Bis sekolah SMA Galaksi telah sampai menuju tempat dimana mereka semua akan mengadakan acara camping. Para siswa dan siswi mulai menuruni bis masing-masing untuk berkumpul kearah panitia yang telah bersorak-sorak untuk berkumpul.
"Sinta, Karina ayo dong cepetan jalannya. Gue mau lihat kak Rio dkk nih. Keburu keduluan sama yang lain." riuh Ira yang menyuruh Sinta dan Karina untuk cepat-cepat berjalan menyusul dirinya.
"Apa faedahnya dia teriak nyuruh kita cepat jalannya kalau ujung-ujungnya malah ditinggal." dengus Sinta sebal melihat punggung Ira yang sedikit menjauh sambil membenarkan letak tas ransel yang dia bawa. Sedangkan Karina yang berada disebalahnya terkekeh mendengar gerutuan Sinta dengan terus berjalan kearah segerombolan orang yang saling berdesakan hanya untuk bisa mencapai tempat paling depan seperti halnya fans yang mengidolakan idolanya.
"Haiss... Gue kagak bisa lihat disini." ucap Ira, pasrah kemudian melangkah mundur menuju tempat Sinta dan Karina berdiri tak jauh dari gerombolan.
"Mohon, perhatiannya kalian semua. Setelah briefing kita ini, kalian semua akan mendirikan tenda terlebih dahulu serta setelahnya kalian akan melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi oleh ketua kelas kalian. Masing-masing melaksanakan tugas dengan benar, tolong menolong satu sama lainnya. Rasa solidaritas sangat dijunjung dalam kegiatan camping seperti ini. Jika kalian merasa butuh bantuan jangan sungkan meminta tolong ke teman, panitia, ataupun alumni-alumni yang ikut berpartisipasi."
Setelah panitia merupakan anggota osis yang Karina kenal bernama Dina, lebih tepatnya kakak kelas Karina yang menjabat sebagai wakil osis di SMA Galaksi telah selesai memberi intruksi dilanjut dengan sang ketua osis yang Karina ketahui juga memiliki segelintir fans di sekolahnya.
"Baiklah kalau begitu, sebelum kita memulai acara camping kita hari ini. Kita berdoa terlebih dahulu agar proses kegiatan berjalan lancar, tanpa hambatan. Berdoa menurut kepercayaan masing-mssing. Dimulai."
Intruksi ketua osis membuat semua murid menundukkan kepala untuk berdoa bersama.
"Selesai."
"Silahkan kalian pergi ke tempat dimana tenda kalian akan berdiri. Disana akan ada kakak-kakak alumni yang akan memberikan instruksi kepada kalian semua."
Seperti magic. Para siswa-siswi lebih tepatnya para cewek-cewek langsung beranjak pergi menuju lokasi yang telah diberitahu oleh ketua osis.
Sinta dan Karina berjalan santai sambil berbincang-bincang tidak memperdulikan orang-orang yang sibuk mencari Rio dkk. Sesampainya ditempat, segeralah mereka berdua mulai memasang tenda yang akan mereka tiduri nanti bersama anggota kelompok mereka.
Karina yang sedang kebagian tugas memasang pasak bagian belakang dikagetkan oleh seseorang yang berada di belakangnya.
"Butuh bantuan?" tanyanya kepada Karina. Karina yang mendengar ada seseorang mengajaknya berbicara menoleh dengan senyum yang terukir diwajahnya.
"Eh.. E..emm sedikit sih. Ini tanahnya keras banget susah tancapinya." jelas Karina sambil menunjuk tugas yang ia kerjakan tadi.
"Yaudah sini gue bantu."
Dengan segera cowok tersebut membantu Karina memasang pasak tenda bahkan hampir semua dia yang pasang membuat tugas Karina sedikit berkurang.
"Sudah nih."
"Makasih ya, sudah bantu aku pasangin semua pasak tendanya. Sekali lagi makasih."
"Santai aja kali. Sudah tugas gue bantuin adek-adek unyu selaku gue panitia alumni disini." papar cowok dihadapannya.
"Eh? Jadi kamu... Maksud aku, kakak, panitia alumni?" Karina mengamati penampilan cowok yang ada dihadapannya bertanya-tanya dalam hati. Inikah Rio Rio yang diceritakan orang-orang?
Cowok itu melongo mendengar pertanyaan Karina. Baru pertama ini ada seseorang yang tak mengenali dirinya. Padahal banyak cewek-cewek di SMA Galaksi memuja dirinya. Walau tak sebanyak fans Rio.
"Ahh... Lo gak kenal gue siapa?" tanya cowok itu yang hanya dibalas gelengan oleh Karina.
Cowok dihadapan Karina mengulurkan tangannya dengan senyum tengil menghiasi dirinya. "Kalau gitu kenalan. Nama gue Kiki. Barusan lulus dari SMA Galaksi. Gue jomblo. Mantannya cassanova disini tapi masih lebih unggul teh Rio sih. Kalau lo mau panggil sayang juga gak papa." papar cowok didepannya yang bernama Kiki itu.
"Aku Karina kak. Salam kenal." Karina melepaskan pegangan tangannya ketika ia selesai berbicara dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bingung mau gimana.
"Ehm.. Kalau gitu aku nyusul ke teman-teman dulu ya. Permisi Kak Kiki." ucap Karina sambil berlalu pergi meninggalkan Kiki yang belum sempat membalas perkataan Karina.
"Lah tuh bocah udah kabur aja. Belum dimintain nomor telepon juga." ucap Kiki sambil menggaruk kepala yang tak gatal.
Karina berjalan menuju kearah tempat duduk Ira, Sinta serta teman-temannya yang sedang berkumpul.
"Hai." sapa Karina kepada teman-temannya begitu sampai duduk disebelah Ira.
"Hai. Abis darimana lo kok lama banget." tanya Ira sambil memakan snack yang dia bawa.
Karina menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil nyengir. "Ah.. Itu tadi AKU diajak ngobrol sama kakak alumni itu."
"Aihh serius lo. Diajak ngobrol sama siapa? Kok gak ngajak-ngajak gue sih." jawab Ira cepat dan wajah sedikit ditekuk sebab mendengar pernyataan Karina yang abis mengobrol dengan kakak alumni. Tempat sarangnya cogan berkumpul.
"Siapa sih namanya. Itu... Kak—Kak Kiki. Iya itu."
"Kak Kiki yang biasanya suka modusin cewek itukan?" tanya Rani teman sekelas Karina siswi sekolah yang selalu memakai bandana berwarna mencolok yaitu merah hati agar terlihat seksi jika dipandang memakai warna merah hati.
"Dasar sok kecakepan." sarkas Sinta cepat yang mendapat lemparan snack dari Ira.
"Orang ganteng mah bebas mau ngapain aja. Tapi masih tetap gantenganKak Rio sih." papar Ira dengan wajah serta mata yang berbinar-binar membayangkan siluet wajah tampan milik Rio.
Karina mendengar nama Rio di damba-dambakan membuat ia berpikir seberapa gantengkah Rio itu? Sampai begitu banyak orang-orang yang mengidolakannya.
"Emang yang namanya Rio itu mana sih. Kok aku jadi sedikit kepo gitu sama dia."
"Lo belum tau Kak Rio yang mana?" tanya Ira kaget yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Karina.
"Gue kira lo udah tau."
Karina memutar bola matanya kesal. "Kalau udah tau aku engga perlu tanya ke kamu."
Ira cengengesan sambil menggaruk kepala yang tak gatal. "Iya juga ya."
Kepala Ira menengok kekanan dan kekiri berusaha mencari sosok Rio untuk diberitahukan kepada Karina masih dengan mulut yang terus mengunyah snack.
Setelahnya Ira menengok kearah kanan lebih tepatnya arah jarum 2 dia menemukan Rio yang sedang mengobrol dengan temannya sambip sesekali tertawa dengan tangan dimasukkan satu membuat dia tetlihat semakin sempurna dimata semua kaum hawa.
"Nah itu tuh Kak Rio Kar." ujar Ira sambil menunjuk Rio yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
Karina langsung menolehkan wajahnya mengikuti arah pandang tangan Karina yang menunjuk seseorang.
"Yang mana?" tanya Karina.
"Aduh itu loh yang tangannya dimasukkan ke saku celana. Paling ganteng deh."
Karina menajamkan penglihatannya dengan memicingkan mata untuk fokus bisa melihat lebih jelas lagi wajah cowok itu. Dan ketika ia berhasil menangkap siluet wajah Rio dengan cepat juga ekspresi wajah Karina berubah seketika. Diam, terkejut, serta segala campur aduk rasa yang ia rasakan di ulu hati.
•D.R
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicgen
Teen FictionSchicksal : Takdir Regen : Hujan Hujan. Keadaan dimana takdir mempertemukan mereka. Hujan. Bukti tanda atas perjuangan dan sakit hati. Hujan bisa berarti bahagia atau hanyalah kebahagiaan sesaat. Hampir semua orang menyukai hujan. Begitupun Ka...