[13]_Blue Rose_

14.1K 900 8
                                    

.

.

.

Di sana, di atas ranjang yang lembut dan hangat. Seorang gadis dengan rambut kecoklatan tengah tertawa bersama sang Putra Mahkota Lucifer yang berbaring menyenderkan kepala di pangkuannya. Manik rubi anak itu berbinar kala mendengar cerita Hime tentang kehidupan manusia.

Zean memang tinggal di dunia manusia, tapi sang ratu tak mengizinkan pangeran kecil itu bercengkrama dengan makhluk dari tempat tinggalnya sejak sepuluh abad yang lalu. Sejak ia mengubah satu desa menjadi lautan darah dalam waktu kurang dari satu jam dengan kilatan matanya.


Saat itu, Zean yang ingin bermain bersama teman-teman seperti anak kecil pada umumnya, kabur dari rumah karena Azzuri tak mengizinkan. Hingga akhirnya ia bertemu seorang teman manusia dan ikut tinggal di sebuah desa. 

Entah apa yang terjadi sebelumnya. Saat Azzuri menemukan Zean, desa itu sudah hangus hingga tak ada yang tersisa. Sementara Zean meringkuk memeluk lutut dengan tangis sesenggukan di bawah pohon besar tak jauh dari sana. Saat sang ratu mendekat dan menarik Zean ke dalam pelukan, sang putra mahkota sudah kehilangan kesadaran.

Zean bilang, seorang anak mengejeknya. Membuatnya begitu marah hingga akhirnya tak mampu mengendalikan kekuatan. Saat itu, Zean mengeratkan kedua tangan dengan manik rubi menampilkan kilatan yang sangat mengerikan. Sedetik kemudian, kilatan itu berubah menjadi mata pedang dengan sinar merah menyala, menjelma menjadi kobaran api yang menghanguskan seluruh penduduk desa.

Darah mengalir dimana-mana, tercipta dari kebengisan sang putra mahkota kerajaan bawah. Karena peristiwa itu, dua ribu iblis harus turun tangan atas perintah sang ayah untuk menghapus pikiran para manusia. Menanamkam ingatan palsu seolah-olah desa itu tak pernah ada. Itu jugalah salah satu alasan mengapa barrier yang tak tertembus, yang kini melingkupi rumahnya tercipta.

Ini kali kedua Zean berinteraksi dengan manusia. Tapi kali ini sepertinya berbeda. Sejak kedatangan Hime, Zean begitu lengket padanya. Selalu mencari alasan untuk bersama gadis itu setiap saat hingga sang ratu merasa terlalu leluasa untuk bermesraan dengan ayahnya.

'Aku ingin melihatmu selalu tersenyum, tertawa, dan bahagia seperti itu. Tapi, akankah senyum itu akan tetap ada saat kau tau siapa aku yang sebenarnya? Ya, aku memang iblis seperti yang kau kenal. Tapi bukan sekadar iblis, aku adalah 'iblis' sesungguhnya dalam hidupmu. Kuharap, aku akan mendapatkan kata maaf darimu meski hanya sekali sebelum akhir keabadianku, suatu saat nanti. Kumohon, maafkan aku.'

Itulah yang ada di kepala tampan Rion saat ini. Pria bersurai legam itu sudah mengawasi Hime dari balik cermin sedari tadi. Mengawasi setiap senyum yang tersungging indah di bibir ranum gadis itu, lalu ikut tersenyum dalam tatapan sendunya.

"Boleh aku meminjam nona cantikmu sebentar?"

Suara berat nan khas milik Damarion menginterupsi, membuat aktifitas keduanya terhenti dan serempak menoleh. Kini Rion sudah berdiri di sisi ranjang.

Zean menggelengkan kepala dengan bibir manyun. Pangeran kecil itu begitu protektif pada Hime, entah apa sebabnya.

Namun, dengan lembut Hime menarik lengan Zean agar bangun dan lebih dekat ke arahnya. Ia membisikkan sesuatu di telinga kiri Zean yang membuat wajah anak itu kembali cemerlang.

Seketika, Zean menganggukkan kepala. Mengecup pipi Hime sekilas sebelum berlari keluar dan menghilang di balik pintu kamar.

"Apa yang kau katakan padanya?" Rion yang penasaran mulai ikut naik ke atas ranjang dan duduk bersender di samping Hime. Gadis itu hanya mengendikkan bahu dengan senyum manisnya.

LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang