16

1.4K 242 73
                                    

"Nih, dapet dari toko yang baru buka disebelah kantor." Beby meletakan beberapa buah kantong belanjaan di atas meja lalu setelah itu ia mendaratkan tubuhnya di sofa.

Nabilah mengerutkan keningnya lalu memeriksa isi kantong belanjaan yang Beby bawa. "Kok lo kasih ke gue, Nong?" Tanya Nabilah heran.

Beby menatap Nabilah malas. "Ya lo kasih ke Shania. Pake tanya lagi."

Nabilah menjentikkan jarinya. "Itu yang mau gue tanya. Kenapa lu ngasihnya ke gue bukan ke Shania langsung. Kok lo malah menghindar sih?" Jawab Nabilah sambil bersedekap dada. "Jadi sebenernya, perasaan lo ke Shania itu gimana? Jangan gantungin anak orang deh." Ujar Nabilah gemas kepada teman lamanya ini.

Beby menghela napasnya. "Gue masih bingung Nabilah."

"Bingang bingung." Gerutu Nabilah kesal. "Udah lu kasih ke dia langsung. Bikin bahagia dia sekali-sekali. Kasian beberapa bulan ini dia nangis terus." Kata Nabilah sambil beranjak dari duduknya.

"Lo mau kemana Bil?" Tanya Beby sedikit berteriak.

"Nyamperin kekasih gue lah. Bhay."

Beby diam sejenak. "Oh, Gaby." Gumam Beby pelan. Beby kembali menyandarkan tubuhnya di sofa. "Buat Shania bahagia ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri. "Gue aja lupa kapan terakhir bahagia." Beby terkekeh lalu beranjak dari duduknya sambil membawa kembali kantong belanjaannya.

*****

"Hai," sapa Beby sambil tersenyum tipis kepada Shania yang tengah menghirup aroma teh hangat yang ia seduh. Beby meletakan kantong belanjaan yang berisikan pakaian serta perlengkapan bayi di atas meja pantry lalu menggaruk tengkuknya karena merasa canggung. "Itu, tadi aku beli di toko yang baru buka disebelah kantor. Kamu apa kabar?"

Shania tersenyum tipis lalu mengangkat bahunya. "Baik."

Beby berdeham lalu menggaruk pipinya. Entah mengapa ia merasa sedikit tidak nyaman berdiri di dekat Shania tanpa adanya topik pembicaraan sedikitpun. "Aduh, aku balik ya Shan?" Tanya Beby pada akhirnya.

"Oh, yaudah." Jawab Shania cuek. Mata Beby membulat. Tidak biasanya Shania secuek ini. Biasanya kan...ah sudahlah. Mungkin Shania kesal kepada Beby sebab kejadian beberapa waktu yang lalu.

"Serius nih nggak apa-apa?" Tanya Beby pelan.

"Lho, aku emang biasa sendiri. Gih kalo mau pulang ya pulang aja." Jawab Shania masih dengan nada cueknya.

Beby menggigit bibir bawahnya lalu memutuskan untuk beranjak dari dapur. Namun baru saja dua langkah menjauh, Beby kembali menutar tubuhnya dan kembali menuju dapur. "Kayaknya aku disini aja deh, Shan." Ujar Beby sambil terkekeh. "Mm, duh, kok canggung ya?"

Shania menghela napasnya. "Beb, aku kangen." Gumam Shania pelan. Beby mengangkat kepalanya guna menatap mata Shania. Shania tersenyum. "Aku nggak bisa nih pura-pura ngambek sama kamu. Peluk dong." Pinta Shania sambil melebarkan tangannya. "Ih cepetann!!!" Teriak Shania.

Beby beranjak dari duduknya lalu mendekat ke arah Shania. Shania langsung memghambur kedalam pelukan Beby. Ia peluk orang itu kuat-kuat dan tidak akan pernah membiarkannya lepas dari jangkauannya lagi. Tidak akan pernah.

"Jangan tinggalin aku lagi ya?" Ujar Shania sambil mengangkat kepalanya guna menatap mata Beby. "Beb, jawab."

Beby menghela napasnya lalu mengangkat tangannya untuk mengusap pipi Shania yang masih sedikit terlihat bekas luka memar disana. "Maafin Elang ya, Shania."

Afire Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang