.
.
.
Iris hazel itu masih terfokus pada beberapa anak kecil yang tengah bermain lempar bola salju. Senyum tipis mengembang di bibir mungilnya saat tiba-tiba teringat masa kecil yang begitu indah dan penuh tawa.
Meski ia tak mau lagi mengingat masa lalunya, tapi melihat pemandangan di depannya saat ini, membuat ingatannya kembali membayang mundur. Sebelum kegelapan menghampiri dan semuanya musnah.
Satu tiupan angin membuat rambut coklatnya berkibar sesaat. Manik itu beralih melirik ke belakang. Tampak pria bermanik kelabu berdiri tak jauh dari tempatnya duduk.
"Kau ingin tetap berdiri di situ atau menemaniku duduk? Udara di sini semakin dingin." Hime memeluk lengannya sendiri.
Pria itu tersenyum mendengar sebuah kode yang terselip manis di balik pertanyaan yang baru saja ia dengar.
Rion berjalan menghampiri, duduk dan memeluk Hime dengan satu tangan, menyenderkan kepala gadis itu di dada bidangnya.
Hime memeluk pinggang Rion posesif, semakin menenggelamkan wajah di dada bidang pria itu seraya menutup mata.
"Bisakah kita melakukannya di kamar saja? Kau pasti akan kedinginan jika kita melakukannya di sini." Senyum usil tercetak di bibir Rion, sementara matanya masih menatap ke depan.
Hime mendengus kasar, dipukulnya dada Rion dengan satu tangan yang membuat pria itu semakin terkekeh.
"Rion, boleh aku bertanya sesuatu?" Wajah cantik Hime menengadah, menatap Rion saksama.
"Hem."
"Kau bilang, kau seorang pangeran, 'kan?"
"Ya."
"Itu berarti, kakakmu adalah seorang raja dari para iblis."
"Hem."
"Dan dia sudah menikah dan memiliki seorang putra."
"Benar."
Tangan Hime semakin meremas ujung coat tebal yang dikenakan Rion. Bibirnya bergerak gelisah. "Apa kau-"
"Juga akan menikah?"
Manik Rion teralih, menatap gadis yang saat ini memainkan kancing bajunya, menghindari tatapan.
Pertanyaan Hime membuatnya teringat tentang pertemuannya dengan sang kakak beberapa hari yang lalu.
#flash back on
"Aku ingin kau menikah dengan putri dari kerajaan Asmodeus."
Manik rubi Danta memicing tajam, menatap Rion penuh keseriusan.
"Aku tidak berminat."
BRAKK!!
Meja di depan Danta hancur seketika saat pria itu berdiri dan menggebraknya. Tangannya mengepal menahan setiap emosi yang ingin meledak saat menatap sang adik yang masih berdiri tegap, setia dengan wajah datarnya.
"Hentikan sikap konyolmu itu, Damarion! Kau tahu perjodohan ini sudah lama terjadi, dan kau juga sudah mengenalnya. Apa lagi yang kau tunggu?"
"Kau yang mengatur perjodohan itu tanpa sepengetahuanku. Dan aku pun tak pernah mengatakan kalau aku menyetujuinya. Jawaban apa yang kau harapkan, Kak?"
Manik Rion ikut menajam, menjeda ucapannya sejenak.
"Aku tidak berminat menghabiskan sisa keabadianku dengan wanita iblis murahan yang tidur dengan setiap iblis yang pernah ditemuinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]
Фэнтези(18+) Bayangan yang mengisi kesunyian dalam kegelapan.. Mengisi kekosongan jiwa akibat luka terdalam.. Memberikan kehangatan dalam rengkuhan di setiap deraian air mata.. Kau... mengingatkan bahwa aku tak sendirian. Selalu ada dirimu meski dalam baya...