Part 31: Bali, I'm Coming!(2)

11K 882 10
                                    

Sebelumnya, aku ngucapin maaf kalo cerita ini lama di publish nya. Maklumin ya.
Dan aku juga ngerasa sedih karna semakin banyak part semakin sedikit vote yg diterima. Disini aku bukan ngemis vote, tapi kalo kalian baca cerita ini, ada baiknya tinggalkan jejak. Vote ataupun komen pasti aku hargai. Karna vote dan komen itulah yang buat aku semangat banget ngetik sampe jempol susah digerakkin.
And now, selamat membaca part ini. Semoga kalian ga baper yha:)
-------------------------------------------------------------
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, mereka pun sampai di bandara I Gusti Ngurah Rai.

Ali yang sudah menyewa supir pun langsung menghampiri mobil khusus untuk ia dan istrinya. Karena bagaimanapun juga, keselamatan istri dan bayinya lebih utama.

"Sayang.. laper." Ucap Prilly manja sambil bergelayut dilengan Ali.

"Kamu laper? Kita ke mobil dulu, ya. Kalo udah sampai hotel, baru kamu boleh makan sepuasnya." Jawab Ali lembut.

Saat mereka ingin masuk kedalam mobil, ada seseorang yang menepuk pundak Prilly. Prilly pun menoleh dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Halik?!"

Ya, itu Halik. Sahabat Prilly saat ia duduk dibangku SMP. Ali tidak mengenal Halik karena pada waktu itu, Ali masih di Indonesia.

"Hai, Prill! Udah lama kita ga ketemu!" Ucap Halik yang langsung memeluk tubuh mungil Prilly.

Ali kaget dengan tindakan lelaki yabg menurutnya alay itu. Apa dia tak lihat disamping bidadari ini ada seorang pangeran kodok? Eh tampan?

Prilly tidak membalas pelukan tersebut dan melepaskannya perlahan. Bagaimanapun juga ia sudah punya suami. Tak enak hati rasanya berpelukan dengan pria lain yang bukan keluarganya. Walaupun sahabat dekat.

"Kok dilepas sih, Prill? Kangen tau sama ocehan kamu dulu." Ucap Halik sambil meraba pipi Prilly lembut.

Emosi Ali memuncak. Lelaki itu telah menyentuh wanitanya. Ali melepaskan tangan Halik dari pipi Prilly secara kasar. Prilly istrinya, wanitanya. Tak boleh ada lelaki selain keluarganya yang boleh menyentuh Prilly.

"Halik, tolong ubah sikap kamu ke aku. Aku udah punya suami, Lik. Kenalin, ini Ali, suami aku. Dan Ali, kenalin ini Halik, sahabat aku." Ucap Prilly menengahi agar tak timbul pertengkaran.

"Halik." Ucap Halik singkat tanpa menjabat tangan Ali.

"Ali." Sama halnya dengan Halik, Ali pun tidak menjabat tangan Halik.

"Sayang, kamu katanya laper kan? Yuk kita pergi dari sini." Ucap Ali yang langsung menarik kasar tangan Prilly menuju mobil.

Dalam hatinya, Halik masih menyimpan rasa cinta untuk Prilly. Kehadiran Prilly dihidupnya saat SMP, membuat Halik bersemangat lagi. Dan Halik berjanji, akan mendapatkan Prilly meskipun ada Ali disampingnya.

                               ***

"Awwshh!!" Ringis Prilly saat ia dan Ali sudah dalam perjalanan ke hotel. Pergelangan tangannya sangat merah dan sedikit berdarah.

"Berdarah? Ya ampun maaf, sayang. Aku bener-bener ga sengaja. Tadi aku lagi emosi." Ucap Ali lembut lalu menyesap darah yang ada dipergelangan tangan istrinya.

Untungnya Ali slalu siap siaga. Ali yang membawa kotak P3K langsung meneteskan obat merah lalu membalutnya dengan sedikit perban. Prilly merasa lebih baik sekarang.

"Masih sakit?" Tanya Ali penuh perhatian. Prilly tersenyum bangga. Suaminya memang suami siaga.

"Masih dikit. Tapi ga sesakit tadi." Jawab Prilly. Ali mencium pelan perban yang membalut luka istrinya. Berharap sakitnya akan hilang cepat.

"Dia bener kan sahabat kamu waktu SMP di Jerman?" Tanya Ali meyakinkan. Prilly lagi dan lagi menghela nafasnya pelan. Suaminya sangatlah pencemburu.

"Iya, sayang. Aku sama dia tuh cuma sahabat aja pas SMP. Pas kita lulus, aku pindah ke Indonesia tanpa dia. Dan aku bener-bener gatau kalo ternyata sekarang dia tinggal di Bali." Jelas Prilly.

"Kalian gaada hubungan lebih dari sahabat, kan?" Tanya Ali lagi. Prilly mengangguk mantap.

"Kamu ga suka kan sama dia? Ga punya perasaan lebih kan?" Tanya Ali terus menerus. Prilly masih menanggapinya dengan anggukan.

"Kamu ga akan ada rasa kan sama dia? Ya kan?"

"Iya sayangku, cintaku, Aliku. Cinta aku mentok buat kamu. Bayi ini buktinya." Ucap Prilly sambil mengusap pelan kandungannya yang baru mau menuju 1 bulan.

Ali memeluk Prilly dengan sayang. Sungguh wanita dipelukannya ini sangat berharga untuk dirinya.

"Hotelnya masih jauh, kan? Aku tidur dulu, ya. Ngantuk." Ucap Prilly.

"Iya, sayang. Tidur gih. Ntar kalo udah sampai aku bangunin." Jawab Ali.

"Tapi aku maunya tidur sambil dipeluk kamu." Ucap Prilly manja. Ali terkekeh dan memeluk lagi tubuh mungil Prilly dan mengusap-usap punggung istrinya agar tidur nyenyak.

"Ketek kamu wangi." Celetuk Prilly tiba-tiba.

"Wangi?" Tanya Ali. Prilly mengangguk yakin.

"Iya, wangi. Aku suka." Ucap Prilly.

Ali menanggapinya hanya dengan senyuman. Benar kata orang-orang. Hidung ibu hamil sepertinya telah dihilangkan fungsinya sementara.



















Sorry ya bikinnya dikit banget. Tapi aku janji di part selanjutnya akan lebih panjang dan pastinya bikin kalian greget sama Halik:v

TILL THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang