Badai

83 9 6
                                    

Ini semester ke-dua aku menempuh kuliah, jurusan teater di ISI Yogyakarta. Kalau mau jujur, Aku bukan seniman. Aku pujangga yang tidak pernah menulis dan bicara. Jadi manusia tidak berguna, seharian melihat atap kos-kosan sedang seorang datang numpang ngetik. Kakak senior kecil yang galak. Tapi kali ini dia bawakan aku minuman saset. Dia ceriwis sekali seharian ngetik sambil cerita kesana kemari. Empat jam kemudian dia pergi dengan sepedah bmx. “ok sepi lagi”

Inilah hobbyku. Geletak di kamar tanpa melakukan apa-apa, sampai “bress...” hujan deras. Gadis-gadis bali cakap segera mengambil cuciannya. Sedang aku melihat jejeran celana dalamku basah kuyup. Aku tidak mengambilnya.

“ga itu jemuranmu?”

Aku diam menutup pintu, alasan pertama. IYA ITU CELANA DALAMKU, alasan kedua. CELANA ITU BUKAN TIPEKU. Celana tanpa motif berbahan kaos, berwarna atau ga jelas warna, dan itu semua selera mamakku. “besok aku ga pakek celana dalem.” Aku selalu mencuci celana malam hari, dan selalu aku sembunyikan di sela-sela jemuran lain. Karena itu benar-benar bukan celana keinginanku.

Sudah tiga jam hujan bukannya mereda malah angin membuat celana-celanaku bertebaran ke atas genting tepat di genting anak-anak bali. Mereka menggerutu. Tentang siapa yang punya celana itu.

*
Sampai saat mulai tertidur, terdengar bapak kos mengetuk pintu.

“mbak, ketiduran? Ini bapak tadi naik tangga ngambilin jemuran embak... pada berterbangan ini di genting. Untungnya bapak tadi dari sawah jd nggak apa-apa bapak basah-basahan naik genting. Ini mbak.”

Untung kulihat pintu kamar anak-anak bali itu sudah tertutup. Pertama, jika ada satu ajah yang sampai tau itu celanaku. Aku pindah kos. Kedua, jika sampai ada yang tau bapak kos ngambilin celana dalamku. Aku pindah kos.

“tapi kenapa bapak tau itu celana dalam ku?” fenomena aneh.

“tok tok tok”

“siapa? Ngetok pakek tangan aja si ga usah mulut.” membuka pintu kos.

“hi!”

“Obes? Ada apa ujan-ujan?”

“kebetulan gw tadi main ke musik. Jarang-jarang ke ISI.”

“Tau kos ku dari mana?”

“aku tadi ketemu checar anak drum.”

“iya dia ga tau kosku. Dan aku ga pernah ngobrol sama dia.”

“iya gw ketemu checar buat minjem korek, nah di situ dina anak biola lewat.”

“iya, aku ga pernah tau Dina.”

“Iya gw Cuma nanya ke Dina anak-anak teater biasanya kumpul dimana...”

“ok trus?”

“Nah aku masuk hmj teater, ketemu anak ISI Surakarta si Bolot.”

“ok skip.”

“........”

“kok diem?”

“ya itu yang terakhir.”

“ya udah gimana bolot bilangnya?”

Universe of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang