8

1.3K 209 45
                                    

Kamu nggak perlu susah-susah melangkah untuk menghindar, sebab aku sudah melangkah mundur. Dan aku yang pergi menjauh.

*****

"Pagii!!" teriak Jeje riang. Jeje menutup pintu apartement lalu mengedarkan pandangannya keseliling ruangan. Keningnya berkerut heran karena ia tidak menemukan satu orang pun disini.

"Eh copot!" Jeje bergedik ngeri saat mendengar suara rintihan tangis yang entah berasal dari mana. Bulu kuduk Jeje langsung meremang. Ia melepas sebelah sepatunya lalu ia berancang-ancang siap melemparnya. "Jangan nakut-nakutin gue ya! Gak lucu!"

Jeje meletakan kembali sepatunya ke lantai lalu berjalan menuju kamar Shania. Ia membuka perlahan pintu kamar Shania lalu menyembulkan kepalanya di balik pintu. Jeje langsung memutar matanya malas. Ternyata, Shania yang menangis. Jeje berjalan mendekat kearah Shania lalu langsung saja ia pukul kepala Shania cukup keras.

"Heh! Kurang ajar ya lo, nakut-nakutin gue." Cerca Jeje. Shania mengangkat kepalanya lalu langsung melempari Jeje dengan bantal. "Eh woy, ngapa gue di timpukin buset," teriak Jeje sambil berusaha menghindar dari lemparan Shania.

"Lu tuh ya, hiks." Kata Shania terpotong karena bantal mendarat dengan mulus menyentuh wajahnya. Shania menggeram. "JEJE SIALAN YA LO! LO KELUAR SEKARANG!!!" teriak Shania menggelegar.

"Shan, ampun, Shan."

Kening Kinal langsung berkerut heran saat mendengar Jeje meminta ampun. Kepalanya menggeleng. "Masalah ini," gumam Kinal pelan. Kinal berjalan masuk ke dalam apartement Shania dengan santai lalu langsung duduk di sofa.

"Nal!" Jeje menghampiri Kinal dengan napas terengah-engah. "Sh-Shania, hah, hah, dia, dia ngamuk. Kudu lari lo!" kata Jeje memperingati. Kinal menaikan sebelah alisnya lalu mengangkat bahunya acuh.

Plak!

"Gue ngasi tau yang bener tai." Ucap Jeje kesal.

"Ya paling gara-gara lo, kan?" jawab Kinal santai. Jeje menyengir. Kinal ikut menyengir dengan sebelah tangan menjitak jidat Jeje. "Makanya, jangan iseng."

"Kinal, Jeje nih, Nal." Kata Shania mengadu. Shania hendak melempar vas bunga yang terletak di atas meja namun Kinal langsung menahan tangan Shania. "Biarin gue lempar mukanya pake nih vas, kesel banget gue." Gerutu Shania.

"Ye ela Shan, gegara elu juga gue keplak pala elo." Jawab Jeje sambil menjulurkan lidahnya.

Shania menggeram. "Tai lo!"

"Tolong ya jaga lisan," ucap Kinal memperingati. "Lu juga Je, dibilang jangan iseng. Susah bener deh." Kata Kinal sambil menatap Jeje kesal. Kinal beralih menatap Shania. "Kenapa sih?"

"Gue lagi nangis, dia dateng tiba-tiba langsung keplak pala gue, gimana gak kesel." Jelas Shania dengan wajah memberengut.

"Ya paling galau gegara dia kan?" tebak Jeje. "Emang! Napa lu, gak seneng?" sahut Shania cepat.

"Kudunya lo bedain dong, mana yang pake hati, mana yang enggak. Mana yang main-main, mana yang enggak. Bego si lu." Jeje mengeluarkan ponselnya lalu mulai mengetik sesuatu. Sedangkan Shania langsung diam membisu setelah mendengar ucapan dari Jeje barusan.

"Nah kan," Kinal menepuk-nepuk bahu Shania. "Jeje aja ngerti. Masa elo enggak, katanya lo lebih pinter dari dia. Malu noh sama dedek yang ada di perut elu."

"Ih, tapi kan...." Ujar Shania menggantung. "Tapi apa?"

"Namanya juga sayang."

"Sayang ya boleh-boleh aja, tapi jangan sampe bikin lo bego karena sayang sama seseorang." Dan lagi-lagi Jeje menyahut. Kinal bertepuk tangan bahagia lalu langsung merangkul bahu Jeje. "Jeje pandai!" puji Kinal.

Afire Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang