Biru

35 7 0
                                    

Menggait gigi dengan lidah perih di area gusi, seperti biasa hari ini musim tidak menentu kadang hujan deras berganti panas hanya dengan hitungan menit.
Hingga sariawan memerih, aku membaringkan tubuh di lapangan menghadap langit, telinga kananku berisi biola, piano, musik etnis sedang telinga kiriku ada musik tradisi tarian serimpi.

Menoleh menghadap kanan, mereka bergolek cantik kecuali omang, omang lelaki ini menari bak putri, tapi dasar laki-laki mulut ember. Wajahnya menoleh dengan mulut mengejek miring-miring ke hadapku. Aku hanya menjulurkan lidah sambil bercanda kecil.

Kembali aku menikmati langit biru bersih, apa benar-benar tidak ada awan hari ini. Ada namun hanya selarik kecil seperti cat yang dikibaskan ke kanvas , hanya seperti bercak putih segaris. “seperti kosong hati, sedih tidak. Dibilang senang pun bukan,” berikan waktu pada hujan untuk membuat perasaan ini sedikit berlanjut.

“Mega nilai TA mas Irman udah keluar...”

“iya kah?”

“nilainya A”

Segera berlari kami para kru dan pemain yang kebetulan berada di sekitar, Ica tampak sangat senang segera menelepon Irman namun tidak diangkat. Aku melihat wajah yang awal bahagia mendadak muram, Ia seperti berpikir keras. Sebagian telah pergi dari papan pengumuman, namun Ica, duduk di teras memperhatikan ponselnya.

“kenapa Ca?”

“Zaman sekarang bukan cewek Ga yang matre, cowok jauh lebih parah.”

“Maksudmu?’

“hehe... ga papa, Aku pulang dulu...” Ica menarik tas dan mengentakkan kaki berdiri emosional. Memperhatikan sampai jauh, Lia yang awalnya masih berdiri di depan papan mulai mendekatiku.

“eh Ga, Ica kasihan ya...”

“Kenapa?”

“Iya... Bang Irman mau macarin dia kan buat bayar in TA nya.”

“Kamu jangan gosip mulu Lia.”

“Kalau ini bukan gosip, Bang Irman kan ga punya banyak duit. Kamu liat semua setting, semua biaya mana cukup dua puluh juta. Melihat banyaknya dan mewahnya TA bang Irman, coba pikir dari mana? Sedangkan bang Irman dari keluarga sederhana.”

“Ah masak? Aku masih loading mikir.”

“Bang Irman tau Ica anak orang kaya, dan kebetulan semua tau Ica suka bang Irman dari pertama masuk kuliah. Kenapa bang Irman nerima dia sebelum proses TA? Kenapa kalau bener-bener suka harus sembunyi-sembunyi? Kenapa setelah TA mereka lama ga kelihatan bareng lagi?”

“Iya juga, pantes!”

“pantes?”

“zaman sekarang cowok jauh lebih matre dari pada cewek.” Merasa sangat emosi jalan menghentak kakiku sama seperti Ica, walau bagaimanapun Ica adalah teman satu angkatanku. Mencoba merasakan perasaannya, itu sangat tidak adil.

*
“meraihmu seperti bahagia, memegangmu ketakutan.
Meninggalkanmu penyesalan.”

Perasaan yang selalu dirasakan setiap orang yang sedang jatuh cinta, ia akan merasakan puncak kebahagiaan saat Ia berhasil meraihnya. Saat semua sedang berjalan ribuan ketakutan, kekawatiran, kegelisahan. Benarkah dia mencintaiku? Benarkah dia akan setia? Benarkah dia akan menjadi teman hingga akhir hayatku?. Saat semua sulit terjawab maka keputusan kita adalah untuk meninggalkannya. Keputusan itu akan menimbulkan penyesalan waktu, pilihan, kesempatan yang sempat terlewat.

Universe of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang