Emily(3)

1.9K 74 1
                                    

Belva in mulmed👆

Happy reading and enjoy guys😏

-

-

-

Jam sudah menunjukan pukul 03:00AM. Yang artinya Markus sudah mendengarkan kisah hidup Emily berjam-jam. Dan Markus juga sudah mengetahui Emily korban pemerkosaan yang artinya Emily tidak memiliki suami dan Emily di usir karena orang tuanya menganggap janin yang ada di kandungan Emily sebagai janin haram.

"Tidurlah, kau habis melahirkan. Lagi pula ini sudah hampir subuh."Markus berdiri dari duduknya dan membenarkan selimut Emily.

Hati Emily tersentuh mendapatkan perhatian kecil dari Markus.

***

"Markus kau baru pulang, Nak."tanya wanita baya yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Ya Ma. Aku keatas dulu ya, capek mau tidur."Markus berlalu memuju kamarnya.

Arghhh.... Markus mengacak rambutnya.

'Kenapa aku jadi kepikiran wanita itu ya?'ucap Markus memandang langit-langit kamarnya.

'Emilyana, nama yang bagus.'lanjut Markus bergumam lagi.

"Markus, nanti sore kamu temani mama dan cyntia belanja ya, nak."teriak mama dari luar pintu kamar Markus.

Markus membuka pintu kamarnya.
"Aku ngga bisa ma, aku ada janji sama seseorang."ucap Markus.

"Batalkan!"ujar sang mama dan berlalu pergi dari hadapan Markus.

***

"Sus, dimana pria yang semalan menolong saya?"tanya Emily karena tidak melihat Markus.

"Pak Markus tadi menitip pesan kepada saya. Kata beliau nanti sore beliau akan datang kembali."jawab Sang Suster.

"Oh, terima kasih ya sus."ujar Emily dengan nada lega.

"Ini bayinya tolong di beri asi ya bu. Saya tinggal dulu."

"Tunggu sus."ucap Emily. "Bisa Suster bantu saya? Saya masih kaku untuk menyusui anak saya."ucap Emily malu.

"Bisa bu. Mari saya bantu."

Emily mulai melepas baju pasiennya. Dengan perlahan-lahan Emily menyodorkan putingnya ke hadapan mulut kecil Belva.

"Sus, kok perih ya?"tanya Emily.

"Memang pertamanya akan terasa perih dan sakit."ucap sang suster.

_

Emily meremas jarinya. Ia memandang jam dinding. Sudah pukul 19.03 lebih namun Markus tidak datang juga.

Apa pria itu mengingkari janjinya?
Dan kenapa dia sangat mengharapkan pria itu kembali?
Emily tertawa getir.
Pasti pria itu jijik dengan Emily, setelah mendengar cerita semalam.

Jangan bermimpi Emily. Dia tidak akan datang lagi. Batin Emily.

Emily memandang bayi mungil tepat di samping ranjangnya. "Kita akan menjalani hidup berdua nak."ucap Emily kepada sang anak.

Emily kembali merebahkan kepalanya, dan menutup matanya untuk mencoba tidur.

***

"Markus, ayo cepat sedikit nak. Jangan biarkan Cyntia menunggu terlalu lama."

"Ini juga sudah ku tambahkan kecepatannya, ma. Memangnya mama mau kita kecelakan karena terburu-buru? Tidak kan?"

"Hi, Cyntia. Maaf menunggu lama ya, nak. Macet di jalan soalnya."Ranni cipika-cipiki dengan Cyntia.

"Tidak apa-apa tante. Saya mengerti kok."jawab Cyntia.

"Oh ya, ini anak tante."Ranni memperkenalkan Markus kepada Cyntia.

"Hi, Cyntia."Cyntia menyodorkan tangannya.

"Markus,"Markus tidak membalas menjabat tangan Cyntia.

Ranni menyenggol Markus.

"Hmm... sepertinya kita makan dulu ya, sayang. Baru kita pergi belanja."raut wajah bete Cyntia langsung berubah ketika mendengar kata belanja.

Mereka bertiga akhirnya pergi menuju salah satu Restoran.

"Markus, nak Cyntia ini hebat loh nak. Dia punya banyak bisnis. Padahal usianya baru menginjak 25 tahun. Mama pikir kamu akan cocok bersanding dengan nak Cyntia."Ranni terus saja memperomosikan Cyntia. Entah cantik, kaya, punya bissnis dan lainnya. "Markus, kamu tidak dengar mama bicara?"tanya Ranni melihat anaknya sedari tadi melihat jam di tangannya.

"Apa?"Markus mendongak menatap mamanya.

"Sudahlah. Ayo mama dan Cyntia sudah selesai makan."Ranni berdiri dari kursi di ikuti Cyntia.

"Tante, dressnya bagusan yang mana?"Cyntia bertanya kepada Ranni.

"Hmm.. sepertinya kamu bertanya kepada Markus saja deh."

"Jadi bagaimana, Markus? Bagusan yang mana?"Cyntia bertanya kepada Markus.

"Dua-duanya jelek. Dan gak pantes jika lo yang pake!"ucap Markus tampa mempedulikan Cyntia yang sedang mengeram kesal.

"Tante,"Cyntia memberikan raut sedih kepada Ranni.

"Markus! Jaga ucapanmu!"ucap Ranni sambil mengelus pundak Cyntia.

"Maafkan Markus ya, nak. Tante yakin Markus sedang lelah."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#2. Life story of Emily ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang