BAB 22 Lost

157 6 0
                                    


Seorang pria berteriak frustasi karena sejak semalam wanita yang dicintainya hilang dalam kecelakaan.

Kakak dari wanita itu mengalami luka yang cukup berat karena benturan dari badan mobil yang menabrak sebuah pohon didepannya.

Ia masih berada di rumah sakit karena belum sadarkan diri sejak semalam membuat seorang lelaki yang ada di ruang rawat kakak dari wanita itu marah dan frustasi.

'Kenapa ini bisa terjadi? Apa salahku Tuhan? Kenapa Kau ingin memisahkanku dengan orang yang aku cintai?' Batin pria itu.

"Kak, apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kalian bisa mengalami hal ini?" Tanya pria itu pada kakak dari wanita yang dicintainya yang sedang terbaring lemah tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit dengan alat-alat penunjang kehidupan yang melekat ditubuhnya.

"Siapa yang melakukan semua ini? Kenapa harus kalian yang mengalami?!" Teriak pria itu dengan frustasi.

"Ara, sayang, kamu dimana? Gimana keadaan kamu sekarang? Apa kamu kesakitan? Apa yang terjadi?! Arrgghhh!!!" Pria itu berteriak lebih keras lagi dan menjambak rambutnya frustasi. Seseorang yang masih terbaring tak sadarkan diri itu tidak bisa mendengarkan karena luka yang dialaminya membuat dia koma.

***

Di tempat lain namun diwaktu yang sama seorang wanita terbaring tak sadarkan diri di sebuah ruangan dengan luka yang serius akibat kecelakaan yang menimpanya dengan alat-alat medis yang banyak menempel di tubuh wanita itu.

Cklek!

Pintu ruangan itu terbuka dan masuklah seorang pria dari pintu itu.

Pria itu berjalan mendekati ranjang dimana ada seorang wanita yang tertidur disana.

"Maafin gue Ra. Sebenernya gue nggak mau ikut campur dalam hal ini. Tapi gue juga punya perasaan yang gue pendam lama sama elo setelah lo nolak gue, gue bertekad buat dapetin lo apapun caranya. Tapi gue salah! Gue salah ngelakuin cara kotor kayak gini! Maafin gue Ra. Tapi perasaan gue nggak salah Ra. Gue masih cinta sama lo Meyvita Octiara Radhiska. Walaupun lo pernah nolak gue, gue nggak akan nyerah dapetin lo lagi!" Ucap pria tadi sambil menggenggam tangan kanan wanita yang masih menutup kedua mata cantiknya itu.

***

"Cepet cari tau dimana cewek gue sekarang! Dan jangan kabarin gue kalau lo belum nemuin cewek gue atau lo gue pecat!" Teriak Al ditelepon.

Klik!

Al langsung memutuskan sambungan telepon sebelum orang diseberang sana menjawab.

"Aku bakalan nemuin kamu sayang. Aku janji itu! Aku nggak bakal ngelepas kamu semudah itu! Nggak akan pernah!" Janji dari Aldarish.

***

4 bulan kemudian....

Al sedang berada di kantornya dan duduk di kursi kebesarannya mengabaikan berkas-berkas di depannya yang menanti untuk dikerjakan.

Tubuhnya semakin kurus, terdapat lingkaran hitam dimatanya karena kurangnya tidur sejak kecelakaan yang menghilangkan Ara malam lalu.

Dave? Dia juga sama halnya dengan Al. Dia sudah keluar dari rumah sakit 3 bulan yang lalu karena mengalami koma selama seminggu.

"Sayang, kamu dimana? Aku kangen banget sama kamu. Sekarang hari ulang tahun kamu lho yangg. Kamu nggak mau minta kado dari aku?" Al berbicara sambil menatap ponselnya yang sedang memperlihatkan foto Ara.

"Kamu nggak kangen sama aku? Aku disini sendirian sayang. Kamu tega ninggalin aku gitu aja? Kenapa kamu pergi gitu aja? Aku bakalan hukum kamu kalau kamu udah balik!"

Tok tok tok

Suara pintu yang diketuk membuat Al kesal karena mengganggu acara galau-galauannya.

"Masuk!" Perintah Al dingin.

"Permisi Presdir." Sapa orang yang masuk kedalam ruangan Al sopan.

"Ada apa? Apa lo udah menemukan keberadaan kekasih gue?!" Tanya Al tegas.

"Kami belum menemukan dimana keberadaan Nona Ara sekarang Presdir." Jawab orang itu datar.

"Lalu?"

"Tapi kami menemukan satu titik terang agar bisa menemukan keberadaan Nona Ara saat ini Presdir." Jelas orang itu masih dengan nada datarnya tanpa merasa takut pada Al.

Al hanya mengangkat sebelah alisnya tanda tak mengerti.

"Saat polisi mengidentifikasi mobil Tuan Dave waktu itu, mereka menemukan sebuah benda di dekat mobil itu yang diyakini adalah benda milik orang yang menculik Nona Ara waktu itu Presdir." Jelas orang tersebut.

"Cari tau sampe dapet! Gue nggak mau tau Ara harus ditemuin! Gue nggak bisa kehilangan dia Fred." Ucap Al dengan suara yang melemah pada orang didepannya yang bernama Fred.

"Lo harus tenang Al. Lo nggak bisa gini terus. Gue bakalan cari tau dimana dia berada sampe lubang cacing sekalipun!" Jawab Fred yakin dan mengabaikan posisinya yang bertugas sebagai bodyguard Al dan Fred adalah teman lamanya saat ia masih kecil.

"Lo selalu bisa gue andelin Fred! Lo emang temen yang baik buat gue."

"Emang gue baik. Lo baru nyadar?" Fred berkata dengan PDnya.

"Sialan lo!" Umpat Al sambil tertawa.

'Gue seneng lo bisa ketawa gini Al. Dari Ara hilang lo terus-terusan sedih.' Batin Fred saat melihat Al tertawa bebas seperti bebannya sudah hilang semua.

***

Di lain tempat seorang wanita masih setia menutup rapat kedua mata cantiknya. Dia tidak mau bangun dari tidur panjangnya membuat seorang pria yang menunggunya frustasi.

"Ara, kapan kamu bangun? Ini udah 4 bulan lebih. Kamu nggak capek apa tidur terus? Hari ini kamu ulang tahun ke 24 lho. Apa di hari spesialnya kamu, kamu nggak mau bangun juga buat nerima ucapan selamat dari aku? " Pria itu bertanya pada Ara yang masih tak bergerak di atas ranjang sebuah kamar di rumah mewah itu.

Ya, pria itu membawa Ara yang terluka parah itu ke rumahnya untuk dirawat disana dan dia tidak mau mengambil resiko kalau Ara dibawa ke rumah sakit maka Al dan Dave akan mengetahui keberadaan Ara saat itu juga.

***

📝867 Words

Story Of My Life ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang