Muatan Hati

1.7K 67 0
                                    

Jujur, aku kembali di buat kaget dengan pertanyaan Kak Dafin. Entah kenapa saat ia berkata jujur seolah bibir ini bungkam, seperti tak ada kata yang ingin ku ucapkan.

Mata Kak Dafin masih menatap ku lekat.

"..."

"Oke deh, saya pulang dulu ya, Nad." katanya. Lantas mesin motor Satrianya ia hidupkan.

Aku mengangguk sembari tersenyum. "Hati-hati."

Kepalanya manggut, setelah itu ibu jarinya mengangkat. "Jangan lupa makan, Nad."

Bibir ku membentuk garis lurus.

Motornya sudah pergi dari hadapan ku, tersisa asap tipis yang berhambur bersama angin malam. Segera ku kulangkahkan kaki ini menuju dalam.

Beberapa tetesan air setelah hujan tadi, turun dari dahan daun. Aku kagum, mengapa daun tak pernah membenci air, walau ia selalu di terpa ribuan butir air hujan.

*

Kaki ku melangkah di lantai Perpustakaan, beberapa rak yang sebelumnya sudah ku cari, namun tak satupun buku yang ku cari di temui.

Mata ku beralih pada deretan rak Novel sumbangan dari masing-masing kelas. Tak terencana jika mata ini diam terpaku pada buku berjudul Rindu karya Tere Liye. Di bilang rindu bisa jadi, namun ada satu yang tak mungkin. Bicara.

"Nadia."

Kepala ku menoleh ke arah sumber suara. "Kak Dafin," bibirku berkata pelan. Tanganku segera menaruh kembali buku yang tadi kupegang. "Tumben ke Perpus?" tanya ku.

"Saya di suruh ambil buku Matematikanya Bu Leli," jawabnya pelan, tapi yang aku lihat, ada rasa mager disana. "Kamu?"

"Gue lagi cari buku."

Kak Dafin tertawa hambar. "Cari buku mulu, kapan cari saya nya?" alis tebalnya mengangkat.

Aku hanya tersenyum kikuk.

"Nad... " panggilnya.

Aku tak hirau, kaki ku tetap berjalan menuju kelas.

--

Jam pulang sudah lewat lima belas menit yang lalu, tapi aku masih setia duduk di Aula karena harus latihan Paduan Suara.

Mata ku tertuju pada titik fokus yang membuat ku tak berhenti berkata kagum, kagum, dan kagum. Seorang lelaki bernama Andre sedang asik bernyanyi di depan dengan gitar di pangkuannya. Sungguh buat mata tertarik.

"Terima kasih." kata Andre dari depan Aula.

"Oke, latihan hari ini kita akhiri. Jangan lupa berlatih di rumah ya." kata Bu Yeni.

Semuanya mengangguk paham, begitupun dengan ku melakukan hal yang sama.

Raya bangkit dari kursi sisi ku. "Al, gue balik duluan ya."

"Oh yaudah, hati-hati." kata ku sambil menoleh ke arahnya sambil memasukkan buku ke dalam tas. Kaki ku memutar arah menuju luar Aula.

"Duh... " kepala ku yang sedang menunduk seketika terangkat. "Eh maaf." kata ku sambil menurunkan alis.

"Ya nggak pa-pa, badan lo boleh di tarik kekanan dulu kan? Gue mau masuk nih, ada yang ketinggalan." ia tertawa kikuk, menampilkan gigi putih rapihnya.

"Eh, maaf gue ngehalangin jalan lo." kata ku.

"Nggak pa-pa, gue masuk dulu." katanya lalu langkahnya melewati ku di ambang pintu.

Nadia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang