.
.
.
Lily, gadis bersurai coklat dengan iris hazel itu kini sedang duduk di teras belakang. Tersenyum saat melihat kucing kesayangannya tengah makan dengan lahap berpenerang cahaya bulan.
Kucing itu adalah hadiah terakhir orang tua Lily di ulang tahunnya yang kelima belas, sebelum kecelakaan maut menewaskan keduanya di hari yang sama.
"Pa ... Ma, lihatlah, Kitty sekarang sudah besar. Aku menjaganya dengan baik seperti yang aku janjikan." Mata indah Lily mulai berkaca-kaca. Tangannya yang tadi mengelus bulu halus kini berpindah menyapu lelehan air yang tak sengaja tumpah begitu saja.
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir." Ia kembali berucap dengan air mata yang terus menetes.
"Lily, Di mana kamu?! Aku ingin jus jeruk. Cepat buatkan untukku!" Teriakan familier dari dalam rumah seketika membuyarkan lamunan sendu Lily.
Masih sambil mengusap pipinya yang basah, Lily berlari ke dapur untuk menjalankan perintah putri majikan yang tak lain adalah Felicia, sepupunya sendiri.
"Hei, kenapa lama sekali? Dasar lelet!" Cemoohan Felicia membuat tangan Lily semakin mempercepat gerakan.
"Iya, sudah selesai." Lily sedikit berteriak, buru-buru menaiki tangga untuk mencapai kamar Feli yang berada di lantai atas.
Lily meletakkan jus jeruk di atas meja tepat di samping ranjang queen size Felicia yang dulu adalah miliknya. Ya, itu dulu, sekarang semuanya sudah berubah.
Felicia mengambil jus itu lalu meminumnya sedikit, hingga tiba-tiba menyiramkannya ke wajah Lily yang seketika terlonjak kaget.
"Apa-apaan ini? Kau mau membuatku sakit perut, hah?"
"Mama, Lily membuat ulah lagi, Ma!" Kembali berteriak, Felicia lagi-lagi membuat kehebohan.
"Ada apa lagi ini? Feli sayang, ada apa?" Nyonya besar langsung menghambur ke dalam kamar putrinya setelah mendengar teriakan. Ia mengusap pipi Felicia penuh sayang.
"Ini, nih, si Lily ingin meracuniku. Masa dia membuatkan jus yang sangat masam untukku?" rengek Felicia dengan manja sambil menunjuk Lily yang masih terdiam, menunduk seraya mengusap wajahnya yang basah.
"Dasar tidak tahu diuntung! Sejak orang tuamu mati, Aku yang merawatmu. Tapi, kau malah ingin meracuni putriku?!" Wanita paruh baya dengan rambut hitam itu menjambak rambut Lily dengan kuat, membuat empunya meringis kesakitan.
"Am- ampun, Nyonya. Saya tidak bermaksud seperti itu. Jus itu sudah saya cicipi dan rasanya manis." Lily memegangi kepala seraya menggeleng lemah, air matanya mulai mengalir menyusuri pipi.
"Bohong, Ma! Dasar pembohong!"
PYARRR!!
Feli melemparkan gelas di tangannya hingga mengenai pelipis Lily sebelum akhirnya membentur lantai dan pecah.
Sementara Lily hanya bisa menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit sambil memegangi rambutnya yang masih ditarik kuat.
Lily tahu, jika terus membela diri, tidak hanya ini yang ia dapatkan. Mereka hanya ingin menyiksanya.
"Akkhhh!" Lily berhenyak saat telapak tangan kirinya mengeluarkan darah, tertusuk pecahan gelas karena sang bibi mendoronganya hingga terjatuh di tempat pecahan gelas itu berserakan.
"Bersihkan semuanya!" perintah sang bibi sebelum membawa Feli keluar dari kamar, meninggalkan Lily yang masih tertunduk dan terisak.
Pasrah. Hanya itu yang bisa Lily lakukan, karena memberontak hanya akan memperburuk keadaan. Ia tak ingin bibinya semakin marah dan menghancurkan kenangan orang tuanya yang tersisa. Seperti saat Lily mengatakan ingin kembali bersekolah dan berakhir dengan sang bibi yang membakar foto-foto kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]
Fantasy(18+) Bayangan yang mengisi kesunyian dalam kegelapan.. Mengisi kekosongan jiwa akibat luka terdalam.. Memberikan kehangatan dalam rengkuhan di setiap deraian air mata.. Kau... mengingatkan bahwa aku tak sendirian. Selalu ada dirimu meski dalam baya...