Lalu aku menaiki tangga untuk masuk kedalam kamar.
"Yang.. Yaaang" teriaknya sambil mengejarku masuk ke dalam kamar.
"Yang ayolah.. Kan nanti kamu mau pergi ninggalin aku seminggu", ujar mas Zivan.
"Hmmm. Nanti aja ya mas, hari ini aku cape banget", seruku. Lalu aku langsung merebahkan tubuhku di ranjang dan bersiap-siap untuk tidur. Kemudian mas Zivan menghampiriku dan merebahkan tubuhnya disampingku.
"Yang.. Ayo dong lagi pengen nih." ucapnya sambil tangannya merabah tubuhku.
"Hmmm, nanti aja yaa sayang." jawabku sambil mengelus pipinya.
"Dosa loh yang nolak suami. Oh ya, kamu nanti mau punya anak berapa yang?" ujarnya.
"4"
"Wow. Berarti aku harus ekstra nih yang. Hayo lah bikin little Zivan yang banyak", ucapnya dengan nada semangat. Lalu tangannya menemukan payudaraku dan meremasnya.
"Aaarkh, mas".
"Akhirnya bangun juga. Sekarang aku udah tahu caranya bangun kamu", serunya. Tiba- tiba dia menindihku dan langsung membungkam mulutku.
"Kamu cuma mau 4 aja yang. 12 pun aku bisa", ucapnya disela-sela ciuman.
"Kamu mah enak tinggal bikin. Orang ngelahirin tuh susah mas".
Jawabku. Lalu ciumannya turun ke lekukan leherku. "Mas, jangan buat kissmark dileher", ucapku dengan penuh penekanan."Baiklah." Kemudian dia merobek bajuku dam membuangnya sembarang. Kemudian dia melepaskan semua yang kupakai, lalu kini sekarang tubuhku sudah polos.
Seusai bercinta, aku langsung tertidur karena kelelahan. Bayangkan saja 5 jam kami bercinta. Dan kini dia membangunkanku. "Sayang"
"Hmm. Aku masih cape mas."
***
Kini aku sudah di Bandara Soekarta Hatta. Saat masih di rumah sampai sekarang mas Zivan selalu menempel kemanapun aku pergi. Alasannya nanti bakalan kangen, lalu dia membisikkan sesuatu sebelum aku pergi ke Malaysia.
"Setelah dari Malaysia, nanti akanku buat lemas kamu yang". Menggodaku dengan nada sensual. Aku hanya bisa melotot.
"Coba saja kalau bisa", ucapku sambil menjulurkan lidahku. "Yasudah, Mas aku pergi dulu yaa. Jangan macam- macam selagi aku gaada." ucapku lagi.
"Iya sayang. Jaga diri baik-baik disana", lalu dia mencium bibirku dan dilanjutkan ke keningku.
MALAYSIA
Kini aku sudah sampai di Bandara. Aku di jemput oleh Lydia.
"Bagaimana perusahaan Lyd?"
Tanyaku."Ada sikit masaleh, tapi ngomong-ngomong nih bagaimana suami kau ver. Apa tidak ada rencana honeymoon?",
"Aahh masalah tu, kita cakap nanti saja. Apakah saham Deloza grup sedang menurun atau bagaimane?"
"Sikit menurun. Dan esok ada rapat para pemegang saham".
Lalu handphoneku berdering.
"Oke. Sekejap ye saye angkat telpon dulu".Drrrttt. Drrttt
My hubby is calling
"Halo, Sayang bagaimana, apakah sudah sampai? Ada masalah apa disana? Dan tidak bisakah tidak terlalu lama? Aku udah kangen." ucapnya.
"Iya sayang. Tidak bisakah mas menanyakannya satu persatu." gerutuku. "Ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan. Secepatnya mas jika masalah disini sudah selesai,aku akan segera pulang. Kangen? Aku tidak", jawabku sambil sedikit menggodanya. Memang mas Zivan belum mengetahui bahwa aku memiliki perusahaan di Malaysia. Ku pikir nanti saja akan aku bicarakan, tapi tidak dalam waktu dekat ini.
"Maafkan mas sayang. Memangnya masalah apa hm? Apa perlu mas bantu, kalau kamu butuh bantuan telepon mas saja. Jangan terlalu lama, kamu ga kangen sama mas yang?", ucapnya. Mas Zivan adalah suami yang sangat perhatian, romantis.
"Nanti akan Vera jelaskan. Oke, sudah dulu ya mas. Vera juga kangen sama mas. Bye my hubby jaga diri baik-baik ya".
"Iya yang, kamu juga. Bye my wife".
Sudah 5 hari aku di Malaysia. Dan tiap hari mas Zivan menelponku. Sebenarnya pekerjaanku sudah selesai sejak kemarin, tapi aku malas untuk pulang ke Jakarta. Aku ingin bersenang- senang dulu dengan temanku. Malaysia ini menyimpan banyak sekali kenangan.
Maaf kalau updatenya lama. Maklumi saja jika ada typo :D jangan lupa vote (yg tanda bintang) dan commentnya yaa readers :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku Berada Disisimu 18+
Romantizm6 tahun yang lalu, saat SMA aku mengejarnya. Dia adalah cinta pertamaku. 2 tahun itu aku hanya bisa mencintainya dalam diam. Seseorang yang benar-benar mencintaiku, pasti tidak akan pernah menyuruhku untuk menjadi seperti orang lain. Kecewa... Sud...