Enemy

1.2K 86 26
                                    

二人の間通り過ぎた風は
どこから寂しさを運んできたの
The wind that passed between us
From where did it bring this sadness

"Hinata, lihat laki-laki ini. Dia sangat tampan dengan rambut hitam legamnya." Shion menunjuk seseorang di foto dalam ponselnya.

"Benar. Matanya juga besar. Imut sekali." Hinata memuji orang itu juga.

"Apanya yang imut, hime-nyan?" Naruto fokus pada gamenya bersama Kiba. Namun, Naruto masih mendengar percakapan antara Hinata dan adiknya.

"Teman Shion. Dia baby face juga."

"Jujur sekali kau, hime-nyan nyan nyan~," tanggap Kiba, "aku kalah."

"Kata kaa-san, kalau kau berbohong, kau tidak mendapatkan tempat di surga. Aku ingin mendapat tempat di surga. Oleh karena itu, aku tidak akan berbohong." Hinata tak mengalihkan pandangannya pada foto lain yang ditunjukkan Shion.

"Kau memang malaikat hime-nyan nyan nyan~" Kiba duduk di samping kanan Hinata. Lalu, Kiba ikut melihat foto-foto itu.

"Arigatou, Kiba-senpai."

"Dia memang tampan," ucap Kiba blak-blakan. Kiba tidak menyangkal kalau laki-laki itu memang tampan.

"Siapa yang tampan?" Naruto bicara tepat di telinga Hinata. Naruto berdiri di belakang. Hinata terlonjak karena kaget. Dengan cepat, Hinata berdiri.

"Kau kenapa, Hinata?" tanya Shion yang bingung terhadap tingkah Hinata.

"Gomen, aku berlatih mengendalikan diri agar tidak latah." Hinata mulai duduk kembali.

"Gomen karena mengagetkanmu, hime-nyan." Naruto mengambil posisi duduk di sebelah kiri adiknya.

"Hei! Jangan mengambil milikku. Ada banyak di meja." Naruto merampas cemilan di pangkuan Shion.

"Ini kesukaanku." Naruto memakan cemilan dengan santainya.

"Ini kesukaanku juga." Shion merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.

"Sudah. Kenapa kalian malah berebut cemilan? Naruto-kun, sebagai kakak, sebaiknya kau mengalah." Hinata menengahi acara rebutan duo Namikaze itu.

"Ha'i hime-nyan." Naruto pasrah, lalu mengambil cemilan yang lain.

Ding dong ding ding

Ponsel Hinata berbunyi. Hinata menjauh dan mengangkat telepon dari sesorang.

"Moshi moshi?"

"Hinata. Di pembagian kelompok tadi, kau sekelompok denganku, bukan?" Suara bass di seberang sana menyapa indra pendengaran Hinata.

"Ha'i. Memangnya kenapa?"

"Besok, datanglah ke rumahku. Yamanaka-san dan Aburame-san sudah kukabari."

"Iya. Pukul berapa?"

"9 saja. Kutunggu kedatanganmu besok. Arigatou, Hinata." Toneri memutus panggilan secara sepihak.

[1] ShitteruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang