Smile?

1.1K 81 15
                                    

Say that you love me. Since there's nothing else I need. Say that you love me, so it won't be forgotten. Since I don't need anyone but you.

"Silakan masuk, Namikaze-nii, Hyuuga-san." Yuki menyambut Naruto dan Hinata dengan ramah. Sangat mirip Toneri. Tapi, Toneri-san menggunakan kacamata. Hinata membayangkan jika mereka dijejerkan, Toneri dan Otsutsuki-san mirip sekali.

"Aku hanya mengantar kekasihku. Gomen. Kapan-kapan aku akan mampir," tolak Naruto dengan halus.

"Titip salam untuk Shion, Namikaze-nii." Yuki menatap Naruto dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Baiklah. Aku akan menyampaikannya nanti, Yuki." Naruto meninggalkan mansion Otsutsuki dengan kecepatan tinggi.

Hinata masih mematung melihat interaksi dari kakak temannya dan kekasihnya. Naruto-kun dan Otsutsuki-san canggung sekali. Dilihat dari hubungan mereka dulu, aku bisa memahaminya. Apa masih belum ada permintaan maaf dari pihak Shion pada Otsutsuki-san? Aku bisa merasakan dendam dari Otsutsuki-san, bisik Hinata dalam hati.

"Hyuuga-san, mari masuk. Adikku, Yamanaka-san, dan Aburame-san sudah menunggumu." Ajakan Yuki menyadarkan Hinata dari lamunannya.

"Ha'i, Otsutsuki-san."

"Tidak perlu terlalu formal, Hyuuga-san. Kau bisa memanggilku Yuki-nii atau semacamnya."

"Ha'i, Yuki-nii. Anda juga bisa memanggil saya Hinata." Hinata dan Yuki memasuki ruang tamu. Toneri, Ino, dan Shino terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Kau sudah datang, Hinata-chan." Ino berteriak girang. Ino selalu seenaknya tanpa kenal tempat dan waktu.

"Ino, jagalah volume suaramu. Kenapa? Karena ini di mansion orang, bukan di mansionmu sendiri." Shino yang kodratnya adalah tetangga Ino mengetahui sifatnya.

"Gomen, Toneri-san." Ino melirik sebal sang pecinta serangga itu.

"Tidak apa-apa, Yamanaka-san. Hanya aku dan kakakku di rumah, jangan sungkan begitu, Yamanaka-san." Toneri membetulkan letak kacamatanya.

"Kau mengganti kacamatamu, Toneri-san?" tanya Ino.

"Gomenasai atas perbuatan Naruto-kun kemarin, Toneri-san." Hinata menempatkan diri duduk di sebelah Toneri.

"Kau cukup peka perbedaan dariku, Yamanaka-san. Aku sudah melupakannya, Hinata."

"Sekali lagi, gomenasai." Hinata mengeluarkan buku dan alat tulisnya. "Toneri-san, maksud dari bab ini bagaimana?"

Mereka berempat saling bertanya. Dari keempat orang tersebut, Ino yang paling banyak bertanya. Sebenarnya selama ini, Ino memiliki niat belajar atau tidak, ucap Shino dalam hati. Shino benar-benar jengkel dibuatnya. Sebagian besar materi itu sudah diajarkan guru mereka. Tapi entah mengapa, Ino bertanya tentang semua itu.

"Ino, lebih baik kau menyewa guru privat. Kenapa? Karena kemampuanmu sangatlah dibawah kemampuan pelajar SMA pada umumnya." Shino memberi pencerahan pada Ino agar tidak tersesat di jalan yang bernama kebodohan.

"Hei! Ucapan mulutmu itu sangat menyakitkan bagiku. Aku tidak bodoh, tapi belum memahaminya." Ino tidak terima diejek bodoh oleh orang berkacamata hitam itu.

"Kapan kau akan paham kalau tidur seperti beruang di kelas. Sudah badan besar mirip beruang. Sifatnya juga mirip beruang ketika musim dingin, hibernasi. Tapi bedanya, kau tidak mengenal musim kalau berhibernasi." Baru kali ini, Ino mendengar Shino berbicara panjang lebar untuk mengejeknya.

"Aku tidur hanya saat aku sudah bosan. Kalau aku tertarik, aku akan mengikuti pelajaran itu, hingga selesai."

Perdebatan Ino dan Shino terus berlanjut. Toneri dan Hinata juga sibuk sebuah buku yang lumayan tebal di tangan Toneri. Hinata membaca buku seraya memakan cemilan kesukaannya, pocky. Hinata menggigit pocky sampai seperempat bagian. Toneri tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Toneri menggigit ujung pocky lain.

[1] ShitteruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang