Karina keluar dari arah kamar mandi sambil menggosok-gosokkan rambutnya yang basah dengan handuk kering dan berjalan kearah tepi kasur sambil memikirkan maksud dari perkataan Ari.
"Pertemuan kita kemarin dan sekarang itu memang sudah takdir. Jadi, kamu gak bakal bisa mengelak karena kamu pasti akan ketemu saya tanpa kamu minta ataupun saya sendiri. Karena ini mungkin takdirnya tuhan yang sedang ditunjukkan"
Karina bingung dengan perkataan Ari. Perkataan Ari tadi sukses membuat Karina memikirkannya sepanjang perjalanan mereka menuju rumahnya. Apa maksudnya? Ia dan Ari akan terus bertemu? Bagaimana dia bisa berpikir begitu? Bahkan kesan pertama kali mereka bertemu sangat menjengkelkan. Ia bahkan sempat berfikir bahwa dirinya tidak akan bisa berteman baik dengan Ari.
"Semakin kesini aku semakin bingung. Aku yang terlalu kepedean atau memang dia yang terlalu misterius. Emang dasar cowok aneh."
Ddrrtt....
Karina menglihkan perhatiannya kearah handphonenya yang bergetar diatas nakas dekat kasurnya, dengan segera ia mengambilnya dan tersenyum senang. Karina menerima video call dari sahabatnya waktu ia masih berada di Bandung.
"Yaampun Karinaku yang cantik tapi masih cantikan gue, cerewet, gemesin, sampai pengen nyubit terus entar gue buang ke Amazon jadi santapannya ikan piranha. Gue kangen sama lo."
"Kamu kangen aku tapi malah mau buang aku, gimana sih kamu." cewek diseberang sana tertawa, mendengar cibiran Karina yang ditujukan untuknya.
"Haha... Becanda gue astaga. Lo mah selalu aja baper."
"Dasar kamu. Eh, apa kabar? Baru beberapa hari disini aku udah mulai kangen ke Bandung"
Karina berjalan kearah balkon kamar kemudian meletakkan handphonenya diatas meja tanpa harus memegangnya yang akan membuat tangannya pegal dan kemudian duduk menghadap kamera menampilkan sosok Dylan sahabatnya di layar kaca handphonenya.
"Gue mah baik tapi ada enggaknya juga sih. Lo tau kan Kevin sampai sekarang gencar deketin gue. Gue malu banget, masa tadi dia bikin ulah baca puisi cinta buat gue dikantin. Gila gak tuh, gak habis pikir gue sampai kapan dia sadarnya sih kalau gue gak cinta sama dia." ujar Dylan. Karina yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak karena ia tahu betul gimana tindakan Kevin yang bisa dibilang nekat melakukan apa saja demi deketin sahabatnya.
"Haha...masih aja Kevin kejar-kejar kamu Dyl. Kenapa enggak kamu terima aja sih kasian tau anak orang kamu gantungin terus." saran Karina yang mengundang cewek diseberang sana memasang wajah cemberut.
"Enak aja. Gue enggak pernah gantungin itu cowok dianya aja yang udah gue tolak tapi masih tetep aja deketin gue lagipula lo tau kan gue gak suka sama Kevin. Disini gue seakan akan jadi peran antagonis tau gak, nyakitin si Kevin mulu."
"Sudah resikonya Kevin Dyl, kenapa kamunya gak coba buka hati aja buat Kevin. Cinta datang karena terbiasa bukan."
"Andai saja berbuat semudah berujar Kir, udah dari dulu mungkin gue bakalan terima Kevin jadi pacar gue.Oh iya gimana sekolah baru lo pasti banyak cogan disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicgen
Teen FictionSchicksal : Takdir Regen : Hujan Hujan. Keadaan dimana takdir mempertemukan mereka. Hujan. Bukti tanda atas perjuangan dan sakit hati. Hujan bisa berarti bahagia atau hanyalah kebahagiaan sesaat. Hampir semua orang menyukai hujan. Begitupun Ka...