Cahaya Lintang

54 7 0
                                        

Menatap langit malam berkabut, di sela-selanya ada lintang atau bintang terang cahayanya lebih terang dari yang lain. Di samping ada bulan yang benar-benar bulat.

Di sana ku lihat dua sosok lelaki, bulan mewakili Obes dan lintang itu mewakili Fian. Mereka yang membuatku tersenyum disisa malam ini, namun lama-lama mata terasa berat melihat beberapa orang di sekitarku nampak kebingungan. Cahaya lampu merah di antara mereka berkelip. Tapi langit berubah putih dan Fian tepat di atas kepalaku, kebahagiaan sempurna.

“Aku mengantuk.”

“tolong cepat diantar ke rumah sakit.”

“.....”

*

“Meg... Mega...”

Aku mendengarmu Obes, aku bisa melihatmu. Kamu pucat dengan tololnya wajahmu sama seperti dahulu, “Mega, kamu tidak perlu kawatir... bangunlah, Fian ada di hadapanmu. Dia ingin menciummu...”

“benarkah? Obes....kapan kita naik motor lagi keliling jogja...”

“bangunlah... jangkan naik motor keliling jogja, Fian akan mengajakmu terbang.”

“benarkah? Janji kalau aku bangun dia akan mengajakku terbang?”

“bangunlah...mungkin berlibur ke thailand,  mana kamu tau kalau kamu tidak bangun?”

“Iya, tapi sebelum aku bangun. Ada satu pertanyaan untukmu...”

“apa?”

“apa kamu merindukanku?”

“Mega... ingatlah, saat udara dingin di pegunungan Semeru menerjang tubuhku... aku melihat bulan yang sangat bulat. Aku ingat itulah sebuah jawaban.”

“Obes... Obess... Obesss”

“Mega Bangun.”

PERLAHAN SEMUA GELAP, bias cahaya menembus kelopak mata semakin terang. Perlahan mataku terbuka, tidak ada yang memegang tangan ini. Tidak ada siapa pun di ruangan, balon get well soon? Benar-benar tidak ada yang peduli. Perut terasa tebal dan perih, apa yang terjadi? Jelas aku ada di rumah sakit.

Brack pintu terbuka. “Ca bukan aku ga mau ngasih kepastian, tapi selama proses TA ku. Aku mohon jangan menagih status Ca.”

“(menangis) tapi mas Irman bilang kalau saya enggak boleh jalan sama cowok lain.”

“iya aku sayang kamu Ca. (Mencium pipi Ica dan seterusnya)”

OK. Aku harus nonton drama korea di ruangan ini? Keterlaluan, mereka terus berciuman. Apa tidak sekalipun mereka mau menghadap tempat tidur, sekarang aku dikeadaan duduk memperhatikan mereka.

“apa kalian tidak ingin pesan hotel saja?”

“Mega! Kamu sudah sadar...”

“Ga jangan bilang siapa-siapa kalau aku dan Ica!”

“tenang saja, aku enggak akan bilang. Mereka sudah liat.”

“hah?”

“Kamu lupa nutup kordennya.”

Mas Irman kelihatan gugup, melihat seluruh pemeran TAnya sudah berjajar rapi di hadapan jendela. Justru Ica terlihat senang, mungkin dengan begini akan menjadikan status mereka jelas. Para pemain, artistik, dan crew masuk kamar dan mulai mengoda pasangan baru (baru ketahuan).

Universe of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang