Part 5

24K 1.3K 2
                                    

"Kamu makan, ya?"

"Makan, ya.."

"Makan, Ali ku sayang.."

"Obatnya kasian tuh dianggurin sama kamu."

"Makan, dong. Kamu mau aku nangis ditempat?"

"Ihhh Ali!! Kamu dengerin aku ga sih?!"

Ali yang tadi hanya berkutat dengan laptop, kini mulai menyadari kehadiran gadisnya. Walaupun dalam keadaan sakit, Ali tetap harus memantau kantor dari rumah. Kadang, Kevin juga turut serta membantu selama Ali sakit. Ini sudah 3 hari Ali sakit. Tapi Ali merasa tubuhnya sudah bisa kerja. Namun rupanya calon istrinya lebih khawatir padanya sehingga hari ini ia harus dirumah.

"Iya, sayang. Aku kan juga lagi kerja. Nanti ya, kalau kerjaannya udah selesai, baru aku makan." Ucap Ali lembut sambil menatap mata gadisnya.

"Kerjaan kamu bertumpuk gitu gimana mau selesai? Lebaran naga?" Ali hanya terkekeh mendengar penuturan gadisnya.

"Kok ketawa sih? Gaada yang lucu ya! Pokoknya kamu harus makan! Kalo ga, aku batalin perjodohan itu!" Bagaikan tertusuk belati, Ali pun langsung mengambil nampan berisi makanan dari tangan Prilly.

"Nah gitu dong. Kamu juga harus mikirin badan kamu. Bukan cuma kerjaan doang! Kamu yang mimpin kantor tapi sibuknya ngalahin karyawan!" Ucap Prilly sambil mengelus lembut rambut Ali. Ali pun merasa senang karna gadisnya benar-benar khawatir padanya.

"Iya, sayang.. aku kayak gini kan juga biar bisa bikin bahagia kamu, sama anak-anak kita nanti. Aku mau apapun yang menjadi kebutuhan kalian, bisa aku penuhi tanpa harus mikir dulu."

Ucapan Ali barusan membuat perasaan Prilly menghangat. Ia yakin, Ali lah yang terbaik untuk dia. Sempat dia berpikir bahwa ini salah. Tak seharusnya dia menjadi calon istri sahabat Papanya. Namun sekarang, ia menyesal. Betul kata Mama Clarie, wajah Ali memang jarang bereskspresi. Tapi jauh didalam lubuk hatinya, tersimpan beribu kebaikan.

"Sayang. Aku mau ngasih tau kamu sesuatu. Aku gamau kamu jadi curigaan sama aku." Ucap Ali seketika membuat Prilly tertarik untuk mendengarnya.

"Cerita apa aja sama aku. Apapun yang kamu alamin, apapun yang telah terjadi sama hidup kamu, apapun yang kamu rasain, cerita ke aku. Insha allah aku bisa ngerti dan menjadi pendengar yang baik untuk kamu." Ucap Prilly begitu bijaknya.

"Sebenarnya..."

"Sebenarnya?" Prilly bingung. Karna Ali menggantungkan kalimatnya.

"Aku menjadi donatur panti asuhan Kasih Tuhan. Tepat di seberang kantor aku." Ucap Ali santai. Tapi yang mendengarnya, justru kaget.

"Kamu serius?" Tanya Prilly memastikan. Ia tak menyangka. Seseorang yang terlihat penuh amarah, bisa menjadi seorang penolong bagi sesamanya.

"Apa ada raut bercanda diwajah ini?" Tanya Ali sambil menunjuk ke arah wajahnya.

Prilly merasa semua itu benar. Tak ada raut kebohongan dari wajah Ali.

"Jadi, aku buka laptop bukan cuma buat ngecek kantor, ngurusin berkas-berkas. Tapi juga mantau anak-anak panti, semua masalah keuangan di panti, alhamdulillah aku bisa bantu. Walaupun ga banyak, tapi sangat berpengaruh positif untuk mereka." Ucap Ali dengan tenang. Tak ada nada membanggakan dirinya sendiri. Ali begitu baik. Sangat baik.

"Kamu ada niatan buat kesana lagi, ga?"

"Kenapa?" Ali menautkan alisnya bingung.

"Aku mau kenalan sama mereka. Aku mau ikut bantu mereka. Aku mau, mereka bahagia. Aku akan nyumbang beberapa baju yang ga pernah aku pakai lagi, tapi masih bagus. Baju buat anak 15 tahun tapinya."

TILL THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang