.
.
.
Guntur menggelegar bak raungan kemurkaan. Halilintar berkilat menyambar, membelah kesunyian.
Di bawah naungan langit kegelapan yang kini menjelma menjadi lautan darah, ketiga putra Lucifer dan Behemoth tengah berdiri di arena pertempuran.
Tanah terlarang tempat di mana raja dari dua kerajaan besar itu tertidur untuk selamanya. Dan ini adalah kesempatan emas untuk para pangeran Behemoth menuntut balas atas kematian ayah dan adik mereka.
Tepat di hadapan para pangeran Behemoth dengan jarak puluhan meter jauhnya, Damarion tampak menajamkan maniknya.
Manik kelabu yang semula menyendu, dalam sekejab berubah keemasan dengan kilatan menyala setajam mata elang.
Menatap ketiga pangeran Behemoth itu bergantian, lalu kemudian terfokus pada sang putra mahkota, Aaron.
Sebuah rencana terlintas di kepala tampannya. Kunci kekuatan dari para pangeran Behemoth adalah kakak tertua mereka yang seharusnya menjadi raja, jika kerajaan mereka masih ada.
"Aku yang akan menghadapi Aaron," ucap Rion tanpa mengalihkan manik emasnya pada kedua saudara yang berada di sampingnya.
Sementara yang di seberang sana tampak mengukir senyum remeh di sudut bibirnya.
Menoleh pada Damarion yang berada di samping kanannya sesaat, tatapan Danta kembali tertuju pada musuh di seberang arena.
Ia tidak menjawab, ada keraguan dalam benaknya. Bukan takut jika Rion tak dapat memenangkan pertarungan dengan Aaron yang tak lain adalah sang putra mahkota, tapi Pangeran Aaron seratus kali lebih licik jika dibandingkan dengan kelicikan Rion yang sering membuat kepalanya dipenuhi kepulan asap.
Karena lima ratus tahun yang lalu, saat Behemoth menabuh genderang perang dengan Lucifer untuk pertama kalinya di tanah yang saat ini kembali mereka pijak, pertempuran yang membuat seluruh tanah dunia bawah, Helldon bergetar. Yang menjadi lawan bagi sang putra mahkota, Aaron Behemoth adalah Dantalion sendiri.
"Ini adalah pertempuranku." Sekali lagi, Rion menukas tegas saat Danta tak kunjung menjawab. "Jika aku bisa mengalahkannya, semuanya akan berakhir."
Sang raja kegelapan hanya melirik sekilas, merasakan aura mencekam menguar dari tubuh Rion yang kini diselimuti api amarah. Dan akhirnya, Danta pun mengangguk menyetujuinya. "Baiklah."
"Tapi Damarion, Hime tak ada di sini. Aku tak bisa merasakan kehadirannya sama sekali." Aylmer ikut membuka mulut, maniknya masih berputar di sekitar arena pertempuran. Mencari keberadaan sosok yang menjadi alasan pertempuran mereka.
"Akan lebih baik jika mereka memang tak membawa Hime kemari." Rion menjeda, ia mulai mengepalkan kedua tangannya.
"Tapi jika mereka menipuku, aku bersumpah akan mengobrak-abrik seluruh Kerajaan Asmodeus untuk mendapatkan Hime kembali," lanjutnya dengan rahang mengeras.
"Apa kau mencari gadismu, Pangeran?" Aaron menginterupsi di ujung arena, membuat ketiga Lucifer itu terpusat ke arahnya.
"Aku akan memberikannya padamu," Aaron menyeringai. Ini saatnya ia menuntut balas pada iblis yang telah melenyapkan ayahnya, sang Raja Behemoth sebelumnya. "Tapi setelah aku melenyapkanmu!"
Ia berteriak keras dan melesat maju dengan sayap hitam mengepak dan pedang yang entah sejak kapan sudah terhunus ke depan.
Melebarkan maniknya, Rion ikut melesat dengan mengangkat tangan kanannya yang dalam sekejab memunculkan sebilah pedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]
Fantasy(18+) Bayangan yang mengisi kesunyian dalam kegelapan.. Mengisi kekosongan jiwa akibat luka terdalam.. Memberikan kehangatan dalam rengkuhan di setiap deraian air mata.. Kau... mengingatkan bahwa aku tak sendirian. Selalu ada dirimu meski dalam baya...