Happy reading😚
"Tante ini gimana sih? Harusnya tante beri wanita jalang itu pelajaran. Bukan usir mereka! Kalau begitukan aku makin susah dekat dengan Markus!"marah Cyntia.
"Tante tidak mengusir Markus Cyntia. Tante hanya mengusir wanita jalang itu!"ucap Ranni membela dirinya.
"Ahh, sudahlah! Lebih baik aku pulang ke rumah mama saja."Cyntia bangkit menuju kamarnya.
"Cyntia, Cyntia, hey... Maafkan tante Cyntia."panggil Ranni namun Cyntia tetap jalan menuju taxi tampa memperdulikan Ranni yang memanggil-manggil namanya.
'Sial... Sial.. Siallllllllllll..... Wanita tua itu ternyata bodoh, harusnya wanita tua itu beri wanita jalang itu pelajaran, bukan mengusir mereka. Sudah tau kalau Markus tidak bisa jauh dengan wanita jalang itu! Hah! Gua harus cari cara buat memisahkan mereka.'Cyntia memukul-mukul kursi taxi dengan frustasi.
"Mba, kursinya jangan dipukul-pukul seperti itu nanti kursinya rusak."ujar sang supir.
"Alah diem deh pak. Saya ini sedang kesal!"teriak Cyntia.
"Salah ambil penumpang nih saya."batin si pak supir.
"Cyntia. Sudah pulang sayang? Gimana dengan Markus? Apa kamu sudah bisa mengambil hatinya?"tanya Rando sang papi.
Cyntia menggeleng lemah.
"Kamu ini usaha mendapatkan hati Markus gak sih? Sudah 1 bulan kamu di mansion Maxxie untuk merebut hati Markus, tapi tidak ada hasilnya. ternyata papa salah membangga-banggakan kamu."ucapan Rando justru membuat Cyntia bertekad besar untuk mendapatkan hati Markus bagaimanapun caranya.
"Sekali ini saja pa, tolong beri aku kesempatan. Aku akan membuktikan kalau aku lah anak papa yang terbaik, bukan Selly!"
"Oke, sekali lagi kesempatan yang papa berikan untukmu. Jika gagal, kamu tau kan apa akibatnya?"
Cyntia mengangguk, lalu mencium Rando.
xxx
Satu minggu kemudian...
Siang ini Markus mengajak makan siang di salah satu mall di daerah jakarta pusat.
"Mas, aku sudah sampai. Kamu ada dimana?"tanya Emily lewat telpon.
"Maaf sayang aku masih di resto. Aku ada meeting mendadak. Kamu makan siang duluan saja, nanti aku jemput. Sekali lagi maaf ya sayang."nada suara Markus terdengar menyesal karna tidak bisa makan siang dengan istrinya.
"Gak papa mas, kan bisa lain kali. yang penting kamu jangan lupa makan siang ya, mas."
"Iya istriku tercinta,"seketika pipi Emily berubah menjadi merah.
"Yasudah aku tutup telponnya dulu ya, bye."Emily bersama Belva memasuki restoran yang berada di mall itu.
"Reservasi atas nama Mr.Maxxie."
"Mari saya antar."ujar pramusaji mengantarkan Emily ke meja yang sebelumnya sudah Markus pesan.
Selagi menunggu pesanan mata Emily tak sengaja melihat sosok pria dewasa, dan pria itu adalah Mike.
"Kak Mike?"ucap Emily pelan.
"Emily. Ohh astaga! Akhirnya aku menemukanmu! kemana saja kau Emily? Tidak tau kah kalau kakak mencemaskanmu? Kemari berikan kakak pelukan."Mike mendekap kuat Emily.
Sudah hampir 15 bulan ini Mike mencari keberadaan Emily. Namun Mike juga tidak menemukan keberadaan adik angkatnya.
"Kak."Emily menepuk pelan pundak Mike.
"Ada apa?"Tanya Mike masih mendekap Emily.
"Anakku kegencet, kak."Mike langsung melepaskan Emily dari dekapannya. Lalu ia memandang bayi perempuan di dalam gendongan Emily.
"Anakmu?"tanya Mike.
Emily mengangguk.
"Cantiknya. boleh kakak menggendong bayi cantik ini?"
"Tentu saja boleh."Emily menyerahkan Belva dengan pelan ke arah Mike.
"Ayo kak duduk."
"Nama anak kamu siapa, Emily?"tanya Mike sambil mengusap pelan pipi chuby Belva.
"Nama anakku, Belva Carlise Benetta. Pangilannya Belva."Jawab Emily memandang Mike.
"Namanya cantik sekali,"puji Mike.
"Kakak kesini sama siapa?"
"sendirian."
"Kalau begitu kakak pesan makan biar kita semeja saja."
makanan pesanan Emily sudah datang. Sedangkan makanan Mike baru saja di pesan.
"Makan saja dulu, nanti keburu dingin."ujar Mike menyuruh Emily memakan makananya.
Emily baru saja ingin menyuap makanannya, namun garpu yang ia pegang di tepis seseorang dengan kencang.
"Bagus!"
Ujar pria itu dengan wajah merah dan nafas mengebu-gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
#2. Life story of Emily ✔
ChickLit[21++] *sequel ke-1 The woman one billion *sebagian part di private! *Markus adalah boss Hanna di restoran **** "Ma, please jangan melihat calonku seperti itu. Walaupun dia miskin, tetapi hatinya baik."ujar Markus dengan nada rendah kepada sang mama...