Disaat perasaan sedikit memudar. Sekarang semesta yang ingin menyatukan sedikit demi sedikit kepingan hati yang hilang
Karina Putri Adelia
☔☔☔
"Wih ini beneran rumah lo Ri." kagum Ira begitu mereka sampai rumah Ari.Rumah sederhana tapi memiliki halaman rumah yang luas bahkan untuk bermain lari-laripun bisa. Terdapat pendopo untuk bersantai dengan suguhan taman bunga yang nampak indah dan sangat terawat. Belum lagi ruangan khusus untuk menonton film. Pojok kanan terdapat rak lemari berisi kaset-kaset film. Demi apapun ini filmnya lengkap. Ada berbagai genre yang mulai dari action, thriller, horror,comedy, bahkan romance pun ada.tambahan sofa empuk mendukung suasana.
Karina yang semula tampak enggan untuk ke rumah Ari ikut kagum. Bahkan mungkin menyesal jika tidak ikut mereka bertiga.
"Karin lo pilih-pilih filmnya ya yang mau ditonton entar apa. Gue mau bikin popcorn dulu." ucap Dylan yang dibalas anggukan oleh Karina. Dylan yang mendapat persetujuan langsung menghadap Ira dan Sinta dengan kedipan mata memberikan kode yang hanya diketahui oleh mereka saja.
"Ah-em gue ikut Dylan bikin popcorn deh sambil lihat-lihat rumah Ari. Ayo Sin." Ira menarik tangan Sinta tanpa persetujuannya meninggalkan Karina dan Ari diruangan itu.
Karina yang tidak sadar akan kehadiran Ari yang terus memandangnya di sofa yang sibuk mencari kaset-kaset film yang akan mereka tonton.
"Mau nonton apa?"
Karina yang mendengarnya langsung berhenti mencari kaset dengan bulu kuduk yang berdiri membayangkan siapa yang telah mengajaknya bicara barusan.
Ari yang melihat Karina hanya diam beranjak untuk mendekatinya. "Mau nonton apa?"
Karina yang menyadari suara tersebut makin mendekat refleks ia berteriak dengan wajah yang tertutup dengan tangan.
"Ja ja jangan mendekat. Aku masih mau sekolah, kuliah, nikah aja belum. Jangan makan aku setan. Pergi hus-hush. Bunda tolong Karin."
Ari yang melihatnya tersenyum dibelakang karena Karina yang mengira diriny setan.
"Hei." tepuk Ari dipundaknya yang langsung mendapat pukulan dari Karina.
"Pergi... Pergi setan. Aku masih mau hidup. PERGI." Cecar Karina terus memukul Ari dengan mata yang tertutup membuat Ari merasa kewalahan.
"Hei in—"
"Pergi setan."
"HEI INI SAYA ARI."
Ari mencengkeram kedua tangan Karina yang terus memukulnya. Karina yang mendengar itu langsung memberhentikan aksinya dan membuka matany. Perlahan bau maskulin tercium di hidungnya. Karina yang pendek hanya bisa menatap dada bidang itu dengan perlahan ia mendongakkan kepalanya menatap Ari yang saat itu tengah menatapnya.
Jantungnya saat itu langsung memompa lebih cepat. Oksigen disekitarpun rasanya berkurang. Perasaan aneh muncul di diri Karina. Perasaan yang sudah sekian lama ia tidak merasakannya.
Suara itu membuat Karina tersadar dan langsung menjauhkan dirinya dan salah tingkah.
"Maaf ya, aku kira tadi ada setan disini"
"Mana ada setan ganteng kayak saya"
Karina yang mendengarnya refleks melempar Ari dengan bantal yang langsung di tangkis oleh sang empu.
"Idih. Ge-er banget kamu ganteng. Yang ganteng itu baru Reecenya New Hope Club, kamu mah gak ada tandingannya."
"Terserah."
Karina berjalan untuk melihat-lihat ruangan ini sambil menunggu Ira, Dylan dan juga Sinta yang belum kembali.
"Kamu gak capek dari tadi muter-muter mulu kayak nyamuk."
"Capek sih sedikit."
"Yaudah duduk." balas Ari. Karin menggeleng membalas jawaban Ari.
"Enggak ah, aku nunggu mereka bertiga dulu." tolak Karina. Sebenarnya ia merasa capek karena berdiri terus seperti itu. Tapi demi jantungnya ia bersedia untuk berdiri.
Entah perasaan apa yang dirasakannya. Karina sendiri pun daritadi mempertanyakan itu. Apakah, apakah ia sudah melupakan masa lalunya? Dan siap membuka hatinya lagi untuk orang lain. Tapi, sekedar untuk mengingat seseorang di masa lalunya saja mebuat ia merasakan sesak dihatinya.
Ari yang melihat Karina dari tadi langsung saja menarik tangannya untuk duduk disampingnya.
"Kalau memang sakit kenapa harus diingat." ucap Ari sambil menghapus bulir air mata yang siap akan jatuh membuat Karina mematung ditempatnya.
Ari kemudian menghadap kedepan dengan tangan yang bersindekap didada mengabaikan Karina yang masih diam karena perlakuannya.
"Kamu tau gak hal yang paling menyakitkan dari apa yang kamu rasain. Menunggu tapi tidak dikenal. Menunggu tapi dia tidak pernah peka dengan keadaan sekitarnya. Menunggu hingga sampai dia mulai jatuh cinta. Jatuh cinta bukan dengan seseorang yang sedang menunggunya tetapi dengan seseorang yang baru dikenalnya."
Karina yang mendengarnya merasa bingung dengan tiba-tiba Ari yang mengatakan seperti itu. "Kamu sedang nunggu seseorang."
"Iya. Orang itu deket sama saya. Tinggal tunggu waktu buat sampaikan semua perasaan saya. Secepatnya." jawab Ari mantap sambil menatap Karina dengan senyumannya.
Karina yang baru pertama melihat Ari tersenyum langsung ikut tersenyum sambil menepuk bahu Ari pelan.
"Semoga lancar ya."
Ternyata Ari tidak seburuk yang ia pikirkan. Bukan cuma tukang nyeselin, sok-sokan, dan segala macam yang ada dipikirannya. Perkataan Ira, Sinta dan juga Dylan ternyata memang benar adanya. Dan ia senang mempunyai teman seperti Ari. Iya teman.
•D.R
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicgen
Teen FictionSchicksal : Takdir Regen : Hujan Hujan. Keadaan dimana takdir mempertemukan mereka. Hujan. Bukti tanda atas perjuangan dan sakit hati. Hujan bisa berarti bahagia atau hanyalah kebahagiaan sesaat. Hampir semua orang menyukai hujan. Begitupun Ka...