Aren't?

1.7K 92 0
                                    

"Dan setelah gue ngomong kaya gitu ke dia, dia mulai deketin lo, Tal. Entah apa maksudnya, bisa karena dia emang bener-bener suka sama lo, atau cuma mau bikin gue cemburu," kata Kayla.

Aku terlonjak. Kayla benar, sejak beberapa waktu yang lalu, Kevin memang dekat denganku. Selama ini, aku menganggap dia hanya ingin bersahabat denganku. Bagaimana bisa aku tidak sadar? Memang, aku sempat bingung mengapa Kevin tiba-tiba dekat denganku padahal sebelumnya aku bahkan sangat jarang berbicara dengannya.

"Kay.. Gue minta maaf sama lo. Gue bener-bener nggak tau kalo lo suka Kevin dan kalian udah dijodohin. Kalo gue tau, gue nggak bakalan deket sama Kevin," kataku meminta maaf. Aku benar-benar merasa bersalah. Aku tahu, aku secara tidak sengaja sudah menancapkan duri-duri tajam pada hati kecil seorang Kayla.

"Enggak apa-apa, Tal. Lo sama sekali nggak salah, kok! Salah gue juga nggak ngasih tau lo," ujar Kayla sambil tersenyum. Matanya sudah berhenti mengeluarkan air mata. Air mata di pipinya sudah mengering.

"Makasih, Kay, lo udah percaya sama gue," kataku sambil memeluk Kayla. "Tapi gue janji, gue bakalan jauhin Kevin demi lo."

Kayla membalas pelukanku. Aku mengusap punggungnya. Sungguh, aku bersyukur bisa mempunyai sahabat seperti dia. Seperti dia yang mempunyai hati selembut kapas. Aku tidak akan membiarkan hatinya terluka. Aku akan berusaha menyembuhkan luka-luka yang sudah terlanjur membekas di hatinya.

Setelah selesai berpelukan, aku bertanya padanya. "Lalu, kalian jadi bertunangan?" tanyaku.

"Jadi. Sebenarnya, Kevin juga sudah meminta orang tuanya untuk membatalkan perjodohan ini. Tapi kedua orangtuanya tidak memenuhi permintaan Kevin. Begitu pula denganku. Bahkan aku sudah berkali-kali meminta orangtuaku untuk membatalkannya, tapi hasilnya sama saja." Kayla mengambil nafas sejenak. "Dan gue akhirnya bener-bener tau, kalo perjodohan ini murni karena urusan bisnis."

"Orangtua lo bilang gitu?" kataku terkejut.

"Orangtua gue nggak bilang. Tapi gue udah tau tanpa mereka harus bilang," ucap Kayla.

"Pertunangan gue sama Kevin dilaksanain secara tertutup. Hanya dihadiri oleh keluarga besar gue dan keluarga besarnya Kevin," kata Kayla. Aku hanya mengangguk mengerti.

**

Aku bangun dari tidurku tepat pukul 6. Rasanya, aku baru menit yang lalu terlelap. Namun, setelah tersadar bahwa hari ini hari sekolah, aku pun segera berlari menuju kamar mandi dan mengguyur tubuhku. Air terasa sangat dingin hingga menyeruak ke dalam tubuhku.

Selesai mandi, aku mengambil tas dan menuju meja makan. Kebetulan, tadi malam aku sudah menyiapkan buku-buku yang aku bawa untuk hari ini.

Aku mengoleskan roti tawar dengan selai kacang. Sebenarnya Mama memasak sup ikan tuna, tetapi aku tidak suka. Akhirnya aku memutuskan untuk memakan roti tawar.

"Talia, udah ditunggu temanmu lho, di luar. Tadi sudah Mama suruh masuk, tapi nggak mau," ujar Mama.

Aku tersedak. "Siapa, Ma? Peter?" tanyaku.

"Bukan. Siapa ya tadi namanya? Mama lupa. Pokoknya ganteng, mukanya kaya nggak asing," jawab Mama sambil menaikkan bahu, tanda tidak tahu.

Aku meneguk susu vanilla-ku, tetapi semakin tersedak setelah mendengar ucapan Mama. "Ha? Siapa, sih? Kevin?" tanyaku penasaran.

"Nah, iya, namanya Kevin! Dia pacar kamu?" kata Mama sambil menggodaku.

"Enggaklah, Ma!" bantahku. "Suruh dia pergi aja, Ma!"

"Loh, kok gitu? Kamu mending berangkat bareng dia aja. Lagian supir keluarga kita hari ini ijin," ucap Mama sambil membawa piring kotor ke dapur.

"Hah?! Beneran, Ma? Nggak ada yang bisa nganterin aku, dong?!" teriakku kesal.

Boy(friend) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang