Sakura

1.4K 80 30
                                    

Didedikasikan untuk; teman judesku, Audiayw

Ini bukan tentang bunga Sakura yang bermekaran di musim semi. Ini tentang Haruno Sakura.

"Bantuan?" Shion duduk di hadapan Sasuke.

"Berkencanlah denganku beberapa hari ini. Aku akan memberikan alasan kalau kita selesai berkencan. Kumohon." Sasuke membungkuk 45° pada Shion. Dia membuang harga dirinya sebagai Uchiha.

"Baiklah. Karena kau sahabat baik kakakku, aku akan memberi bantuan padamu, Kak Sasuke." Seperti tidak punya sopan santun, Shion tidak menawari Sasuke makanan ataupun minuman.

"Baiklah. Terima kasih. Aku akan pulang. Titip salam untuk Paman dan Bibi." Sasuke keluar dari mansion megah Namikaze.

"Hati-hati di jalan, Kak Sasuke." Shion melambaikan tangan tanpa bangkit dari posisi duduknya.

"Maaf, Sakura. Aku harus melakukan ini." Sasuke sungguh pusing kali ini.

.

Sakura merasa mual, entah itu karena banyak makan atau hal lain. Rasanya ada yang mengaduk perutnya. Berulang kali pula, dia mondar-mandir kamar mandi.

"Hoek. Ini sangat menyiksa. Aku tidak enak badan. Apa karena tadi pagi aku makan banyak." Sakura takut ada yang salah dengan tubuhnya.

Setelah dari kamar mandi, Sakura membeli sebuah air mineral. Juga sekotak jus tomat yang menjadi favoritnya setelah berpacaran dengan Sasuke.

"Sakura? Kau terlihat pucat." Naruto mengamati Sakura yang tampak lesu.

"Aku tidak enak badan. Bisakah setelah ini, kau mengantarku ke ruang kesehatan." Sakura meminta pertolongan sahabat satunya ini.

"Baiklah. Kau ingin ke dokter saja atau tetap ke ruang kesehatan?" Naruto mengungkapkan argumennya.

"Maaf, tolong antar aku ke dokter." Sakura yang ceria sudah lenyap. Sakura yang lesu lah yang muncul.

"Iya. Aku akan mengantarmu sampai rumah sakit dengan selamat." Naruto menuntun Sakura sampai mobilnya.

"Sakura, kau masih pusing? Kau ingin menggunakan ini?" Naruto menyodorkan balsem milik Hinata yang masih dibawanya hingga kini. Setidaknya, baunya membuat Sakura lebih nyaman.

"Terima kasih, Naruto." Sakura membuka tutup balsem. Menghirup baunya perlahan.

"Apa Sasuke tahu kalau kau sakit?" tanya Naruto. Tapi, dia diabaikan Sakura yang lebih memilih memejamkan mata.

Sesampainya di rumah sakit, Sakura ditangani dokter keluarga Namikaze.

"Saya hanya masuk angin, 'kan?" tanya Sakura pada dokter yang menanganinya.

"Mungkin ini berita baik sekaligus buruk untukmu," kata dokter itu. Sakura bingung dengan apa yang diucapkan dokter itu.

"Kau hamil, tapi apakah kau sudah menikah? Kau masih murid SMA yang baru saja lulus." Dokter menjelaskan berita itu untuknya. Tubuh Sakura menegang. Dia sangat takut.

"Kau tidak salah memeriksa, Dokter?" tanya Sakura untuk memastikan semua itu benar.

"Tidak. Ano, maaf jikalau menyinggung, suruhlah kekasihmu bertanggung jawab atas semua ini. Masa depanmu rusak karenanya." Dokter itu mempersilakan Sakura keluar setelah memberi obat pereda mual.

"Bagaimana kata Dokter Yumi?" Naruto memberikan sekotak susu coklatnya.

"Aku hanya kebanyakan makan dan memang daya tahanku turun setelah ujian. Jadilah aku tidak enak badan." Sakura menerima susu itu, lalu meminumnya.

[1] ShitteruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang