.
.
.
Lebih dari lima ratus tahun telah berlalu sejak terjadinya pertarungan sengit antara Kerajaan Lucifer dan Behemoth yang menewaskan kedua raja dari kerajaan tersebut, hingga membuat ketiga Pangeran Behemoth menjadi buronan karena kabur begitu saja dari pertempuran.
Hari ini, salah satunya kembali menampakkan diri di hadapan Damarion dengan Raja Asmodeus sebagai sekutunya.
Sejujurnya Rion tak pernah menduga jika selama ini para Pangeran Behemoth bersekutu dengan Kerajaan Asmodeus. Tapi mengingat raja terdahulu Kerajaan Asmodeus bersikeras menginginkan Putri Lacreimosa dapat bersanding dengannya, semuanya menjadi jelas.
Perjodohan antara Damarion dan Lacreimosa juga pasti rencana yang mereka susun dengan para pangeran keparat itu untuk menghancurkan Lucifer dan memiliki takhta tertinggi Helldon.
Untuk sesaat, Rion mematung dengan ekspresi tak terbaca. Apa yang ada di dalam kepalanya kini bagai ombak yang berkecamuk. Bukan bingung, cemas, apa lagi takut saat melihat pangeran kedua Kerajaan Behemoth berdiri di hadapannya.
Saat ini, di dalam kepala tampannya sedang berputar rekaman kejadian dalam beberapa bulan terakhir layaknya sebuah film. Buku mantra yang ditemukan Zean di Kerajaan Asmodeus, sikap aneh Hime, hingga pikiran gadis itu yang tiba-tiba tak bisa terbaca, juga kematian Calvert yang tak terduga.
Kini, potongan puzzle itu mulai tersusun. Rion yakin buku mantra milik Kerajaan Behemoth yang ditemukan Zean di Kerajaan Asmodeus pastilah bagian dari rencana licik pria bersurai perak yang berdiri di depannya saat ini.
Kalau pun bukan, buku itu pasti milik dua saudaranya yang lain, yang memang sengaja ditinggalkan agar Zean mengambilnya. Semua itu diperjelas dengan kejanggalan dimana hanya Zean yang dapat membukanya.
Sedang kematian Calvert, tak lain juga terkait dengan ketiga pangeran keparat itu. Tapi hal aneh yang terjadi pada Hime? Bahkan Hime tak pernah menyentuh buku mantra itu. Lalu bagaimana mantra sihir Pangeran Behemoth bisa mempengaruhinya sampai seperti ini?
Dalam diamnya, manik Rion teralih pada Hime yang kini berada di samping sang Raja Asmodeus--Chevalier. Dalam hati ia meruntuki kebodohannya yang sampai tak tahu sejak kapan Hime mengenal pria berengsek itu. Apalagi begitu dekat hingga mau mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Pangeran?" Terkesiap, manik sang pangeran kegelapan menyipit. Beralih menatap tajam pria bersurai perak yang maju beberapa langkah ke arahnya.
"Falcon." Rion mendesis pelan.
"Setelah lari lebih dari lima ratus tahun, kau masih bernyali untuk berdiri di hadapanku? Apa kau sudah bosan dengan keabadianmu?" Rion berucap tenang, namun menyelipkan ancaman yang justru membuat iblis bernama Falcon itu melebarkan senyumnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Pangeran?" Falcon mengulang kalimatnya, seperti meledek saat melihat Rion kehilangan fokus pada pembicaraan keduanya.
"Apa kematian pelayan setiamu?" Falcon menjeda,
"Atau gadis manusia itu?" Ekor matanya melirik Hime dengan satu alis terangkat.
Mendengar nama Calvert disebut, manik Damarion semakin menajam. Terdengar gemeretak tulang dari kedua tangannya yang perlahan mengepal. "Jadi, kau yang membunuh Calvert?!"
Falcon sedikit memiringkan kepala, kedua alisnya terangkat seolah-olah ia terkejut dengan apa yang Rion tanyakan.
"Aku? Hahahaha ...." Falcon menunjuk dirinya sendiri kemudian tertawa keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]
Fantasy(18+) Bayangan yang mengisi kesunyian dalam kegelapan.. Mengisi kekosongan jiwa akibat luka terdalam.. Memberikan kehangatan dalam rengkuhan di setiap deraian air mata.. Kau... mengingatkan bahwa aku tak sendirian. Selalu ada dirimu meski dalam baya...