.
.
.
"Ikuti aku .... "
Azzuri berbalik dan berjalan menaiki tangga. Sementara Rion dengan sigap membuntutinya tanpa banyak bertanya.
Tak lama berselang, mereka sampai di tengah ruangan yang cukup besar. Ribuan buku menjulang tinggi mengelilinginya, serta satu set meja kecil lengkap dengan kursi yang tertata apik di bagian sudut dekat jendela.
Dengan satu kibasan ringan dari tangan kanan Azzuri, pintu dan jendela perpustakaan itu tertutup rapat. Lalu dengan gerakan jemari lentiknya, lilin-lilin yang tergantung di dinding mulai menyala. Memberikan cahaya temaram yang cukup untuk melihat dengan jelas seisi ruangan.
Azzuri melangkah pelan seraya mengusap satu per satu buku yang tertata rapi di depannya. Hingga sebuah buku tiba-tiba bersinar kemerahan saat tersentuh jemarinya.
Sang ratu melirik Rion sekilas yang masih berdiri beberapa langkah di belakangnya, lalu menekan buku itu hingga menimbulkan suara retakan yang entah dari mana asalnya.
Perlahan, rak buku di depan Azzuri mulai membelah. Menampilkan ruangan kosong dengan kerlipan lilin yang ikut menyala saat sang ratu menapakkan kaki masuk ke dalamnya.
"Azzuri," Rion terperangah. Ia sudah mengunjungi perpustakaan ini ribuan kali dalam ratusan tahun terakhir, tapi Rion bahkan tak pernah tahu ada ruangan semacam ini di balik tumpukan buku yang menjulang.
"Masuklah, Rion. Tak ada seorang pun yang tahu tentang ruangan ini, karena aku menyamarkan keberadaannya dengan kekuatanku sendiri," ujar Azzuri dengan senyum lembut saat menoleh ke arah Rion.
Tak ingin membuang waktu, Rion langsung menurut dan ikut masuk sebelum pintu ruangan rahasia itu kembali tertutup.
Di tengah ruangan, terdapat meja marmer persegi dengan sinar keemasan yang menyeruak keluar dari permukaannya, dan dengan sedikit gerakan jari Azzuri, sebuah buku muncul dari sana.
"Itu buku yang kau cari. Aku sengaja menyimpannya di sini agar tak ada seorang pun yang dapat mengambilnya." Azzuri mendekat, menatap buku itu lekat. "Sejak awal aku sudah merasa ada yang tidak beres dengan semua ini."
Rion ikut mendekat. Mengulurkan satu tangan yang membuat buku mantra itu melayang di atas telapak tangannya. Ia mengulurkan tangan lainnya, berusaha membuka buku itu dengan kekuatannya.
Tapi tak lama kemudian, kedua alis Rion menaut dengan raut keheranan.
"Buku ini tak mau terbuka."
Azzuri ikut mengerutkan keningnya, "Tapi aku melihat sendiri Zean membukanya. Bahkan kita juga melihat Zean membacakan mantra dari buku ini untuk menyelamatkan Hime."
Azzuri yang sedari tadi menatap Rion ikut beralih pada buku yang masih melayang di tangan sang pangeran. "Bagaimana mungkin tak bisa terbuka?"
Sang ratu mengulurkan tangannya, mengeluarkan sinar merah yang menyeruak terang dan menyinari buku itu. Namun, tiba-tiba asap hitam muncul, menghadang kekuatan Azzuri dan membuatnya terdorong ke belakang.
"Ukh!"
"Azzuri!!"
Rion yang melihat Azzuri hampir terjengkang segera mengembalikan buku itu pada tempatnya dan melesat, menangkap tubuh sang ratu dari belakang. "Kau baik-baik saja?"
"Ya." Azzuri mengangguk. Menatap gumpalan asap hitam yang tadinya menyelimuti buku mantra itu kini perlahan menghilang.
"Asap itu menahan kekuatanku. Dari mana datangnya? Aku tak pernah melihat asap itu sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY & The DEMON PRINCE ✔️[diterbitkan]
Fantasia(18+) Bayangan yang mengisi kesunyian dalam kegelapan.. Mengisi kekosongan jiwa akibat luka terdalam.. Memberikan kehangatan dalam rengkuhan di setiap deraian air mata.. Kau... mengingatkan bahwa aku tak sendirian. Selalu ada dirimu meski dalam baya...