.
.
.
'Dasar bocah sialan! Awas kau nanti!'
'Sepertinya sifat kakak sudah mulai menurun pada Zean, aku harus lebih waspada agar dia tetap berada di pihakku.'
Itulah yang ada di pikiran Aylmer dan Rion. Kedua Pangeran Lucifer itu saat ini tengah berjalan bersamaan menuruni tangga dengan wajah masam dan gigi gemeretak setelah ditendang keluar oleh sang Putra Mahkota dari kamar Rion beberapa waktu lalu. Sang pangeran kecil itu merengek-rengek agar bisa bermain bersama Hime. Dan jadilah mereka berdua terusir dari sana.
'Kalau paman ingin lebih lama bersama nona cantik, berikan aku permen lebih banyak lagi. Hari ini kau belum memberiku satu pun.'
Bisikan Zean di telinganya sesaat sebelum Rion meninggalkan kamar membuat kepalanya masih terasa pening. Anak itu merebut posisinya di samping Hime hanya karena hari ini ia lupa memberikan permen.
"Dasar licik!" Rion mengumpat kesal.
"Ck.ck.ck. Pemandangan yang sangat langka melihat kalian berdua berjalan bersama seperti ini." Suara Danta tiba-tiba menginterupsi dari bawah tangga, membuat kedua pangeran yang sudah mencapai anak tangga terakhir itu menghentikan langkah, saling melempar pandangan.
Wajah Rion semakin masam, sepertinya hari ini adalah hari sialnya. Baru saja ia diusir dari kamarnya oleh iblis kecil yang licik, sekarang ia malah bertemu dengan asal muasal kelicikan itu.
'Aku akan mengutuk dunia jika setelah ini aku mendapatkan kesialan lagi,' runtuknya dalam hati.
Danta menyilangkan kedua tangan di depan dada, menyenderkan tubuhnya di sisi kanan tangga. "Tapi ngomong-ngomong, jika kalian berdua ada di sini, siapa yang menggantikanku di singgasana lucifer saat ini, hah?!"
"Kupikir salah satu dari kalian berada di kastel utama, itulah mengapa aku memutuskan untuk datang kemari." Tatapannya mulai serius.
"Itu bukan urusanku. Kau seorang raja, kau yang harus mengurus segala sesuatunya sendiri. Aku tak berminat untuk ikut mendengarkan ocehan para mentrimu yang memecahkan kepala itu." Rion menjawab masih dengan wajah datarnya, sikap yang biasa ia perlihatkan di depan sang kakak.
Pria bermanik rubi itu mengangkat kedua alis, terlihat seperti berpikir. Lalu mengangguk-anggukan kepala, menatap Rion dengan senyum sinisnya.
"Yah, kau benar. Aku adalah seorang raja. Karena itu, Aku memerintahkanmu, Damarion Rensford untuk menggantikanku di atas takhta selama aku ada di sini. Jangan kembali sebelum aku memberikan titah." Danta berucap pongah dengan seringaian menghiasi sudut bibirnya.
Manik Rion membelalak lebar dengan tangan yang mulai mengepal geram. "Aku tidak-"
"Aku memberikanmu perintah sebagai seorang raja, bukan seorang kakak-" Tatapan Danta menajam.
"Kau ingin melawan rajamu sendiri? Ah ... Ayah pasti sedih mendengarnya." Sekarang ia memasang wajah memelas dengan satu telapak tangan menutupi wajah tampannya.
Rion semakin mendelik. Balas menatap tajam sang kakak yang berhasil membuatnya semakin kesal. Dengan wajah ditekuk, ia melangkah melewati Danta begitu saja.
"Bajingan!" umpatnya sebelum menghilang.
Sang raja tertawa puas saat adiknya yang sangat keras kepala untuk pertama kali bersedia menuruti perintah, itu pun karena ia membawa nama sang ayah.
Danta tahu, di balik sikap dingin dan kepala batu adiknya, Damarion adalah satu-satunya putra yang sangat menyayangi dan menghormati sang Raja Lucifer sebelunya. Sedang dirinya sendiri lebih banyak membantah dengan seribu alasan, dan Aylmer selalu kabur begitu saja saat ayahnya memberi perintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]
Fantasy(18+) Bayangan yang mengisi kesunyian dalam kegelapan.. Mengisi kekosongan jiwa akibat luka terdalam.. Memberikan kehangatan dalam rengkuhan di setiap deraian air mata.. Kau... mengingatkan bahwa aku tak sendirian. Selalu ada dirimu meski dalam baya...