.
.
.
Lacreimosa, putri tunggal Kerajaan Asmodeus kini tengah menatap ke luar jendela. Meremas kelambu sutra yang berkibar lembut tertiup angin. Manik legamnya menatap lekat penuh amarah. Pikirannya penuh dengan kata-kata sang raja kegelapan dari sebuah surat yang baru saja ia terima.
' Jika kau ingin memiliki Damarion seutuhnya, lenyapkan gadis manusia itu segera. Atau dia akan menjadi penghalang terbesarmu untuk bersanding dengan adikku. Karena Rion telah mengikat kontrak mati dengannya.
Dan pastikan tak ada yang tau soal ini, termasuk Damarion dan kedua kakakmu, para Pangeran Asmodeus.'
Kepalan tangannya semakin mengerat kala barisan kalimat itu kembali terbayang, tercetak jelas di kepala.
Rahangnya mengeras, bibirnya bergetar penuh amarah. "Kontrak mati? Apa-apaan dia? Bagaimana Damarion bisa mengikat kontrak mati dengan manusia?"
"Dasar keparat! Awas kau gadis brengsek!!" Gadis itu murka.
Dari genggamannya muncul kobaran api yang dengan sekejap melahap habis kelambu sutra di depannya. Maniknya berkilat tajam, ingin rasanya ia menghancurkan semua yang dilihatnya saat ini.
Tapi jika ada kebisingan, maka para pengawal di depan kamar pasti akan langsung melapor pada sang kakak dan semuanya akan terbongkar.
Seperti kata Yang Mulia Raja, tak ada yang boleh tahu tentang hal ini.
"Aku akan membuatmu menjadi abu dengan tanganku sendiri, gadis sial!"
Lacreimosa berbalik, mengulurkan satu tangannya yang terkepal. Perlahan kepalan itu terbuka dan mengeluarkan asap putih yang menguar, memenuhi hampir setengah kamar.
Sesaat setelah asap itu menipis dan mulai menghilang, muncul tiga sosok pria berjubah hitam yang berlutut menyembah.
Lacreimosa menyeringai, ia maju beberapa langkah, "Aku memiliki tugas untuk kalian."
......
Di kamarnya yang hangat dan nyaman, Hime sedang menikmati butiran salju yang turun dari balik kaca jendela. Jemari lentiknya menari-nari menyentuh kaca yang tampak buram berembun, sedang menulis sesuatu di sana.
" I - L - O - V -"
Manik Hime membelalak saat suara berat yang sangat ia kenal mencoba mengeja tulisannya. Dengan segera ia mengusap kaca itu dengan telapak tangan. Membuatnya kembali bersih hingga pantulan wajah tampan Rion dapat terlihat lebih menawan dari sana.
Hime menyungging senyum termanisnya, menatap Rion yang berdiri di belakangnya dari kaca jendela. Berharap pria itu tidak curiga dan menanyakan apa yang baru saja ia tuliskan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]
Fantasy(18+) Bayangan yang mengisi kesunyian dalam kegelapan.. Mengisi kekosongan jiwa akibat luka terdalam.. Memberikan kehangatan dalam rengkuhan di setiap deraian air mata.. Kau... mengingatkan bahwa aku tak sendirian. Selalu ada dirimu meski dalam baya...