Hari ketiga di Bali. Hari terakhir. Pagi-pagi sekali Beby dan Shania sudah melanjutkan petualangannya. Hari ini rencananya Beby akan membawa Shania ke tempat yang bernama Campuhan Ridge Walk yang berlokasi jauh dari keramaian Ubud. Jalan menuju Campuhan Ridge Walk memang sedikit tersembunyi. Jika belum familiar atau belum terlalu mengenal daerah ini, mungkin akan tersasar. Untungnya Beby pernah ketempat ini. Walau hanya pernah berkunjung sekali, ingatannya tentang Bali masih sangat kuat. Dan tentunya di bantu dengan fitur google maps.
"Beb, masih jauh ya?" Tanya Shania sambil menghentikan langkahnya. Ia lelah berjalan sebab sudah dua puluh lima menit mereka berjalan menyusuri jalan setapak dengan langit yang masih gelap sedikit membuat Shania merinding.
Beby menoleh kebelakang. Beby mengangguk. "Tapi tenang aja, bakal terbayarkan kok. Ayuk jalan lagi pelan-pelan." Beby tersenyum lalu ia menjulurkan tangannya. Shania menghela napasnya lalu ia mengangguk dan meraih tangan Beby. Mereka kembali berjalan dengan sedikit mengajak Shania bercanda atau menjahilinya.
Menuju Campuhan Ridge Walk mereka harus menuruni turunan, menyeberang sungai, melewati pura, dan mendaki bukit. Cukup melelahkan. Tetapi setelah melewati itu, lelah yang menerpa mereka terbayarkan saat melihat matahari yang berada di ujung sana mulai terbit. Menatap matahari terbit dari salah satu bukit tertinggi di Bali benar-benar memuaskan mata yang haus dengan pemandangan indah.
Beby duduk bersila di atas rerumputan lalu mendongakkan kepalanya guna menatap Shania dan mengajak Shania untuk duduk disebelahnya. Tanpa banyak bicara Shania mengikuti Beby lalu ia tersenyum.
"Capek, tapi aaah aku nggak bisa bilang apa-apa." Ujar Shania takjub dengan pemandangan yang ada di sekelilingnya. Shania menoleh kearah Beby. "Makasih ya, best vacation ever." Lanjut Shania pelan.
Beby tersenyum. "Sama-sama." Beby menghela napasnya panjang. "Kapan-kapan, kita ajak Kyla kesini."
"Wah iya, ajak Jeje, Kinal, Nabilah sekalian. Pasti seru." Sahut Shania cepat. Beby mengangguk. Shania tersenyum lalu ia mengeluarkan ponselnya dari saku celanannya. Ia memotret matahari yang baru saja terbit lalu ia kirimkan ke grup chatnya.
Tiga puluh menit kemudian, pemandangan hijau mulai terlihat. Sejauh mata memandang hanya ada pemandangan hijau rumput yang terlihat. Hal itu membuat siapapun yang melihatnya menjadi merasa lebih tenang didukung dengan hembusan angin sepoi-sepoi. Bagi yang mencintai ketenangan, destinasi ini lah yang cocok untuk di kunjungi.
Beby mengangkat tangannya guna menunjuk jalan setapak yang membelah hamparan rumput di bawah sana. "Tadi kita lewat sana."
Shania mengangguk-ngangguk paham. "Kalau begini lebih indah ya Beb?" Gumam Shania. Beby mengangguk setuju. "Kayaknya yoga disana enak tuh. Hahaha."
"Ya boleh, kalau kamu mau." Jawab Beby cepat.
Shania berdeham. "Yah, nanti aku pikirkan deh." Shania memeluk lututnya sendiri lalu meletakkan dagunya di atas lututnya. "Setelah ini kita mau kemana, Beb?"
"Hmm, entah. Mungkin ke tempat-tempat kayak Malioboro gitu. Ada sih di deket sini." Jelas Beby. "Oleh-oleh buat temenmu tuh jangan lupa, apalagi buat Kinal."
"Iya elah, pasti inget." Jawab Shania lalu setelah itu ia terkekeh. "Kamu nggak beli oleh-oleh tuh buat si dua bujang lapuk?"
"Bujang lapuk?" Tanya Beby dengan kening berkerut.
"Mario sama Maul." Jawab Shania lalu setelah itu ia tertawa. "Hahaha, mereka apa kabar tuh? Masih kerja kan?"
"Masih kok." Beby terkekeh lalu ia menggelengkan kepalanya. Apa-apaan bujang lapuk, pikir Beby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afire Love [Completed]
FanfictionSebuah cinta yang berapi-api. Sekuel dari Love Affair 7/10/16 - 1/8/17