Ketika kegelapan telah terjadi, aku takut. Aku takut tak akan bertemu cahaya lagi. Aku benci kegelapan.
"Kau takut ketinggian, Naruto-kun?" tanya Hinata. Hinata mulai memasukkan sepotong kentang ke mulutnya.
"Aku malu mengakui ini sebenarnya. Memang benar, aku takut ketinggian, makhluk astral, dan masih banyak yang lain. Seiring waktu berjalan, kau akan tahu apa pun yang kutakuti." Naruto bercerita sambil menggoyangkan garpu di tangannya.
"Selama ini, aku hanya mengetahui kesukaanmu," kata Hinata.
"Aku bahkan belum mengetahui segala tentangmu, hime-nyan." Naruto menompangkan dagunya pada meja.
"Besok, aku akan menceritakan tentangku padamu, Naruto-kun. Hari ini, kau yang bercerita." Hinata meminum jus stroberinya perlahan. Lalu, dia menatap Naruto yang sibuk dengan es krimnya.
"Baiklah. Akan kuceritakan sedari awal. Aku, seorang manusia yang hidup di bumi, Namikaze Naruto. Anak pertama dari pasangan yang masih mesra walaupun sudah tua, Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina. Adikku, Namikaze Shion. Motoku selama ini 'No Ramen No Life'. Menduduki kelas XII-A di THS. Aku mempunyai sepasang sahabat, Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura yang sekaligus menyandang gelar cinta pertamaku. Sekarang, aku memiliki seseorang yang pantas kucintai. Dialah Hyuuga Hinata. Aku akan selalu mencintainya." Hinata yang mendengar ungkapan Naruto seketika mengeluarkan semburat seperti biasanya.
"Aku mencintaimu, Namikaze-sama." Hinata menundukkan kepala.
Naruto memegang dagu Hinata, lalu mengarahkan dagu itu agar si pemilik menampakkan wajahnya.
"Aku lebih mencintaimu, Hyuuga-sama." Mereka tertawa karena saling memanggil dengan marga dan sufiks 'sama'.
Setelah kencan mereka di cafe selesai, Naruto dan Hinata berjalan di pinggir toko-toko yang berjajaran. Sesekali, Hinata menampakkan ketertarikan pada barang yang dipajang di etalase.
"Kau ingin boneka, Hinata?" tanya Naruto.
"Sebenarnya, aku menginginkannya," cicit Hinata.
"Ayo," kata Naruto mengajak Hinata masuk ke toko.
Naruto menarik tangan Hinata perlahan. Mereka mulai mengelilingi toko boneka.
Hinata mengambil sebuah boneka rubah yang tidak terlalu besar. Rubah berwarna orange dengan mata besar terlihat menarik di matanya.
"Naruto-kun, dia imut sekali. Lihat! Dia mirip denganmu, Naruto-kun. Garis di pipimu mirip kumisnya." Hinata menempelkan boneka itu di pipi Naruto. Hinata melihat mereka secara bergantian.
"Kau memilihnya?" tanya Naruto yang dibalas anggukan malu-malu Hinata.
Hinata dan Naruto memutuskan pulang. Hinata membawa dua boneka. Boneka rubah warna putih di tangan kanannya dan warna orange di tangan kirinya. Karena Hinata ingin Naruto juga memilikinya, akhirnya mereka membeli dua boneka.
"Kau senang hari ini?" tanya Naruto. Mereka berjalan menuju apartemen masing-masing.
"Aku senang jika bersamamu, Naruto-kun," jawab Hinata. Tanpa Hinata sadari, pipi Naruto sedikit memerah.
"Selamat malam, Hinata. Tidurlah yang nyenyak bersama rubah itu." Naruto mengelus kepala Hinata. Mereka sudah berada di depan apartemen Hinata.
"Arigatou, Naruto-kun." Hinata memeluk Naruto tanpa menghiraukan bonekanya yang jatuh.
"Segeralah masuk. Ini sudah malam." Hinata tersenyum, lalu mengambil boneka yang tadi terjatuh. Hinata memberikan boneka rubah putih pada Naruto, kemudian memasuki apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Shitteru
RandomToday, I have a hundred wishes that I want to make come true, someday. Once is you will love me. Hinata bahagia dengan adanya Naruto di sampingnya. Hinata berkeyakinan tidak akan jatuh cinta kepada siapa pun kecuali Naruto. Ketika hubungan mereka p...