

"Apa?"

"Kamu harus kasih mas jatah 6 ronde untuk malam ini. Bagaimana sayang?" bisikku.

****

Hai maaf baru nongol lagi. Minal aidzin wal faidzin ya readers mohon maaf lahir dan batin.
Maag kalau ceritanya tambah ngaco tapi tetep ya jangan lupa vote dan comment.
.
.
.
.
Bye







Pantaskah Aku Berada Disisimu 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang