Part 44: Ara Punya Adik

16.1K 803 11
                                    

3 Tahun Kemudian...

Perkembangan Ara bisa dibilang sangat pesat dibanding anak seusianya. Bahkan di umurnya yang baru menginjak 5 bulan, Ara mampu berdiri tegak walaupun masih menjadikan meja sebagai pegangannya. Sungguh pintar bukan?

3 tahun berlalu. Sekarang Ara sudah menjadi gadis kecil nan menggemaskan. Ocehan maupun tingkahnya selalu menjadi sorotan keluarga. Seperti saat ini, Ara sudah berada di tengah-tengah keluarga dan sahabat-sahabat orangtuanya.

"Ara, nanti kalo udah gede mau ga nemenin onty ke mall? Kita shopping bareng, Ra." Canda Kyla. Ara terlihat menimang-nimang permintaan onty nya.

"Hmm.. atu elom isa awab onty. Emang onty au eli apa di mall?" Tanya Ara dengan logat khasnya.

"Baju, celana, pokoknya banyak deh. Ara mau ga?"

"Au. Tapi unggu Ala 17 aun ya, Onty." Jawab Ara.

"Kenapa harus 17 tahun, Sayang?" Tanya Kyla.

"Ala kan asih kecil, Onty. Kata Mommy, 17 aun uda gede." Jawab Ara dengan wajah polosnya. Kyla dan yang lain hanya bisa terkekeh melihat kepolosan diwajah Ara.

"Eh Ara Ara. Daddy sama Om Zayn Malik gantengan mana?" Sekarang giliran Kevin yang menggoda Ara. Ara terlihat berpikir.

"Cebenalnya antengan Om Jaen. Tapi kalna Daddy itu Daddyna Ala, jadi antengan Daddy, deh." Jawab Ara. Sontak, yang ada disitu pun tertawa semua kecuali Ali.

"Oh jadi Ara milih Daddy cuma karena biar Daddy Daddynya Ara? Bukan karena Daddy ganteng?" Tanya Ali seolah-olah mengintrogasi Ara. Ara hanya diam lalu memeluk Prilly yang ada disampingnya.

"Mommy.. Daddy malah cama Ala.." Lirih Ara dengan bibir yang bergetar menahan tangis. Prilly berusaha menenangkan Ara sembari mengusap-usap punggung anaknya penuh sayang.

"Daddy cuma bercanda, Sayang. Ya kan, Dad?" Tanya Prilly memastikan. Ali mengangguk.

"Iya, Ara. Maafin Daddy ya udah ngomong keras ke kamu tadi. Sini dong peluk Daddy nya. Masa cuma Mommy yang dipeluk? Princessnya Daddy ga kangen nih sama Daddy?"

Setelah berucap seperti itu, Ara langsung melepaskan pelukannya pada Prilly kemudian beralih memeluk Ali. Ali membalas pelukan Ara dan menciumi wajah Ara penuh sayang.

"Daddy cayang ga cama Ala?" Tanya Ara tiba-tiba. Ali mengerutkan keningnya. Tumben sekali Ara menanyakan hal itu.

"Sayang, lah. Ara kan Princessnya Daddy. Kok nanyanya gitu sih, Sayang?" Tanya Ali balik.

"Ala liat Daddy celing pelgi pagi anet dan pulang malem. Daddy uga celing ga pulang. Daddy gitu kalna ga cayang ya cama Ala? Maapin Ala kalo Ala celing buat Daddy malah. Tapi Daddy jangan celing ninggalin Ala. Ala kangen cama Daddy. Ala butuh lasa cayangnya Daddy."

Dada Ali terasa sesak mendengarnya. Ia tak menyangka, anak berumur 3 tahun seperti Ara sudah bisa berpikiran sedewasa itu. Ali memeluk erat tubuh anaknya. Setetes airmata jatuh dari pelupuk matanya. Kecintaannya pada pekerjaan ternyata membutakan segalanya. Ia sadar, Ara tak begitu dekat dengannya karena dirinya yang terlalu sering bepergian keluar kota maupun luar negeri. Ia tak begitu banyak tau tentang perkembangan Ara. Bahkan, Ia pernah melupakan hari bersejarah bagi Ara. Hari ulang tahun Ara. Ali merasa gagal menjadi seorang ayah yang baik untuk anaknya. Dan Ali juga merasa gagal menjadi suami yang siaga untuk istrinya.

"Ga, Ara. Daddy justru sayang banget sama Ara. Ara itu Princess untuk Daddy. Ara berharga buat Daddy. Harusnya Daddy yang minta maaf sama Ara karena Daddy udah bikin Ara kekurangan kasih sayang seorang ayah. Daddy janji, Daddy akan luangin waktu Daddy lebih banyak untuk Ara dan Mommy. Ara bisa pegang janji Daddy." Ucap Ali dibalik isak tangisnya. Jari kelingkingnya bertautan dengan kelingking mungil milik Ara.

TILL THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang