"DYLAN!!!!!
Karina memekik ketika Dylan telah sampai di kafe. Dylan sekarang sedang berada di Jakarta karena adanya acara keluarga dan disinilah Karina dan Dylan berbincang-bincang.
" Berapa lama kamu di Jakarta?"
Dylan yang sedang mencomot kentang gorengnya hanya mengacungkan jarinya membentuk huruf 'V'.
"Cuma dua hari? Kok cepet banget sih."
"Gimana lagi. Gue besok senin kan juga harus sekolah Karin."
"Kapan-kapan deh kamu nginap dirumah. Nanti kita bakal cerita, nonton film sampai pagi. Kan aku kangen begitu lagi sama kamu. Tapi disini aku udah ada temen yang baik banget. Kamu kalau ketemu dijamin langsung akrab." cerita Karina mengenai Ira dan Sinta.
"Iyadah. Lah gue gini-gini aja. Tetap digangguin sama tuh curut satu."
Karina tertawa begitu melihat wajah Dylan ketika sedang bercerita tentang 'Curut'.
"Entar lama-lama kamu suka gimana?"
Dylan melototkan matanya dan mengetuk-ngetuk kepala ke meja berulang kali.
"Amit-amit. Oh iya Rin ini nanti saudara gue kesini entar lo juga ikut ya."
Karina mengangkat sebelah alisnya bingung. "Lah kok aku juga?"
"Yakan gue kesini cuma 2 hari aja. Bantuin saudara gue cari kado bentar deh."
Karina hanya mengedikkan bahunya dan fokus kepada handphone yang sedang dimainkannya.
"Ah ini dia saudara gue." ujar Dylan yang membuat Karina sontak mendongakkan kepala.
"Sorry baru dateng. Jalanan macet."
Karina melihat seseorang yang sedang berdiri dihadapannya. Seseorang yang akhir-akhir ini ia selalu bertemu dengannya. Apa-apaan ini. Kenapa selalu saja bertemu dengan dia.
"Kamu!!!"
Tunjuk Karina kearah cowok yang sedang berdiri dihadapannya dengan wajah yang seperti biasanya. Takdir mana lagi yang akan membuatnya dipertemukan dengan cowok didepannya.
"Kalian udah saling kenal?" tanya Dylan yang membuat Karina menolehkan kepalanya kearah Dylan dengan sinis.
"Dia itu cowok yang sering aku cer—" Karina langsung membekap mulutnya sendiri karena keceplosan jika ia sering cerita tentang Ari ke Dylan. Kemudian Karina melirik Ari yang sedang menatapnya balik dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku jaketnya.
"Oh jadi Ari-Ari yang lo ceritain itu Ari saudara gue. Kok bisa ya." jawab Dylan dengan girang. Padahal dia berharap jika Karin bisa dekat lagi dengan cowok. Keberuntungan jika cowok yang diceritakannya itu ternyata saudaranya sendiri. Karina yang mendengar jawaban Dylan menahan malu akibat ketauan jika ia pernah cerita tentang Ari.
"Jadi kamu sering cerita tentang saya." ucap Ari yang membuka mata yang sedari tadi bungkam.
"Etdah, saya kamu ini bicaranya" Dylan yang mendengar Ari ngomong begitu semakin menyudutkan mereka berdua.
Karina berdiri kemudian menatap Ari yang membuat Dylan merasa bingung.
"Ge-er banget sih kamu. Siapa juga yang ngomongin tentang kamu itu." hardik Karina yang berusaha menahan malunya.
Ari mengangkat alisnya dengan senyuman yang tercetak tipis. "Saya gak ge-er tapi memang ini bener adanya."
"Mana buktinya?"
"Loh bukannya tadi keceplosan dan Dylan yang memperjelas semua."
"See."
Karina seketika diam karena tidak bisa menjawab perkataan Ari. Ari yang tidak dapat jawaban dari Karina tersenyum kemenangan membuat Karina sebal dan mengambil tas selempangan bersiap untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicgen
Teen FictionSchicksal : Takdir Regen : Hujan Hujan. Keadaan dimana takdir mempertemukan mereka. Hujan. Bukti tanda atas perjuangan dan sakit hati. Hujan bisa berarti bahagia atau hanyalah kebahagiaan sesaat. Hampir semua orang menyukai hujan. Begitupun Ka...