Berubahnya Status

3K 102 4
                                    

        Sebab perdebatan kemarin siang di Perpustakaan. Hubunganku dan Kak Susan semakin memburuk, sebenarnya pun sebelum perdebatan itu aku sudah merasa kalau ia tak suka dengan aku. Wajar saja jika ia tak suka denganku, dan dengan status sebagai pacarnya Kak Dafin, ia semakin tak suka denganku.

        Dan kini, dengan alasan kalau ia sebagai pacarku, ia ingin menemaniku ke Perpustakaan. Dan kini pasang mata kembali tertuju padaku dan dia sebab aku dan dia tengah berjalan beriringan. "Kak ..."

        Ia menoleh dan berdehem. "Gue risih, diliatin murid lain."

        "Yaudah, saya jalan dibelakang kamu. Biarin aja, mereka itu iri sama kamu." Ia berpindah letak setelah selesai berbicara. Aku pun tertawa, sebegitu pahamnya kemauanku, tanpa ku bilang ia langsung tahu.

        Aku kembali meneruskan jalan menuju Perpustakaan. Didalam, begitu aku datang mereka langsung mendongak. Tak perlu pikir panjang untuk mencerna sikap mereka. Aku tetap diam tidak terusik untuk menoleh kearahnya.

        Jariku menyeret diatas buku-buku berdebu. Mencari buku yang diperintahkan Pak Wahyu. Begitupun dengan Kak Dafin, ia mengekoriku sejak tadi. Aku pikir, ia ingin mencari buku juga. "Lo mau cari buku juga?"

        "Kalo saya nyariin buku, ntar kamu cemburu."

        Aku hanya menjawab dengan senyuman kikuk.

        Jika dilihat dari mukanya, ia tak punya tampang penggombal. Mungkin dengan alasan ini, Kak Susan belum bisa melepas Kak Dafin.

*

        Jam akhir disekolah diisi oleh keberadaan Pak Wahyu, guru terajin namun waktunya ia isi dengan cerita jaman dulunya yang ngalor-ngidul, membuat murid sepuluh satu menyilangkan tangannya agar dijadikan alas bantal tidur. "Len, lo jangan ajak ngobrol gue. Gue mau tidur, bye." Lantas ia ikut menutup mukanya dengan buku, dengan alasan ia sedang membaca buku.

        "Tidur aja bilang-bilang!" Gerutuku.

        Walaupun murid sudah tertidur, dan hanya tertinggal beberapa orang dikelas yang masih setia menjadi pendengar celotehnya, ia masih melanjutkan ceritanya hingga sampai diujung.

        Kepalaku menoleh kebelakang, dimana terdapat Bayu yang tengah asik tertidur penuh percaya diri tanpa penutup muka sama sekali, padahal ia mengorok. "Suara apa itu?"

        Aku tertawa geli. "Bayu!" Suara gertakkan Pak Wahyu mampu menghentikan suara yang mirip kodok itu.

        Semua yang tertidur seketika mendongak, kaget dengan suara Pak Wahyu yang memanggil nama Bayu. "Bapak lihat setiap pelajaran saya, kamu tidur terus. Dirumah begadang ya?"

        Bayu menggertakkan giginya. "Saya ngantuk Pak, abis Bapak cerita mulu. Liat aja semuanya, pasti tadi pada tidur. Noh, liat Pak si Gilang, sampe ada pulaunya gitu."

        Pak Wahyu berjalan mendekati meja Gilang disisi Bayu. "GILANG!! Bangun kamu!"

        Gilang terlonjak bangun dari mejanya. "Tenang sayang, aku akan selalu jadi Superman kamu kok." Tak sadar jika yang dihadapannya Pak Wahyu, ia malah pegang-pegang pipi Pak Wahyu.

        "Kamu ini tidak tau malu banget. Liat tuh, udah berapa meter pulau kamu?!!" Mata Gilang tergerak pada meja yang didepannya. Bukannya mengelap, ia malah terlihat jijik dengan pulau buatannya sendiri.

        Pak Wahyu berbalik arah, berjalan menuju kursinya. "Tidur boleh-boleh saja, asal jangan seperti Gilang. Tidur disekolah seperti tidur dirumah sendiri!" Cibir Pak Wahyu sementara Gilang tengah cengar-cengir. "Jangan di ulang!"

Nadia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang