Panah Kandi

71 8 0
                                        

Pagi ini seperti tidak ingin beranjak dari tempat tidur, menatap langit-langit tembusan cahaya matahari dari celah jendela sudah mengotak tegas di kiri tembok tempat tidurku. Melirik aku ke arah meja kanan, amplop tebal yang tak juga aku buka. Aku pijat dahiku, pusing sejadi-jadinya. Ingin jujur tapi akan perlu banyak cerita dan akan jadi isu parah di kampus. Ingin jujur tapi itu uang yang juga jujur jadi butuh melihat banyaknya. INGIN JUJUR TAPI INGIN BELI GEDGET KAYAK TEMAN-TEMAN.

"semoga tidak dosa"

"mega... ga berangkat kuliah? Ujian tata artistik lo..."

"Iya, duluan aja kamu Ca."

"Ok."

Pelan-pelan aku buka amplop dan benar saja, uang ini cukup untuk membeli gedget baru. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu lima ratus rupiah. Tapi kok ada lima ratus rupiahnya? "Alhamdulillah". GAK USAH JUJUR.

Melihat naskah di samping leptop, aku masih ingin main dan aku sudah terlanjur hafal setiap detailnya. Merugi aku jika tidak menyelesaikan proses ini.

"Ca kamu masih di depan?"

"Iya." Aku buka pintu, Ica masih duduk dengan bermain gadgetnya.

"Aku kayaknya ada yang miss deh sama anak-anak dilatihan mas Irman kemarin."

"kenapa?"

"mereka dapat uang sebanyak itu dari mana?"

"hah?"

"Iya, baru malam sebelumnya aku minjem uang lima puluh ribu ajah kagak ada yang ngasih."

"oh itu... anak-anak BEM yang keliling bawa kotak abis kamu pergi sama Fian."

"hah? Jadi bukan sejurusan doang? Satu fakultas? SIAL."

"itu karena kita peduli kok Ga, Ica bangun pagi bilang ke Mama kalau mau njemput kamu. Ini."

Ica mengeluarkan amplop dan seplastik bahan makanan.

"mamah baru pulang umroh, ini air zamzam sama sedikit buat nambah-nambah biaya operasi."

BENAR-BENAR BEBAN, INI BUKAN TERLANJUR BASAH TAPI TERLALU PARAH.

"makasih ya Ca, aku mandi dulu."

"iya kamu harus kurangi makanan-makanan berlemak dan perbanyak air putih."

"iya Ca."

"buruan bentar lagi ujian."

"iyah..."

*

Mungkin ini yang membuat artis perlu sensasi, ya pura-pura pacaran, ya pura-pura nikah, ya pura-pura sakit. Satu hari ini benar-benar beban, seusai ujian tiap sudut kampus semua jadi teman. Mereka mendoakanku sehat, mereka membelikan makanan, buah. Bagian yang paling menyenangkan hutang-hutang yang menyebar kini satu persatu datang mengembalikan.

Sudut kantin terlihat Mas Irman memijat kepala sedang pemain pengantiku masih reading naskah, berkali-kali mengulang. Aku beranikan diri mendekati mas Irman.

Universe of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang