Part 45

12.3K 771 15
                                    

7 Bulan Kemudian...

Prilly dapat melewati trimester pertamanya dengan baik. Tak ada kata-kata 'ngidam' untuk kandungan Prilly saat ini.

"Gimana, Dok?" Tanya Ali seraya mengusap perut buncit istrinya.

"Alhamdulillah, lengkap tak ada yang kurang satu apapun. Anak bapak dan ibu berjenis kelamin laki-laki. Wah udah lengkap nih. Yang satu perempuan dan yang ini laki-laki. Sepasang." Ucap dokter kandungan itu dengan senyum manisnya.

Ali dan Prilly juga sangat bahagia. Akhirnya impian Ali yang ingin punya anak laki-laki kesampaian juga. Kelak, Ali akan memberikan takhtanya pada anak laki-lakinya.

"Makasih, Sayang. Makasih." Bisik Ali sangat lembut. Prilly tersenyum.

                                   ***

2 Bulan Kemudian...

Ali dan Ara sangat posesif pada Prilly. Wajar, kandungan Prilly sudah berumur 9 bulan. Tinggal menghitung hari, istana mereka ramai dengan suara tangisan bayi laki-laki.

Ara juga makin pintar. Jika ada Ara disampingnya, Prilly sangat yakin bahwa dirinya tak akan bisa melanggar perintah suaminya. Karena Ara lah yang Ali percaya untuk menjaga Prilly.

Meskipun begitu, Prilly sangat bahagia. Itu menunjukkan bahwa suami dan anaknya sangat menyayanginya.

"Mom, akan ulu yuk. Ata Daddy, Mommy alus anyak akan. Bial dedek bayinya ga lapel." Ajak Ara sambil membawa Prilly ke meja makan.

"Iya, Sayang. Jangan ditarik-tarik dong Mommynya. Sakit tangan Mommy, Sayang." Ucap Prilly. Ara melepaskan cengkramannya dan cengengesan. Persis seperti Ali jika sedang jahil.

"Hehe maap, Mommy. Akan ayok!"

Ara dan Prilly pun makan berdua karena Ali belum pulang. Ali akan pulang jam 3, sedangkan ini masih jam 1.

Selesai makan, dengan cekatannya Ara langsung mengambil piring bekas makanannya, dan mencucinya sendiri di dapur. Meskipun banyak pelayan yang melarang, Ara tetap ngotot. Prilly yang melihatnya hanya bisa tersenyum geli sekaligus bangga karena didikannya berhasil diterapkan Ara di dunia nyata.

"Udah cuci piringnya, Lil Princess?" Goda Prilly. Ara mengangguk dan mengusap perut Mommynya.

"Dedek bayi apan kelual? Akak Ala udah unggu dedek, lho. Daddy uga. Cepet kelual, ya. Bial anti Akak Ala isa ajak ain dedek." Dumel Ara sambil terus mengusap perut buncit Prilly.

"Bentar lagi dedek bayi keluar kok, Sayang. Kamu sabar ya." Ucap Prilly lembut.

Tiba-tiba, Prilly merasakan perutnya seperti ditusuk-tusuk. Prilly berusaha menahan sakitnya agar sang anak tidak khawatir. Namun, ia tak bisa.

"Daddy pul.... ASTAGA PRILLY!!" Bertepatan dengan sakitnya perut Prilly, Ali pulang. Setidaknya, Ali pulang tepat waktu.

"Perut..a..ku...sa..kit.." Lirih Prilly sambil terus memegangi perutnya.

"Kita ke dokter, ya. Ara, sini Daddy gendong." Ara pun lari dan Ali dengan sigap menggendongnya. Tangan kanannya menggandeng tangan Prilly. Awalnya Ali menawarkan untuk menggendong Prilly, namun Prilly menolaknya dengan alasan ia masih bisa jalan.

Ali langsung memasukkan Ara ke jok belakang. Prilly duduk di jok samping agar Ali bisa mengawasi kalau-kalau hal tak diinginkan terjadi.

"Sabar, Sayang. Kita mau sampai." Ucap Ali sambil mengusap-usap perut istrinya. Ali pun tak kalah khawatirnya dengan Ara. Di jok belakang, Ara sudah menangis karena khawatir dengan Prilly. Bisa dibayangkan betapa sayangnya Ara dengan Prilly.

TILL THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang