20

1.6K 244 107
                                    

Kali ini serius, nggak nakal lagi. Suwer. Enjoy!

Shania POV

Hari ini, tepatnya pagi ini aku berencana membujuk Beby untuk rehat sejenak setelah kejadian-kejadian beberapa waktu yang lalu. Kayaknya aku butuh udara segar. Sudah lama nggak merasakan namanya tenang dan damai. Sebenarnya aku senang sih sebab yah, aku dan Beby kembali bersama lagi. Dan ditambah dengan Kyla kebahagiaanku jadi semakin lengkap.

Urusan aku dengan Elang pun telah usai. Aku resmi bercerai dengannya beberapa bulan setelah Kyla lahir. Keadaan Elang memang cukup mengenaskan. Depresi di dalam penjara sebab dirinya terlilit hutang dan belum lagi perusahaannya yang bangkrut. Aku sedikit prihatin dengan keadaannya saat ini. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berkawan dengannya. Meskipun secara fisik dia sangat menyakitiku. Tetapi, Elang adalah Ayah dari anakku. Aku tidak mau memisahkan mereka berdua.

Awalnya teman-temanku tidak setuju. Apalagi Kinal yang memang pada dasarnya benci sekali dengan Laki-laki bernama Elang itu. Tetapi aku membujuk mereka. Tidak, aku tidak jatuh cinta pada Elang. Aku hanya tidak mau memisahkan Kyla dengan Ayahnya. Dan akhirnya mereka setuju. Aku semakin lega mendengar bahwa mereka setuju dengan saranku. Elang juga berterima kasih padaku yang telah berbaik hati memaafkan atas semua kesalahannya. Tuhan saja maha pemaaf bukan? Aku sebagai makhluk ciptaannya juga harus bisa memaafkan sebesar apapun dosa orang itu kepadaku.

Aku tersenyum saat melihat kawan-kawanku dengan akrab berinteraksi dengan si kecil Kyla. Kyla memang mewarisi wajah Ayahnya. Bukan, lebih tepatnya ia agak mirip dengan Beby kalau dilihat-lihat. Elang dan Beby memiliki wajah yang hampir sama. Tetapi lebih dominan ke wajah Beby. Yah gimana, selama aku mengandung Kyla yang aku pikirkan hanya dia.

"Beb," panggilku. Beby mengangkat kepalanya mengalihkan fokus dari laptopnya guna menatap kearahku. "Kayaknya, kita butuh liburan."

Beby diam sejenak. Dia menghela napasnya. "Kemana? Kyla masih susah dibawa kemana-mana lho." Jawabnya. Aku mendengus. Dia mengernyitkan keningnya. "Kenapa? Bener kan?"

"Holiday maksudnya tuh just me and you." Kataku menatapnya sedikit kesal. Beby ini ketidak-pekaannya belum memudar juga ternyata sampai sekarang. "Penat aku."

Beby mengangguk paham lalu kembali fokus kepada laptopnya. Aku mendengus lagi. Aku sebenarnya tidak setuju dengan kembalinya Beby menjadi CEO perusahaan miliknya. Sifat workholic-nya itu tidak memudar juga. Bahkan saat berkumpul dengan keluarganya pun ia masih mementingkan pekerjaannya.

"Paham, aku ngerti." Jawabnya. Baru saja aku ingin menyemprot dirinya. "Tapi sabar. Aku ada tender besar minggu depan. Setelah itu, baru kita bicarakan lagi." Lanjut Beby. Dan aku sebal kalau Beby berbicara denganku dengan bahasa formal seperti itu. Aduh.

"Huft yaudah." Aku menyandarkan tubuhku di sofa dengan mata terpejam. Mataku kembali terbuka saat merasakan sentuhan lembut di puncak kepalaku. Beby mengusap pucak kepalaku dengan sebelah tangannya sementara matanya tetap terfokus kearah layar laptop. Meleleh sih diperlakukan kayak gini. Tapi tetep aja kesel. Kerjaannya lebih penting daripada aku.

"Sabar ya, kalau tender kali ini sukses, aku bisa bawa kamu kemana aja." Gumamnya pelan. Seketika bibirku tertarik secara berlawanan membentuk sebuah senyuman.

"Semangat." Bisikku pelan. Beby mengangguk. Aku tersenyum lalu mengecup singkat pipinya. Kepalanya langsung menoleh kearahku setelah bibirku mendarat mulus di pipi kanannya. Aku terkekeh lalu tersenyum malu. "Hehe, maaf."

"Cielah, mesra amat." Suara Nabilah terdengar yang mengharuskan aku menjauhkan tubuhku dari Beby. Kebiasaan emang Nabilah. "Hehe, maap ni ye. Anak lu nangis tuh. Kayaknya poop."

Afire Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang