Schicksal 3

66 23 0
                                    

"Karina"

Karina yang terkejut pun segera duduk dibangkunya yang dimana itu bersebelahan dengan cowok yang pernah bertemu dengannya di cafe kemarin. Mungkin saja dia benar-benar lupa tentang perjumpaan mereka yang sedikit kurang mengenakan itu, hal itu menjadi pertanda baik bagi Karina karna ia pun juga tak perlu repot untuk berkenalan apalagi meingat mereka sebelumnya pernah bertemu.

Kring...Kring...Kring

Bel istirahat berbunyi setelah 3 jam pelajaran berlangsung lamanya, para siswa-siswi bersorak senang dan segera berhamburan keluar kelas untuk menuju ke kantin ada pula yang masih tetap berada di dalam kelas. Karina sedang merapikan buku-bukunya dan tak lama kemudian kursi disampingnya berderit. Cowok itu pergi bahkan saat pelajaran dimulai pun mereka tidak berbicara sedikitpun.

"Hei."

Seseorang menepuk pundak Karina yang sontak membuat ia menoleh ke belakang. Dua orang cewek yang tersenyum hangat ke arahnya serta di tambah mereka yang sedang menjulurkan tangannya tanda perkenalan.

"Kenalin gue Sinta dan disebelah gue Ira."

Karina yang mendengarnya tersenyum sumringah membalas uluran tangan Sinta dan juga Ira dengan antusias.

"Karina."

"Mau ke kantin bareng gak?" ajak Ira

"Mau. Mau"

Karina menganggukan kepalanya semangat berjalan keluar kelas bersama Sinta dan Ira menuju kantin. Selama perjalanan Karina menikmati setiap perbincangan Sinta dan Ira yang terkadang membuat perutnya sakit karena tertawa mendengar cerita mereka.

"Lo tadi lihatkan Didi yang naik meja terus nyanyi lagu favoritnya dan Sinta langsung marah gara-gara suara Didi yang cetar. Eh, malah Didi tanpa takutnya godain macan ngamuk." Ira bercerita sambil tertawa meledek Sinta yang memasang wajah bete.

"Hampir setiap hari loh mereka berantem. Bentar lagi juga uhuk uhuk. Kita semua dapet traktiran" ucap Ira sambil memperagakan orang keselek yang diselingi oleh tawa.

Karina tertawa. Ternyata mereka berdua asik tidak seperti pikirannya yang menjadi murid baru. Tidak memiliki teman. Setiap hari selalu sendiri. Tapi, Karina bertemu Sinta dan Ira yang mampu membuat ia tertawa bahkan dalam jarak pertemanan satu hari.

"Oh iya. Seru dong kalau gitu tiap hari dapat hiburan." Karina mulai ikut-ikutan meledek Sinta sama seperti Ira yang membuat Sinta melotot marah dibalas gelak tawa oleh keduanya.

"Amit-amit deh gue pacaran sama tuh kutu kupret. Bisa-bisa gue masih muda gini udah kena darah tinggi. Ih." jawab Sinta sambil mengetuk ketuk kepalanya yang membuat Ira dan Karina seketika tertawa kencang. Setibanya di area kantin mereka langsung mencari tempat duduk yang kosong berada tepat ditengah.

"Karina lo mau pesan apa?" tanya Sinta.

"Samain kayak kamu aja." Sinta menganggukan kepalanya dan menoleh ke arah Ira dengan memasang ekspresi wajah yang dibuat-buatnya garang. Ira hanya tersenyum lebar.

"Lo?"

"Kayak biasanya Sinta sayang."

"Ih, geli gue dengernya. Udah ah gue mau pesen dulu."

Karina tersenyum dan memandangi keseluruh penjuru kantin sambil sesekali membalas ucapan Ira.

"Oh iya Rin. Tadi waktu lo perkenalin diri kenapa lo kaget lihat Ari dateng." tanya Ira. Karina yang mendengarnya menghembuskan nafas pelan dan menegakkan tubuhnya.

"Sebelumnya aku pernah ketemu sama itu cowok kemarin malahan. Waktu itu lagi hujan dan kursi di depan aku kosong jadinya ditempatin sama cowok itu karena memang cafenya waktu itu lagi ramai dan banyak juga yang berteduh. Dan gak lama kemudian aku dapat sms dari bunda tapi aku gak ada pulsa jadinya aku minta tolong cowok di depan itu buat pinjam hpnya bentar buat balas pesan bunda. Gak taunya dia sombong. Cuek juga. Waktu itu aku belum selesai ngomong tapi dia udah potong duluan dengan nyodorin handphone dia. Pokoknya aku kesel sama dia, makanya aku kaget waktu dia tiba-tiba masuk ke kelas. Dan sekarang aku harus satu kelas parahnya lagi satu meja." ujar Karina yang membuat Ira mengangguk-anggukan kepala.

SchicgenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang