Part 46

11.7K 754 25
                                    

10 Tahun Kemudian

Ara dan Ray tentu sudah bertambah besar. Ara berumur 13 tahun dan Ray 10 tahun. Kakak beradik ini jarang sekali akur. Terlebih dengan tingkah jail Ray yang menurun dari Ali.

"Ish!! Momon!! Buang itu ulet! Gatel-gatel badan gue nanti!!" Teriak Ara hingga menggema sampai ke semua penjuru mansion. Salah satu pelayan pun langsung menghampiri Ara dan Ray.

"Ada apa lagi, Non?" Tanya Bik Tara, pelayan yang merangkap menjadi pengasuh Ara dari kecil hingga sekarang.

"Ini lho Bik si Momon. Sumpah ya kalo Daddy sama Mommy balik, gue laporin lo, Mon!" Jawab Ara sambil terus melompat karena kegelian.

Sedangkan Ray, dia hanya cekikikan dengan tingkah sang Kakak. Bik Tara mengusap dadanya dan mengucap istighfar berulang-ulang.

"Den Ray, buang ya ulatnya. Kasian Kak Ara ketakutan kayak gitu. Emang Den Ray mau dimarahin Mommy sama Daddy? Ga kan? Makanya buang ya ulatnya. Nanti Bik Tara masakin makanan yang enak buat Den Ray!"

Ray langsung membuang ulat itu dan menatap Kakaknya intens. Dirinya maju beberapa langkah lalu memeluk Kakaknya begitu erat.

"Maafin Momon ya, Kak. Kakak seru sih kalo dijailin." Ucap Ray sangat lembut.

Ara menghela napasnya pelan. Adik kesayangannya ini selalu saja membuat emosinya naik. Namun begitu, Ara tetap menyayanginya.

"Kali ini gue maafin. Hari berikutnya, jangan harap lo bisa lolos dari sidangnya Mommy dan Daddy." Jawab Ara melepas pelukan Momon dan berlalu dari hadapan adik dan pengasuhnya.

"Ray keterlaluan ya, Bik?" Tanya Momon dengan wajah bersalahnya.

Bik Tara memeluk Ray dengan sayang. Ara memang tipikal anak yang gampang terpancing emosi. Menurut Bik Tara, wajar jika majikan kecilnya ini jail karena umurnya yang masih dibawah 13 tahun. Hanya saja, Ara terlalu susah untuk diajak bermaaf-maafan.

Tak lama, Ali dan Prilly pulang dengan membawa belanjaan mereka. Hari ini memang mereka sengaja belanja berdua tanpa gangguan dari Ara maupun Ray.

"Mommy pulang!! Eh Ray? Kamu kenapa Sayang?" Prilly yang baru saja sampai mansion kaget melihat Ray dalam posisi memeluk Bik Tara dengan airmata yang terus keluar dari mata hazelnya. Secara fisik, Ray memang mewarisi struktur wajah ibunya.

"Ini Bu, tadi Den Ray ngerjain Non Ara pake ulet-uletan gitu. Eh Non Ara nya marah. Den Ray minta maaf tapi belum dimaafin kayaknya." Jawab Bik Tara.

Ali hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia harus terus bersabar menghadapi sifat kedua anaknya ini.

"Sayang, Ray, sini Mommy gendong. Kita minta maaf bareng ya ke Kak Ara." Ajak Prilly. Ray yang selalu dipanggil 'Momon' oleh Ara ini hanya mengangguk saja. Prilly pun mengambil alih Ray dari tangan pelayan dan membawanya ke kamar Ara dilantai 3.

 Prilly pun mengambil alih Ray dari tangan pelayan dan membawanya ke kamar Ara dilantai 3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TILL THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang