"Karina, sayang ayo bangun bukannya hari ini kamu mulai masuk sekolah." Bunda Karina datang menyibak selimut yang menutupi tubuh Karina berusaha membangunkan anaknya yang masih saja terlelap
"Um... iya bun 5 menit lagi ya, Karin masih ngantuk." jawab Karina seraya memiringkan badan dan menutupi kepalanya untuk kembali bergelung dengan selimut . Bunda Karina hanya mengeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku putri semata wayangnya ini yang masih seperti anak kecil.
"Enggak. Sekarang kamu bangun, mandi terus sarapan bunda tunggu dibawah buat sarapan." Bunda menyibak kembali selimut Karina serta menarik tangannya agar ia terbangun.
"Iya,iya bunda. Karina sudah bangun nih."Karina menghela nafas pelan yang kemudian mencepol rambutnya asal bergegas turun dari tempat tidur untuk mandi dan bersiap-siap.
☔☔☔
"Pagi Ayah. pagi Bunda."
"Pagi sayang." jawab Ayah Karina yang sedang menyesap kopi hangat sambil membaca koran pagi.
"Kamu berangkat ke sekolah bareng sama Ayah atau diantar supir?" tanya Ayah.
"Karin mau naik angkot aja ayah."
"Kamu kan baru pertama kali masuk sekolah, lebih baik diantar Ayah atau enggak Pak Seno." ujar Bunda Karina yang tidak menyetujui Karin untuk berangkat sekolah naik angkutan umum.
"Karin kemarin sudah ke sekolah baru Karin bunda. Karin sudah tau jalannya. Gapapa ya Karin naik angkot aja."
"Iya sudah kalau kamu ingin naik angkot. Tapi jangan lupa bawa payung di luar lagi mendung takutnya nanti hujan." terang ayahnya menyetujui.
"Siap bos" jawab Karina dengan tangan yang dibuat hormat menghadap Ayahnya ditemani dengan senyuman lebar.
"Cepat habiskan sarapanmu dan bergegas untuk berangkat sekolah" ujar Bundanya yang dibalas dua jempol oleh Karina dan dilanjutkan dengan makan pagi dengan santapan obrolan hangat tentunya.
"Ayah, Bunda Karin berangkat sekolah dulu ya" Karina menyalami tangan Ayah serta Bunda dan berjalan keluar rumah menuju halte yang tak jauh berada di depan kompleks rumahnya yang kebetulan ada angkot menuju rute sekolahnya sedang berhenti. Dengan segera Karin berlari agar tak tertinggal daripada menunggu angkutan umum lainnya yang akan mungkin memakan waktu banyak.
Selang 30 menit waktu tempuh rumah ke sekolah, Karin yang selama perjalanan ditemani oleh hujan deras sampailah ia ke sekolah barunya dengan hujan yang masih tak mau juga reda.
Karina segera turun dari angkot dengan payung yang bertengger di atas kepala berjalan masuk menuju sekolah barunya. Karena faktor hujan membuat jalanan basah serta genangan air hujan yang berada di mana-mana dan Karina yang berjalan perlahan lahan takut seragam sekolahnya kotor. Ketika Karina yang sedang berjalan, dari arah belakang tiba-tiba muncul seseorang dengan mengendarai motor melewati kubangan air yang tentu saja cipratan air tersebut mengenai Karina yang berada di sampingnya.
"Heiii !!!"
Cowok yang mengendarai motor tersebut hanya berhenti melihatnya dari kaca spion tanpa turun ataupun meminta maaf kepadanya dan langsung menjalankan motornya meninggalkan Karina yang melotot sebal akibat ulahnya.Karina terus mengerutu sebal sambil cepat-cepat berjalan untuk segera sampai di koridor membersihkan seragamnya denga sapu tangan miliknya.
"Baru juga aku pertama masuk sekolah. Seragam basah, agak kotor juga. Dasar itu cowok, kalau nyetir gak pakai mata apa udah tau hujan banyak kubangan air mana aku lagi yang kena."
Selesainya ia membersihkan seragamnya yang masih juga terlihat kotor tapi lebih baik daripada sebelumnya. Karina langsung mencari ruang guru sambil melihat keadaan sekolah barunya sesekali tersenyum jika ada siswa-siswi memperhatikannya walaupun ia tak mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicgen
Teen FictionSchicksal : Takdir Regen : Hujan Hujan. Keadaan dimana takdir mempertemukan mereka. Hujan. Bukti tanda atas perjuangan dan sakit hati. Hujan bisa berarti bahagia atau hanyalah kebahagiaan sesaat. Hampir semua orang menyukai hujan. Begitupun Ka...