Karina memijit kepalanya yang tengah pusing memikirkan kejadian dua jam yang lalu. Dimana gurunya Bu Rini memberitahukan anggota kelompok yang akan bersama dengannya. Siapa lagi kalau bukan Ari. Cowok yang dua hari ini atau lebih tepatnya tiga hari ini membuat hidup dan moodnya berantakan.
Huftt...
Karina menghembuskan nafasnya entah sudah kesekian kalinya. Sekarang yang sedang ia pikirkan adalah bagaimana caranya ia berkelompok dengan Ari. Komunikasi di kelas saja mereka jarang hanya cuma seperlunya saja. Apa ia harus mengerjakannya sendiri? Tapi ia baru saja pindah mana tahu letak-letak tempatnya di Jakarta. Ia tahu pun tapi enggak ngerti jalannya kemana.
"Arrgghh" Karina menggeram kesal sontak membuat Ira dan Sinta yang sedang asik bercerita menoleh kearah Karina dengan alis terangkat.
"Kenapa lo?" tanya Ira
Karina menegakkan tubuhnya bersandar ke kursi menatap Ira yang berada dihadapannya dengan ekspresi lesu."Aku bingung."
"Bingung kenapa? Oh jangan-jangan soal kerja kelompok dari Bu Rini ya?" tanya Ira sambil mencomot kentang goreng di hadapannya yang dibalas anggukan oleh Karina sebagai jawaban iya atas ucapan Ira.
"Yaelah gitu aja dipikirin. Tinggal tanyain dimana mau kerjain tugasnya susah banget." jawab Sinta
"Ih tapi males."
Sinta memutar bola matanya. " Yaudah kalau gitu enggak usah kerjain tugas sekalian. Emang ada masalah apa sih diantara kalian berdua lagian Ari orangnya baik sama asik kok ke yang lainnya juga."
"Tapi kenapa sama aku dia jutek banget." tanya Karina tidak percaya dengan perkataan Sinta barusan.
Ira dan Sinta yang mendengarnya memikirkan ucapan Karina. Jika dilihat-lihat ada benarnya juga bahkan mereka tidak pernah melihat Ari tersenyum bahkan berbicara dengan Karina. Tapi kenapa jika dengan mereka atau yang lainnya dia bisa ngobrol banyak, tersenyum, bahkan tertawa.
"Iya juga sih."
"Bener kan, aku aja enggak ngerti sekaligus bingung." Karina menggeleng-gelengkan kepalanya. Aneh.
Ira yang sudah biasanya suka ngegosip sana-sini mencondongkan badannya agak mendekat dengan wajah serius. "Jangan-jangan Ari suka sama lo. Soalnya setau gue, enggak pernah beredar gosip Ari deket sama cewek bahkan nganterin pulang sekalipun. Lo kan masih sekali dianterin tapi bisa jadi iya. Tapi kayaknya enggak deh mana ada cowok suka sama orang tapi dianya jutek. Atau jangan-jangan Ari gak suka sama lo gara-gara waktu di kafe dia sakit hati dan sekarang dia den- Auw...."
Sinta menjitak kepala Ira akibat ucapan Ira yang ngelantur kemana-mana jika aura gosipnya tengah muncul.
"Suka banget sih jitak kepala gue." Ira mendengus sambil mengusap-usap kepalanya yang telah dijitak oleh Sinta. Sinta tidak menggubris gerutuan Ira dan menoleh kearah Karina yang sedang mengaduk-aduk minumannya.
"Yaudah sih tanyain baik-baik, kebetulan tuh besok libur ajak gih. Kalau Arinya enggak mau entar kerjain kelompok bareng gue sama Ira."
Karina hanya mengangguk sambil menyesap minumannya memikirkan kata-kata untuk diucapkan kepada Ari.
☔☔☔
Karina membereskan peralatan tulis serta buku-bukunya ke dalam tas. Melihat Ari yang akan siap-siap bergegas pulang membuat Karina dengan kilat membereskannya kemudian mencekal tangan Ari yang otomatis membuat Ari berhenti dan menatap Karina.
"Ari hm... anu... kapan tugasnya bakal dikerjain. Besok kan libur gimana kalau kita kerjainnya besok?" tanya Karina melepaskan cekalan tangannya. Karina yang sejak tadi ditatap tajam oleh Ari merasakan degupan jantungnya yang sedikit berpacu cepat.
"Gue sibuk." jleb
Ari yang telah mengucapkan kalimat itu langsung pergi meninggalkan Karina yang mulai meletup-letup menahan emosinya yang akan meledak.
"Dasar cowok songong." jerit Karina dengan menghentak-hentakan kakinya kesal. Dengan perasaan kesal Karina berjalan keluar menuju gerbang sekolah menunggu sopirnya untuk menjemput dirinya dengan perasaan kesal.
Karina berjalan di koridor dengan jarinya yang sedang mengetikkan sesuatu di handphone untuk disampaikan ke seseorang.
Besok aku ikut kalian.
☔☔☔
Karina menghempaskan tubuhnya ke kasur menerawang ke langit-langit kamar. Tangannya mulai memukul-mukul dadanya yang mulai sesak. Sekelebat masa lalu teringat olehnya membuat pasokan oksigen disekitarnya berkurang entah pergi kemana.
Mengingatnya membuat luka yang mati-matian ia tutupi terbuka lagi. Benteng yang ia bangun runtuh seketika. Sakit. Setetes air mata lolos meluncur entah sudah kesekian kalinya. Karina kemudian bangkit berjalan menuju tempat belajarnya mengambil buku yang biasa ia tuliskan jika dalam keadaan seperti ini.
Apa kabar?
Aku disini baik-baik saja. Kamu dimana? Kenapa waktu kejadian itu kamu seakan menghilang di telan bumi. Andai kejadian itu tidak terjadi. Andai kamu tidak mengetahuinya. Andai perasaan ini hanya aku yang tahu dan menikmati sendiri. Dan banyak berandai-andai yang ingin aku lontarkan. Masih bisakaha kita bertemu lagi. Melepas kerinduan yang menggerogoti hati setiap kali teringat tentangmu.
Karina menutup bukunya dengan kasar dan mengusap pipinya yang basah oleh air mata. Sudah cukup ia menangis hari ini, yang ia butuhkan sekarang mandi menyegarkan tubuh, otak, serta hatinya.
☔☔☔
Wanita separuh baya sekitar umur 38 tahun tetapi masih memiliki paras cantik ini berjalan menaiki tangga dengan membawa nampan menuju kamar anak laki-lakinya.
"Anta." ucap wanita separuh baya itu sambil berjalan masuk ke dalam kamar. Laki-laki yang dipanggil Anta itupun menoleh tersenyum melihat bundanya.
"Iya bun, ada apa?" tanya Anta. Bundanya meletakkan air putih di nakas dekat tempat tidur dan berjalan kearah anaknya yang berada di sofa dekat jendela sambil menatap langit malam.
"Enggak ada yang mau cerita ke bunda nih. Bunda lihat akhir-akhir ini kok ada yang berubah gini yah." goda bunda.
"Dikira power ranger berubah. Aku masih anak bunda enggak berubah kok." jawab Anta yang membuat bundanya tertawa kemudian mengelus rambutnya lembut.
Bunda tersenyum." Iya deh iya. Yaudah jangan lupa itu diminum semuanya dan jangan tidur malam-malam." Bunda Anta beranjak pergi meninggalkan Anta yang masih berada di tempatnya.
"Aku juga enggak tahu bunda sejak kapan aku seperti sekarang. Tapi, yang aku tau sejak kejadian itu entah kenapa aku memiliki alasan untuk semangat dan berjuang demi orang-orang terutama dia."
☔☔☔
Hari minggu yang biasanya dilakukan oleh orang-orang untuk bersantai dirumah atau tidur hingga matahari benar-benar berada diatas kepala. Menikmati surganya tidur sampai siang. Mengistirahatkan tubuh juga pikiran tentang aktivitas-aktivitas yang memusingkan. Lain halnya dengan Karina, bahkan ia sekarang sudah bersiap-siap berangkat dengan Sinta juga Ira untuk mengerjakan tugas dari Bu Rini sekaligus bersenang-senang tentunya.
Hari ini Karina menggunakan baju santai dengan kaos berlengan panjang bertuliskan I Love Paris dengan rok berwarna hitam diatas lutut. Rambut yang ia gerai dan memoles wajah dengan make up yang tipis menambah kesan kecantikannya. Manis."Karina cepat turun ada temanmu." teriak Bunda dibawah.
"iya bun." Karina langsung bergegas mengambil tas selempangnya diatas kasur dan berlari kecil menuruni tangga untuk menemui Sinta dan Ira yang berada di ruang tamu.
"Hai, ayo beran- kamu" tunjuk Karina kearah seseorang yang sedang berdiri disana dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya. Sontak senyum Karina menghilang seketika melihat orang dihadapannya.
•D.R
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicgen
Teen FictionSchicksal : Takdir Regen : Hujan Hujan. Keadaan dimana takdir mempertemukan mereka. Hujan. Bukti tanda atas perjuangan dan sakit hati. Hujan bisa berarti bahagia atau hanyalah kebahagiaan sesaat. Hampir semua orang menyukai hujan. Begitupun Ka...