Tidak tahu harus melangkah ke mana lagi.
Yang jelas, kali ini aku sudah menemukan tempat persinggahan.
Entah aku akan tetap tinggal, atau akan pergi suatu saat.
sampai 25 atau 30?
***
D E V I A N
Ikan Teri
Incoming callGue melotot.
Antara percaya dan tidak percaya, karena lihat kontak Teri terpampang jelas di layar handphone gue.
Ini seriusan si Teri telepon gue?!
Dengan perlahan, gue menggeser ikon hijau, kemudian menempelkan handphone ke telinga. Bisa gue dengar, Teri menghela napas di seberang sana.
Jangan pakai hela napas gitu, dong. Kasihan jantung gue. Dia hela napas aja udah seksi, gimana kalau.. duh.
Sejak kapan pikiran gue kotor begini?!
"Lama banget lu angkat telepon."
Itu kalimat pertama yang dia bilang sejak beberapa detik kita saling diam. Nggak ada kata halo, atau hai, atau sekadar woi gitu. Lah, emang gue mengharapkan apa dari dia?
Jika iya gue berharap, emangnya dia bakal sanggup ngabulin?
Palingan juga lari ke Bagas.
"Iya, maaf."
".. oke. Lu free, 'kan, hari ini?"
Gue mengangguk. Sadar kalau orang yang lagi gue ajak ngomong, nggak akan bisa lihat keadaan gue sekarang, gue akhirnya mengiyakan pertanyaan Teri.
"Temenin gue, hayu."
"Ke-ke mana?"
Okay, gue mulai gagu.
"Lu mau ke mana?"
Boleh nggak sih, kalau gue nganggap Teri lagi ngajakin gue kencan, dan dia mau gue yang pilihin tempat kencannya?
Boleh nggak sih, gue ajakin Teri makan malam romantis?
Boleh nggak sih, gue ke dokter sekarang, buat meriksa apa yang salah sama otak gue, sampai-sampai mikirin yang aneh-aneh begini?
"Dih, dia yang ngajakin, tapi belum tahu tempatnya. Ajakin aja Bagas sana."
".. lu cemburu ya?"
Sadar nggak sadar, gue mengangguk. Iyalah, jelas! Siapa yang nggak cemburu kalau orang yang dia sukain malah suka sama orang lain?
Siapa yang nggak sakit hati?
"Nggak, sih. Biasa aja," jawab gue akhirnya. Nggak enak juga kalau gue harus teriakin Teri, terus bilang kalau iya gue cemburu. "Emang kenapa, sih? Tumben. Biasanya juga nggak pernah akrab sama gue."
Beberapa detik, hening lagi. Gue sampai ngecek sambungan telepon, siapa tahu Teri udah tutup telepon, tahunya masih nyambung. Berarti ini murni karena kita emang sama-sama bungkam.
".. maaf. Kita setidak akrab itu, ya? Makanya, gue ngajakin lu jalan, sekalian nebus sikap dingin gue ke elu selama ini. Gimana kalau kita tentuin mau ke mana, pas udah ketemuan aja?"
.
A U T H O R
Entah apa yang merasuki Teri, Devian benar-benar tidak tahu, dan tidak mau tahu.
Dia sudah cukup bahagia ketika Teri mengajaknya jalan-jalan hari ini, dan meminta maaf atas sikap dingin cowok itu kepadanya. Bagi Devian, Teri yang berbicara tanpa nada ketus kepadanya adalah sebuah kemustahilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seat 12-13
Teen FictionBagas bingung. Dirinya sudah duduk di seat 13 yang posisinya ada di paling kiri. Filmnya sudah dimulai, tapi tidak ada satu pun orang yang duduk di sampingnya. Demi Tuhan, Bagas menonton film hantu hanya karena ingin pamer pada sahabat-sahabatnya, s...