A U T H O R
"Mas, makasih ya." Bagas menoleh pada Andrian. Cowok dua puluhan itu mengernyit sebentar, lalu tersenyum kecil. "Maaf juga ya, mas, kalau tadi Bagas ngomongnya kasar. Itu spontan, mas. Maaf sekali lagi."Tangan besar Andrian menyentuh pucuk kepala Bagas, membuat yang lebih muda mendongak. "Nggak apa-apa, kok. Lagian, tadi saya juga maksa kamu buat jawab. Mungkin kamu ada kegiatan penting gitu sampai-sampai nggak balas Line saya. Saya juga nggak mau memperpanjang masalah kayak gini. Masa hanya karena nggak balas Line hubungan kita jadi renggang?"
Hubungan apa hayo? Bagas membatin dengan wajah miris. Dia tersenyum dan mengangguk pelan. Mas Andrian mah bisa aja bikin gue luluh.
"Iya, mas. Makasih ya, tumpangannya. Bagas masuk ke rumah dulu," izin Bagas pada Andrian.
Namun, baru saja akan membuka pintu mobil, pergelangan tangannya ditahan. Andrian memegang pergelangan tangannya. Bagas menoleh lagi pada Andrian, dan memberi pandangan seolah bertanya 'ada apa' pada mas-mas tampan berotot itu.
"Kamu.. beneran nggak mau jadi adiknya mas?"
Itu lagi. Kesal, njir.
Bagas tanpa sadar memutar bola matanya. Cowok yang tubuhnya lebih pendek dan kurus itu perlahan melepaskan pergelangan tangannya dari cengkraman Andrian. Dia tersenyum paksa.
"Bagas nggak mau jadi adik-adik-annya mas Andrian. Mending kita jadi teman."
Iyalah. Enakkan difriendzonein kemana-mana, daripada kakak-adik zone.
Andrian terpaku, namun semenit kemudian, dia kembali mendapatkan nyawanya. "Yaudah, deh. Maaf menganggu ya, Bagas," katanya, ikut tersenyum—senyum miris, tapi.
Anggukan kecil dilontarkan Bagas pada Andrian. Dia membuka pintu mobil Andrian lebar-lebar kemudian beranjak keluar. Sebelumnya, dia menoleh pada Andrian, dan mengangguk pelan.
"Hati-hati ya, mas. Kabarin kalau udah sampai rumah."
Biar kayak orang pacaran gitu, ehe.
.
B A G A S
andrianhrwnt: mas udah sampai rumah nih.
Selamat sentausa.Gue terkekeh. Mas Andrian gak bisa apa, sekali aja jangan bikin gue kayak orang gila gini? Susah move on, 'kan jadinya.
Dan, oke, gue ngaku. Gue ada rasa dugeun-dugeun gitu sama mas Andrian. Gue takut. Terlepas dari rasa takut gue bahwa ternyata ada jiwa homo tersembunyi di dalam diri gue, gue lebih takut jatuh terlalu dalam sama mas Andrian.
Ya Tuhan, sejak kapan bahasa gue jadi kayak orang kelas berat gini?
Abisnya, mas Andrian mah gitu, dikit-dikit buat gue baper. Dikit-dikit buat gue malu-malu kucing. Dikiranya jantung gue bakal sehat apa, kalau dipompa dua kali lebih cepat terus? Jantungan gue yang ada. Mana pesonanya sama senyum 1000 watt-nya mas Andrian udah buat gue panas. Duh.
Tapi gue suka melonnya mbak Seulgi.
Iya, dan nggak mungkin banget, 'kan, bisa pacaran sama mbak Seulgi. Duh, gimana, sih?
bagasdirgantara: yaudah mas, baguslah.
Readandrianhrwnt: lama banget balesnya
Oh, jadi gak mau dibalas lama-lama?
bagasdirgantara: lagi ngelamun tadi habisnya ehe
Read
KAMU SEDANG MEMBACA
Seat 12-13
Teen FictionBagas bingung. Dirinya sudah duduk di seat 13 yang posisinya ada di paling kiri. Filmnya sudah dimulai, tapi tidak ada satu pun orang yang duduk di sampingnya. Demi Tuhan, Bagas menonton film hantu hanya karena ingin pamer pada sahabat-sahabatnya, s...