BAB 25 Penantian Berharga

206 7 0
                                    


Sejak penyelamatan yang dilakukan oleh Al satu bulan yang lalu, Ara tetap tak ada kemajuan yang pasti.

Dave sangat sedih dengan keadaan adiknya. Dia berencana akan membawa Ara untuk berobat diluar negeri saja. Tapi Al langsung mencegah Dave karena dia takut kehilangan Ara.

Namun Dave tetap akan membawa Ara berobat ke luar negeri untuk kesembuhannya.

Dan Al hanya pasrah dengan keinginan Dave. Demi Ara, demi kesembuhan Ara, Al rela ditinggal Ara jauh darinya.

***

Hari ini Al akan mengantar Ara ke bandara. Sebenarnya Al tidak rela Ara jauh darinya. Tapi demi kesembuhan Ara Al tidak mau egois.

Dave memakai jet pribadinya agar Ia cepat sampai di Jerman, negara ayahnya dan Ara, agar Ara lebih cepat ditangani.

"Kak, tolong jagain Ara buat gue ya. Gue bakal jenguk Ara kalau gue ada waktu dan pas ada kepentingan disana." Kata Al sambil mengelus kepala Ara yang masih tertidur dari tidur panjangnya di kamar yang ada di dalam jet pribadinya Dave.

"Pasti Al, gue bakal jaga adik gue buat lo. Dan lo harus janji, kalo adik gue balik lo harus jagain dia buat gue." Jawab Dave yakin.

"Gue janji kak."

"Sayang, jaga diri kamu baik-baik ya. Jangan buat aku khawatir sama keadaan kamu. Walaupun aku nggak bisa nemenin kamu, tapi kamu harus inget satu hal. Aku mencintaimu." Lanjut Al lalu mengecup lama dahi Ara dan tak Ia sadari air matanya menetes disana.

Dengan cepat Al langsung menghapus air mata itu.

"Kita pergi dulu Al. Lo jaga diri lo disini. Vee pasti sembuh kok. Lo nggak usah khawatir. Tuhan pasti bakal bantu kita buat sembuhin Vee lewat doa-doa kita."

"Iya kak. Hati-hati ya kak, dan tolong jaga Ara buat gue."

"Pasti Al."

Al pun turun dari jet pribadinya Dave dan melangkah agak jauh dari sana untuk melihat kepergian Ara juga untuk menutupi air matanya yang menetes lagi agar Dave tak mengetahuinya.

"Sampai ketemu kembali sayang. Aku bakalan nunggu kamu sampai kamu kembali buat ngisi hatiku lagi." Ucapnya saat jet pribadi Dave baru saja terbang menuju Jerman. Meninggalkan Al dengan sejuta harapan yang Ia harap akan menjadi kepastian.

***

1 Tahun kemudian....

Seorang wanita cantik sedang berjalan di sebuah lobby kantor mewah seorang diri.

Para karyawan yang sedang bekerja disana menatap dengan tatapan memuja pada wanita itu.

Tapi wanita itu menghiraukan tatapan-tatapan itu dan langsung masuk ke dalam lift yang sudah terbuka disana.

Ting!

Lift berhenti dilantai dimana tujuan wanita itu. Tanpa menghiraukan sekretaris dari bos yang memiliki perusahaan itu mengomel ia tetap berjalan menuju ruangan yang di atas pintu bertuliskan 'Ruangan Presdir Aldarish Zaindar Gvando'.

Wanita itu langsung masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk pintu terdahulu.

Al yang mendengar pintu ruangannya dibuka tanpa meminta ijin darinya langsung memarahi orang itu tanpa mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkas yang ada di atas mejanya.

"Kamu kalau masuk ruangan saya ketuk pintu dulu! Disini saya itu bos kamu! Saya bisa pecat kamu kalau saya mau!" Ucap Al dengan nada marah.

Wanita itu tak menghiraukan ucapan Al dan tersenyum kemudian berjalan menuju Al yang sedang duduk yang masih berkutat dengan berkas-berkasnya tanpa melihat siapa yang masuk ke ruangannya.

Tiba-tiba Al dikejutkan dengan seorang wanita yang masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi tadi yang langsung duduk dipangkuan Al membuat Al terlonjak kaget dan melemparkan berkas-berkas yang sedang Ia pegang tadi.

"Kamu it—" Ucapan Al terhenti saat ia melihat wajah wanita yang ia rindukan selama satu tahun ini tersenyum kepadanya.

"Kamu apa?" Tanya wanita itu lembut kemudian mengalungkan kedua tangannya ke leher Al.

"Sayang..." Ucap Al tak percaya pada apa yang ia lihat saat ini.

"Hai sayang." Ucap wanita itu yang ternyata adalah Ara. Kekasih Al yang sedang berobat di Jerman dan sekarang telah kembali ke Indonesia.

"Ini beneran Ara? Ara kekasihku?" Al masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Iya."

"Kok bisa? Kata kak Dave kamu masih koma dan belum sadar? Jadi aku selama ini dibohongi?"

"Kak Dave nggak bohong kok. Aku kan emang koma. Tapi setelah 2 bulan disana aku sadar dan menjalani terapi buat ngerangsang syaraf aku yang kaku karena kelamaan tidur."

"Jadi pas aku kesana jenguk kamu, berarti kamu udah sadar? Kamu kok bohongin aku sih." Ucap Al kesal. Ternyata Ia dibohongi oleh Dave tentang sadarnya Ara saat Ia menjenguk kekasihnya disana.

"Biarin! Biar kamu ngerasain rasanya ditinggal sama orang yang kita cintai itu sakit!"

"Oh, gitu ya. Sekarang karena kamu udah disini, aku bakalan hukum kamu karena kamu udah pergi jauh dariku!" Kata Al tegas sambil melingkarkan tangannya di pinggang Ara untuk menahan tubuh Ara agar tidak jatuh.

"Apa hukumannya?" Tanya Ara menantang sambik menaikkan dagunya sok berani.

"Minggu depan kamu harus nikah sama aku dan aku nggak mau ada bantahan apalagi penolakan!" Ucap Al tak terbantahkan.

"Nggak! Aku nggak mau nikah sama kamu!" Jawab Ara ketus.

"Honey..." Desis Al dan Ara tanpa peringatan langsung mencium bibir Al sekilas membuat Al tercengang.

"Iya, iya."

"Sekarang kamu nakal ya." Goda Al membuat Ara memelototkan kedua matanya pada Al.

Tanpa menghiraukan pelototan Ara, Al langsung mencium bibir Ara karena ia sangat merindukan adegan ini lama sekali.

Lama mereka berciuman sampai Ara yang merasakan dirinya mulai kekurangan pasokan oksigen hanya mampu memukul-mukul dada bidang Al pelan karena tubuhnya mulai melemas.

Al yang merasakan Ara memukul-mukul pelan dadanya langsung melepaskan ciumannya dan menyatukan dahinya dengan dahi Ara.

Al dapat melihat Ara yang terengah-engah akibat ciumannya dan sedang berusaha untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin.

Al menatap bibir Ara yang sedikit terbuka karena ngos-ngosan dan juga bengkak karena ciuman dari Al.

"Aku men–cin–ta–i–mu" Ucap Ara ditengah-tengah aktivitasnya menghirup oksigen.

"Love you more honey." Balas Al lembut.

***

Rada aneh ya?
Rada bingungin ya?
Bodo amat😂

📝941 Words

Story Of My Life ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang