Awal Malam

3.1K 117 4
                                    

        Malam ini aku masih melatih suaraku agar terus melotok. Mumpung Mamah belum pulang dan rumah sepi, jadi tak akan ada yang protes bila suaraku akan mengganggu ketenangannya. "Do-Re-Mi—" Suaraku berhenti saat ponsel yang kugeletakkan diatas kasur berbunyi.

        From: 08982111xxxx

        Nad?

        Aku tahu ini siapa.
        Kak Dafin. Karena hanya dia yang memanggilku dengan sebutan Nadia, setelah kepergian Papah.

       To: 08982111xxxx

       Kenapa Kak?

       Aku baru ingat kalau ia menunggu jawabannya dihalte. Tetapi aku lupa memberi tahu jika ada latihan Paduan Suara.

        Tadi kamu pulang duluan? Saya nungguin kamu dihalte, tapi kamunya nggak muncul-muncul, saya pikir kamu udah pulang duluan. Jadi saya balik.

        Lo dapet nomor gue dari mana? Tadi gue lupa bilang, kalo harus latihan Paduan Suara. Maaf ya Kak.

        Aku berjalan, lalu menjatuhkan bokongku diatas kursi meja belajar

        Saya liat biodata kamu waktu ikut lomba Puisi. Oh, saya kirain kamu pulang duluan.

        Enggak Kak, gue latihan di Aula.

        Tak ada lagi bunyi pesan darinya. Aku kembali meneruskan latihannya. "Do-Re-Mi-Fa-So—" Suaraku kembali berhenti.

        08982111xxxx is calling ...

        Aku menekan tombol berwarna hijau itu dengan penuh keraguan. Aku takut ini adalah orang iseng atau semacam penipuan.

       Terdengar suara deheman dari sana. "Halo?"

       Aku mendengar suaranya, dan ini benar suara Kak Dafin. Aku kira ini seorang penipu atau sebatas orang iseng. "Iya?"

      "Jadi gimana? Udah ketemu jawabannya?" Aku langsung distuck dengan pertanyaan itu. Sejak awal ia katakan, aku belum memikirkan jawabannya sama sekali. Dan kini aku tengah menggigit bibir.

       "Hm ..."

       Terdengar suara semelihir angin dari sana. Sepertinya ia sedang dibalkon kamarnya. "Nad ...?"

       Aku semakin bingung harus menjawab apa. "Kamu nggak suka sama saya karena penilaian guru ya?"

       Aku mengambil nafas panjang. "Bukan gitu Kak, yaudah. Iya."

       Ia mengambil nafasnya. "Ini beneran kamu yang ngomong atau Tia, kok nadanya tomboi? Itu beneran dari hati? Saya nggak maksa kok, kalo kamu nggak suka, nggak pa-pa."

       Aku memejamkan mata. "Beneran kok. Ini gue bingung mau ngejawab apa."

       "Kamu pegangan aja kalo bingung. Yaudah, berarti kamu pacar saya nih?"

      Seketika bibirku terulas senyum samar. "Hm ..."

       "Kok jawabnya gitu, jawaban andalan kamu mana? Biasanya setiap saya tanya, kamu jawabnya iya."

        Aku kembali dicecer pertanyaan. "Iya iya. Yaudah, gue mau tidur dulu Kak."

         Ia tertawa geli diseberang. "Oke. Good night, Nad"

        Telfonnya segera ku matikan. Aku naik ke atas ranjang dengan terbirit-birit. Semua ini berawal dari Kak Yoga yang memberi tawaran agar aku dan Secil pulang bersamanya. Hingga akhirnya aku menjadi tumbal. Tak terbayang bagaimana keadaan esok disekolah.

Nadia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang