S2

46.2K 5.6K 1.7K
                                    

B A G A S

Gue menunduk dengan wajah panas. Nggak peduli mas-mas di sebelah kanan gue yang kayaknya lagi menahan senyum geli—iya soalnya gue sempat lihat, anju. Sesekali gue melirik mas-mas di samping gue, kemudian mengerjap pelan, dan merutuki diri sendiri.

"AAA! IH, YA TUHAN!"

Teriakan-teriakan serupa juga memenuhi Teater 3. Gue sampai nggak bisa berkutik hanya karena mendengar teriakan yang kayak begitu.

Please, deh, ini Bioskop woy.

YA KALAU TAKUT, NGGAK USAH NONTON! BIKIN ORANG TRAUMA AJA PAKAI TERIAK-TERIAK BEGITU, IH!

Tarik napas, hembuskan.

"Mas, kalau takut, peluk saya aja, nggak apa-apa, kok."

Nggak apa-apa, ndasmu.

Gue menoleh pada mas-mas itu. Mata gue menyipit, dengan bibir dimanyunkan. "Mas, ini jam berapa? Kok filmnya lama banget, sih? Mati saya lama-lama di sini. Abisnya, serangan jantung mendadak, mas."

Mas-mas itu terkekeh pelan. Matanya masih fokus ke layar. Kayaknya sih, adegannya masih seram, soalnya dia sempat mengernyit gitu. "Bentar lagi mungkin, mas. Ini udah klimaksnya."

Gue ngangguk. Kembali nunduk, dan mainin handphone.

Beberapa menit lagi—mungkin, lalu gue akan bebas. Yehet.

.

Akhirnya, selesai juga filmnya!

Rasanya pengen sujud syukur di depan layar, sambil nangis bombay. Ya Tuhan, gue senang banget soalnya.

"Mas, keluar?"

Suara di samping kanan gue, membuat gue spontan noleh. Mas-mas itu ngasih gue senyum 1000 watt. Duh, mana tampan lagi.

"Iyalah, keluar. Masa mau nonton lagi, sih?" balas gue. Mas-mas itu terkikik, lalu tarik tangan gue buat bangun. "Pelan, mas. Sakit."

"Iya, iya. Maaf."

Kayak orang pacaran aja, ehe.

Tapi sorry, gue bukan homo. Gue cuma kagum aja gitu. Abisnya ini mas-mas gentle banget. Udah tampan, tinggi, berotot, baik lagi. Kalau aja gue cewek, pasti udah klepek-klepek. Dijamin.

Kita ngobrol-ngobrol sambil jalan keluar Teater. Dia senyum terus daritadi. Gue ikutan senyum.

"Bahagia banget, mas? Perasaan tadi abis nonton film horor, deh, bukan film romansa, apalagi komedi." Gue terkekeh. Rasanya aneh aja, gitu. Ada ya, orang habis nontonin setan malah senyum-senyum kayak orang gila. Yang ada juga gemetaran.

"Soalnya seru, mas. Kalau saya nggak nonton film yang tadi, mungkin saya nggak ketemu mas, 'kan?"

Heleh.

"Apaan, sih, mas?"

Dia ketawa. Gue geleng-geleng, dan nunduk. Gue ngambil handphone dan buka Line, masih sambil jalan.

teriadiyana: sori yah beb, kita pulang duluan.

Masih senyum lho, gue.

"Kenapa, mas?"

"Saya ditinggal, mas. Padahal tadi saya ke sini sama mereka, tapi sekarang mereka pulang duluan."

Gue pasang ekspresi paling menyakitkan yang pernah gue keluarkan. Nyesek, cuy. Yakali mereka tega ninggalin gue. Udah adrenalin gue diuji, sekarang ketebalan dompet gue juga diuji. Sedih terkadang.

Seat 12-13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang