Part 37: Sebuah Insiden

11.7K 811 14
                                    

19.13

"Pa.. panggilin Prilly, gih. Udah waktunya makan malam." Titah Mama Clarie sambil menata meja makan semenarik mungkin.

Papa Kusuma pun menuruti permintaan istrinya. Ia berjalan sampai kamar yang paling ujung yaitu kamar untuk Prilly.

"Prill. Makan, kuy. Bumil makannya harus teratur biar si baby sehat wal afiat." Ucap Papa Kusuma lalu mengetuk pintu kamar Prilly.

Namun, si empunya kamar tak juga menunjukkan batang hidungnya. Berkali-kali Papa Kusuma mengetuk pintu namun tak ada jawaban.

"Pikir positif aja deh.. mungkin mantu lagi tidur." Gumam Papa Kusuma. Akhirnya ia pun turun lagi ke meja makan tanpa Prilly.

"Lah, Prillynya mana, Pa?" Tanya Mama Clarie bingung.

"Daritadi Papa udah ketok pintu kamarnya berkali-kali. Tapi dia belum juga bukain pintu. Yaudah Papa duluan aja. Mungkin dia masih butuh istirahat." Jelas Papa Kusuma. Mama Clarie yang mendengarnya hanya manggut-manggut.

Selesai makan, Mama Clarie merasakan ada yang janggal dirumahnya. Prilly. Dari jam 7 lewat tadi sampai sekarang jam 9, batang hidungnya belum keluar kamar juga.

Akhirnya ia pun memberanikan diri untuk membuka kamar Prilly dan ternyata...

"ASTAGA PRILLY!!!"

                                  ***

Rumah Sakit Keluarga

Mama Clarie dan Papa Kusuma sedari tadi mondar-mandir tak karuan. Mereka sangat mengkhawatirkan kondisi Prilly.

"Kenapa bisa kayak gitu, Ma?" Tanya Papa Kusuma dengan mata memanas.

"Aku sendiri pun gatau, Pa." Jawab Mama Clarie yang sudah menangis khawatir. Sangat besar rasa sayang mereka pada Prilly.

"Ali udah tau?" Tanya Papa Kusuma. Mama Clarie menepuk jidatnya.

"Mama lupa, Pa. Papa aja deh yang nelpon. Biar aku yang nelpon Keisha dan Bramasta." Ucap Mama Clarie. Papa Kusuma pun mengalah. Dengan sekuat hati, ia menekan tombol nomor Ali.

"Halo, Pa? Kenapa?" Tanya Ali yang sudah menerima telpon dari Papanya.

"Papa ganggu kamu, ga?" Tanya Papa Kusuma sambil menahan tangis.

"Ga lah, Pa. Lagian Ali juga baru sampe disini. O iya Pa. Prilly mana? Kok daritadi Ali nelpon dia ga diangkat?"

"Yang mau Papa bicarakan adalah soal Prilly, Li."

"Prilly? Kenapa dia, Pa? Istri Ali ga apa-apa, kan?"

"Dia masuk rumah sakit, Li. Kondisinya belum stabil."

"Papa pasti bohong. Prilly ga mungkin masuk rumah sakit. Prilly adalah anak yang kuat." Ucap Ali dengan suaranya yang mulai serak-serak menandakan bahwa ia menangis.

"Untuk apa Papa bohongin kamu soal istri kamu sendiri, Li? Tadi Mama kamu yang liat Prilly dalam kondisi yang tidak seharusnya. Dan kita langsung bawa dia ke rumah sakit."

"Astaghfirullah.." Ucap Ali dengan suara tangisnya yang terdengar sangat jelas.

"Ali segera kesitu, Pa. Kirim terus kondisi Prilly lewat WA."

Setelah berucap seperti itu, Ali langsung mematikan sambungan telepon tanpa mendengar jawaban dari Papanya.

"Gimana, Pa?" Tanya Mama Clarie.

"Ali bilang akan segera kesini. Anak itu ga pernah berubah." Ucap Papa Kusuma.

"Itulah Ali. Dia akan mengorbankan waktunya demi Prilly yang jauh lebih berharga."

TILL THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang