Abaikan typos!
Enjoy and Happy reanding😚
"permisi pak, bapak ingin kami siapkan makan siang dengan menu seperti biasa atau menu baru?"tanya salah satu pelayan diresto miliknya.
"Tidak hari ini. Hari ini saya ingin pulang dan makan buatan istri saya dirumah."ucap Markus.
"Baik pak."pelayan tersebut segara pamit dari ruangan Markus.
pak Gito membukakan pintu gerbang untuk mobil markus masuk kedalam.
"Trimakasih pak,"ucap Markus."Sama-sama Den."jawab pak Gito.
Markus berjalan menuju pintu rumah sambil memutar-mutarkan kunci mobilnya.
Langkahnya sempat terhenti ketika mendengar isak tangis perempuan. Namun Markus kembali melangkah mencari siapa yang menangis.
"Siapa yang disana?"tanya Markus agak merinding.
Emily segera bangkit menuju wastafel untuk membasuh wajahnya sebelum Markus melihatnya dalam keadaan buruk.
"Emily.."
"Ya.."Emily membalikan wajahnya sambil berusaha tersenyum.
"Kamu kenapa? Ada apa dengan mata, bibir dan wajahmu?"Markus menunjuk wajah Emily yang seperti habis di siksa.
"Gak papa. Ayo makan."Emily menarik tangan Markus menuju meja makan.
"Jawab pertanyaanku dulu. Emily!"
"Aku bilang aku gak papa Markus."
"Tapi aku khwatir."Markus memegang pundak Emily.
"Stop mengkhwatirkanku, Markus! Karena aku baik-baik saja. Oke."Emily memegang Tangan Markus yang di pundaknya lalu kembali menarik pelan menuju meja makan. "kamu duduk disini sebentar. Aku mau ambil sapu."Emily berlari kecil mengambil sapu untuk membereskan kekacawan tadi."Tadi aku masak ayam goreng, sayur asem. sambel terasi sama ikan asin. Tapi sayur asem sama sambalnya tumpah. Jadi tinggal ikan asin sama ayam goreng. Kamu mau makan?"tanya Emily.
"Kamu duduk dulu disini."Markus mendudukan Emily di kursi sampinya. lalu Markus. mengambil ponsel menelpon Huge untuk membelikan salep.
Emily menunduk. Emily takut Markus mengetahui apa yang terjadi tadi.
"Angkat wajahmu, Emily. Biar aku oleskan salep diwajahmu."
Emily mengangkat wajahnya.
"Apa perih?"Tanya Markus. Emily menggeleng.
Markus mengoleskan salep keseluruh wajah Emily. Hatinya marah besar. Sebenarnya apa yang terjadi kepada istrinya itu.
"Sudah. Ayo makan."Markus menuangkan nasi, ayam goreng, dan ikan asih kedalam piring Emily.
Seusai makan Markus segera menuju ruang kerjanya, ia ingin tau apa yang terjadi kepada istrinya lewat cctv yang sudah di sambungkan ke komputer miliknya.
"Mas? Mau mandi?"tanya Emily masuk kedalam ruang kerja Markus.
"Jadi semua ini ulah mama?"Emily diam dan terkejut.
"Kenapa mas Markus bisa tau?"
"Jawab Emily! Apa semua ulah mama?"kali ini Emily mengangguk pelan. Bisa buat apa dia jika Markus mengamuk.
"Mas, please..jangan marah sama mama"mohon Emily memeluk kaki Markus yang sudah melangkah keluar untuk mencari mamanya.
Markus mengangkat tubuh Emily berdiri. "Oke, aku ngga akan marah sama mama, tapi aku cuma mau tanya sama mama kenapa dia bisa tega sama kamu."Markus segera bergegas sebelum Emily menjegatnya kembali.
"Ma, mama..."teriak Markus.
"Apasih?"tanya Ranni keluar dari kamarnya.
"aku mau ngomong sama mama. Ikut aku keruang kerjaku."
"Sebenarnya ada apa sih?"Tanya Ranni.
"mama duduk, aku mau bicara sama mama."Ranni duduk di sofa tepat dihadapan Markus.
"Kenapa mama tega sama Emily?"
"Huh.. Pasti wanita itu mengadu kepadamu."
"Tidak, apa mama lupa? Rumah ini dipasang cctv yang langsung tersambung ke laptopku. jadi kenapa?"
Ranni menumpuhkan kakinya. "Karena dia sudah membuat mama malu dihadapan teman-teman mama. kamu bayangkan saja, masa teman-teman mama di suruh makan, makanan kampungan!"Ranni membuang muka muak karena anaknya sudah berhasil terjerat oleh wanita jalang itu.
"Aku ngga mau tau ya ma, ini terakhir kalinya mama berbuat kasar kepada menantu mama!"ucap Markus tegas.
Mantu? Cuih. Sampai kapanpun mama tidak akan menganggap wanita itu sebagai menantu mama, Markus! Batin Ranni.
KAMU SEDANG MEMBACA
#2. Life story of Emily ✔
ChickLit[21++] *sequel ke-1 The woman one billion *sebagian part di private! *Markus adalah boss Hanna di restoran **** "Ma, please jangan melihat calonku seperti itu. Walaupun dia miskin, tetapi hatinya baik."ujar Markus dengan nada rendah kepada sang mama...