Karina bersenandung senang menuruni anak tangga dengan rambut yang dikuncir kuda dan handuk kecil melingkar di lehernya bersiap untuk lari pagi sebentar sambil menunggu Dylan datang kerumahnya.
"Pagi Ayah Bunda." sapa Karina begitu sampai diruang meja makan dengan senyuman manisnya. Kaos santai berwarna biru dan training berwarna putih.
"Kamu mau jogging? katanya mau bikin kue sama Dylan." ucap Bunda Karina begitu menyesap teh hangat yang dibuatnya dan menatap kearah Karina yang sedang menggerakan kaki serta tangannya sebagai pemanasan.
"Iya nanti bunda sambil tunggu Dylan datang aku mau jogging dulu."
Ayah Karina yang sedang membaca koran menatap Karina dengan senyuman.
"Enggak biasanya loh kamu jogging. Apa jangan-jangan kamu sudah janjian sama teman laki-laki kamu ya."
Karina yang mendengar ayahnya yang sedang menggoda dirinya hanya cemberut dan menyilangkan tangannya.
"Ih.. Ayah apaan sih. Aku jogging sendirian enggak janjian sama siapa-siapa, lagian aku juga pernah jogging walaupun kadang-kadang sih."
Ayah dan Bunda Karina hanya tertawa mendengar anaknya yang sedang cemberut. Begitu Ayah Karina ingin menggodanya lagi dengan cepat ia pamit pergi untuk lari pagi keliling komplek rumah.
"Karina pergi dulu." pamit Karina sambil lari terbirit-birit menuju pintu rumah. Ayah dan Bunda Karina hanya tersenyum melihat anaknya yang terkadang masih bersikap seperti anak kecil itu.
Karina berlari-lari kecil mengelilingi komplek rumahnya sambil sesekali menyapa tetangga-tetangga yang sedang melakukan hal yang sama sepertinya jogging, atau ibu-ibu yang seperti biasanya. Belanja sambil bergosip.
Dengan santainya ia berhenti di depan rumahnya sambil melakukan perenggangan otot-otot dengan peluh yang membanjiri wajahnya.
Hingga sebuah mobil berhenti tepat didepannya yang membuat Karina bingung karena sebelumnya ia tidak pernah melihat mobil itu. Sampai seseorang yang keluar dari mobil membuat Karina senang bukan main.
"Dylan!!!" Karina menghampiri Dylan yang barusan keluar dari mobil dan langsung memeluknya yang membuat Dylan meronta-ronta.
"Ih lepasin lo bau." ucap Dylan yang membuat Karina langsung melepaskan pelukannya langsung dengan wajah yang cemberut.
"Enak aja bau. Tadi aku udah mandi tau."
Dylan hanya terkekeh dengan geleng-geleng kepala hingga suara deheman membuat ia tersadar.
"Ehm."
Dylan langsung berbalik sedikit membungkuk melihat seseorang yang berada di jok pengemudi sambil menyunggingkan senyumannya.
"Eh sorry-sorry gue lupa kalau masih ada lo."
Karina yang melihat Dylan berbicara dengan seseorang di dalam mobil kemudian ia juga ikut membungkukkan badannya melihat seseorang yang ia kenal.
"Ari." ucap Karina begitu tau yang mengantar Dylan adalah Ari.
Ari yang menghiraukan ucapan Karina langsung pamit ke Dylan. "Yaudah gue pergi dulu nanti gue jemput."
Dylan hanya mengangguk memberikan dua jempol kearahnya.
"Sip."
Dengan cepat mobil itu pergi dari hadapan mereka berdua yang membuat Karina berdecak.
"Dasar songong. Untung mood aku lagi bagus."
"Dia orangnya gak gitu kok. Sebenarnya dia itu baik banget, cuek juga enggak mungkin dia cuek karena moodnya lagi gak bagus. Aslinya dia baik tau." jelas Dylan yang membuat Karina tidak percaya. Pertama, teman-temannya yang bilang dan sekarang Dylan yang bilang kalau Ari itu baik. Apa karena Karina orang asing jadi ia mendapat respon yang membuatnya emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicgen
Teen FictionSchicksal : Takdir Regen : Hujan Hujan. Keadaan dimana takdir mempertemukan mereka. Hujan. Bukti tanda atas perjuangan dan sakit hati. Hujan bisa berarti bahagia atau hanyalah kebahagiaan sesaat. Hampir semua orang menyukai hujan. Begitupun Ka...